Menguak Gurita Kapitalis Liberal di Bumi Katulistiwa

By : Dwi Agustina Djati
Semarang

Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh menyebut Indonesia merupakan negara ini telah menganut sistem kapitalis yang liberal. Namun, Indonesia, malu untuk mengakuinya. Negara ini, kata Surya, selalu mendeklarasikan diri sebagai negara Pancasila lantaran malu-malu kucing untuk mengakui bahwa sistem yang dianut sesungguhnya adalah kapitalis liberal. (CNN Indonesia, 14 Agustus 2019)

Sekalipun pernyataan ketua partai Nasdem ini telah sebulan berlalu, cukup bagi kita untuk memikirkan kembali dalam mencari kebenaranya. Tidak dipungkiri bahwa ekonomi yang diterapkan hari ini banyak mengadopsi sistem kapitalis modern. USA dan eropa jelas adalah kiblatnya. Sekalipun dalam beberapa bidang, ekonomi Islam juga dilibatkan. Bukti konkrit dari penerapan ekonomi kapitalis di negeri ini jelas adalah bunga bank atau riba dalam setiap transaksi ekonomi. Baik saat menyimpan, menarik uang, pinjaman atau bahkan saat menginvestasikannya. 

Bukti lain adalah kebijakan privatisasi sumber daya, apakah sumber daya alam, sumber daya air dan sumber daya energi. Semua dikuasai asing. Tidak.menyisakan bagi rakyat. Bagaimana infrastruktur? Sama saja. Sebagaian besar di kuasai Aseng, termasuk didalamnya sumber daya manusia. Rakyat adalah pemilik kekayaan, namun mereka tak lebih dari pelayan yang harus minta ijin untuk menggunakan kekayaannya, itupun jika diijinkan. Ironi negeri kaya. Inilah penerapan kapitalisme liberal. Pemilik kekayaan harus hidup miskin dan terjajah. Hanya bisa melihat kekayaannya dijarah, tanpa mampu melawan. 

Apa yang dikatakan Surya Paloh itulah sejatinya. Apa yang diterapkan di negeri ini pada intinya adalah sistem kapitalis yang mendewakan harta. Ro'syumaliyin dalam kajian ekonomi  Islam tentu sangat bertetangan. Dari mulai dasar, pilar penyangga hingga metode distribusinya. Bagi para penganut ideologi kapitalisme harta adalah inti. Sekecil-kecilnya modal dan sebesar-besarnya keuntungan adalah bawaan lahir ideologi ini, sebagaimana yang diajarkan Adam Smith sebagai pelopor ekonomi kapitalis. Lalu di banyak negara ideologi ini berkembang dengan berbagai konsep dan jargon yang disesuaikan dengan falsafah masing-masing bangsa. Namun konsep dasarnya tetaplah sama. 

Jadi masihkah menolak pendapat bahwa negeri ini menerapkan bukan kapitalis liberal? Wallahu'alam biar Showab

Oktober 2019

Post a Comment

Previous Post Next Post