Prank Sampah Bukti Gagalnya Sistem Menjaga Kualitas Generasi

Oleh : Hilda Yulistiyanita
Ibu rumah tangga

Sikap Having fun para kawula muda makin menjadi-jadi. Menjamurnya video tidak berfaedah yang di unggah para pemuda adalah bukti nyata bahwa mereka mengartikan masa muda adalah hanya untuk suka-suka. Apalagi dengan adanya fasilitas tanpa batas yaitu adanya internet yang kini bisa diakses secara leluasa dan berbagai kalangan usia. 

Beberapa waktu yang lalu viral  unggahan seorang youtuber, Ferdian Paleka beserta kawan-kawannya. Dilansir oleh galamedianews.com (04/05/2020) mereka membuat konten prank membagikan sembako kepada waria,  namun isinya sampah dan batu paving block. Alih-alih menaikkan subscriber dan mendapatkan pundi-pundi uang atas video yang diunggah,  Ferdian Paleka cs malah dilaporkan ke Satreskrim Polrestabes Bandung pada senin (04/05/2020) dini hari. Pelaporan tersebut dilatarbelakangi lantaran para korban tak terima atas perbuatan Ferdian yang memberikan donasi bahan makanan berisi sampah.

Berbagai kecaman datang dari para Natizen yang geram atas video prank sampah, bahkan sejumlah orang menggeruduk rumah Ferdian Paleka.  Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, mengutuk tindakan amoral tersebut. Ia pun mendukung jika yang bersangkutan dihukum agar menjadi efek jera dan tidak diikuti oleh generasi milenial lain khususnya di Jawa Barat. (Detiknews.com, 05/05/2020)

Ada Apa dengan Pemuda kini?. Ironis memang, kaum muda yang seharusnya mempunyai kesibukan hal positif karena merupakan harapan bangsa, generasi penerus bangsa, malah disibukkan dengan hal yang tidak berfaedah bahkan berujung jeruji besi. Apa yang dilakukan Ferdian adalah buah diterapkannya aturan batil di tengah umat. Sikap positif tak cukup muncul dari diri sendiri, namun dari lingkungan juga negara. Peran negara dalam menjaga masyarakatnya sangatlah berpengaruh agar menghasilkan lingkungan yang baik juga pribadi yang baik. Namun, aturan bathil yang diterapkan kepada masyarakat menjadikan masyarakat tak punya tameng yang kuat ketika keburukan mendekatinya. Pribadi yang tak kuat dengan gelombang keburukan akan mudah terseret. Apalagi sistem yang semakin menjauhkan umat dari aturan sang pencipta akan membuat individu-individu rusak dan akan semakin meluas. Lambat laun hal ini bisa jadi gunung es, sebab rusaknya masyarakat dan tidak adanya solusi perbaikan yang nyata.

Hal ini tidak bisa dianggap sepele, sebab aksi ini hanyalah segelintir dari sekian banyak kerusakan masyarakat khususnya kawula muda yang terekspos. Selain itu juga lepasnya tanggung jawab negara dalam menjaga masyarakat, hal ini nampak dari melalui lengahnya pengendalian terhadap sikap pemuda dalam pembatasan konten-konten yang tidak bermanfaat. Sehingga perilaku tak punya hati kemudian muncul, bukan semata karena sifat dan karakter individunya tapi karena dorongan sikap hedonis pemuja ketenaran serta popularitas yang dibentuk oleh paham kapitalis liberalis. 

Tidak heran jika negara dan sistem pemerintahan yang berlandaskan sistem kufur akhirnya melahirkan pribadi-pribadi tak punya hati yang cara berfikirnya tak jauh beda dengan kaum kapitalis liberalis yang bertolak belakang dengan norma agama dan norma sosial terutama dengan syariat Islam.

Dalam Islam pemuda adalah para pejuang, dimana semangat dan tenaganya masih tinggi. Kemajuan suatu peradaban merupakan  sumbangsih terbesar dari kaum pemuda. Muhammad Al fatih, di usia mudanya menaklukan Konstantinopel dan memimpin  peradaban Islam. Atab bin Usaid di usia mudanya diangkat oleh Rasulullah menjadi gubernur Makkah. Abdurahman An Nashir di usia mudanya, pada masanya Andalusia mencapai keemasannya. Dia mampu menganulir berbagai pertikaian dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya. Mereka adalah pemuda kebanggaan islam dengan segudang prestasi yang positif, berakhlak baik dan taat syari'at.  Bukan pemuda yang tersorot karena aksi pranknya atau aksi buruk yang viral,  kemudian mendapat sanjungan dan sorotan  publik. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
"Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah" [HR. Ahmad]. 

Shabwah adalah kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran. Manusia dalam menjalani kehidupan wajib terikat dengan syariatNya. Karena sejatinya apa yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggungjawaban. Rasulullah Saw. bersabda, 
“Tidak akan bergesar kaki seorang manusia dari sisi Allah, pada hari kiamat (nanti), sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima (perkara): tentang umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya digunakan untuk apa, hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta bagaimana di mengamalkan ilmunya”. (HR at-Tirmidzi (no. 2416) dan lain-lain, dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani)

 Islam sebagai sebuah sistem telah melahirkan  generasi cemerlang seperti mereka  diatas. Sistem Pendidikan Islam akan membentuk individu masyarakat bersyaksiyah Islamiyah (berkepribadian Islam) baik pola pikir maupun pola sikapnya akan sejalan dengan arahan syara'. Syariat Islam yang Allah Swt turunkan wajib menjadi pedoman hidup agar menjadi manusia yang terhindar dari perbuatan sia-sia apalagi tercela.  Islam akan menyelamatkan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Penerapan sistem kapitalis sekuler telah nyata hanya membawa kerusakan bagi kehidupan manusia. Telah nyata gagal menjaga kualitas generasi. Sudah sepatutnya kita meninggalkannya dan kembali kepada sistem Islam. Sistem yang menerapkan Islam secara kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah.

Wallahu a'lam Bishawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post