Bersegeralah Kembali Kepada Allah

Oleh : Iis Nur 
(Pegiat Dakwah Islam)

"Bersegeralah kembali kepada Allah. Sungguh aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untuk kalian" (TQS adz-Dzariat [51]:50)

Melihat apa yang terjadi saat ini di Indonesia mulai dari musibah yang terus terjadi: gunung meletus, gempa, banjir, kebakaran, bebasnya perzinahan, maraknya LGBT, pembunuhan, pembantaian, kriminalitas yang meningkat dan kemaksiatan yang lain. Semua yang mengundang murka Allah Swt. Apa yang terjadi dan menimpa negeri ini hingga saat ini seakan bukti peringatan Allah SWT bahwa kita telah jauh meninggalkan syariah-Nya.

Begitu banyak dan telah lama bangsa ini di dera oleh berbagai masalah dan kesempitan hidup. Yang mutakhir masalah karhutla yang benar-benar membuat masyarakat di Riau, Jambi, sebagian Kalimantan merasakan kesempitan dada, bahkan asapnya sudah mengganggu udara negara tetangga seperti Malaysia. Hingga membuat sulit menjalankan aktivitas keseharian bahkan sudah memakan korban. Gempa Ambon yang sampai saat ini masih memerlukan uluran bantuan mulai dari makanan, keperluan bayi, selimut dan obat-obatan para pengungsi sudah mulai terjangkit penyakit.

Jagat berpolitikan pun kini sedang ramai bukan hanya aksi mahasiswa bahkan anak-anak STM pun turun ke jalan di berbagai kota. Mereka memprotes pengesahan RUU KPK yang dianggap melemahkan KPK yang berarti melemahkan pemberantasan korupsi. Padahal masalah korupsi semakin merajalela dan semakin menggurita. Serta muncul pula tuntutan Jokowi mundur.

Ancaman disintegrasi, terutama disintegrasi Wamena, Papua yang sampai saat ini masih mencekam pembakaran, pembantaian warga pendatang yang banyak dari Padang dan Bugis. Bahkan banyak yang mengungsi meninggalkan Wamena. Tanpa ada rasa simpati dari pemimpin yang harusnya menjadi hujjah untuk rakyat.

Di bidang ekonomi keadaan nya juga tak kalah memburuk. Laju pertumbuhan tak kunjung meningkat. Defisit anggaran makin lebar. Utang pemerintah terus menggunung mencapai angka yang hampir tak terbayangkan bagaimana bisa melunasi nya. Neraca perdagangan dan neraca pembayaran terus melemah. Pasar dalam negeri terus digempur oleh produk impor, mulai dari barang komoditi bahkan bahan kebutuhan pokok. Akibat gempuran barang impor tidak sedikit industri gulung tikar dan menimbulkan pengangguran.

Yang paling merasakan beban adalah rakyat yang makin besar. Pajak terus di tambah, baik jenis maupun subjek pajak. Biaya listrik naik, bbm juga naik diam-diam, bahkan ada rencana iuran BPJS pun akan di naikkan seratus persen tanpa memperhatikan pelayanan yang buruk. Biaya pendidikan pun tetap tak terjangkau.
Di lain sisi, sumber daya alam sebagian besar masih dikuasai swasta dan asing. Terus saja mereka mengeruk kekayaan alam yang seharusnya milik rakyat. Jutaan hektar lahan juga dikuasai oleh swasta dan asing.

Semua masalah yang tak kunjung selesai bahkan semakin rumit. Semua itu akibat dari panganutan dan penerapan sistem kufur, sistem kapitalisme liberalisme. Indonesiansaatvini sudah ada dalam cengkraman neoliberalisme dan neoimprerialisme. Neoliberalisme menghendaki upaya peran negara dalam bidang ekonomi karena negara di anggap sebagai penghambat utama penguasaan ekonomi oleh individu/korporat. Pengurangan peran negara dilakukan dengan privatisasi sektor publik, seperti migas, listrik, pencabutan subsidi BBM. Sedang pelaku imperialis sering bertopengkan pada Pancasila, padahal merekalah yang menjual negeri pada asing dan aseng, memberikan karpet merah penjajahan ekonomi melalui UU, membuat kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

Sudah saatnya bermuhasabah atau intropeksi diri bukan hanya secara individu tetapi juga semua tataran masyarakyat. Perlunya merenungkan keadaan umat Islam saat ini. Bagaimana pula keadaan seharusnya di kehendaki oleh Islam, yang selanjutnya perlu menyiapkan tidak lanjutnya atas hasil muhasabah itu.

Kondisi umat Muslim yang semakin terpuruk dan jauh serta tidak punya hujjah dari segala kedzoliman orang-orang kafir, yang tak pernah berhentinya menindas kaum Muslim. Harus segera adanya perubahan atau hijrah kembali kepada aturan syariat Islam secara kaffah.
"Sungguh Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (TQS ar-Ra'du [13]:11)

Imam al-Qurthubi dalam Al-jami li Ahkam Al-Quran menjelaskan, "Allah SWT memberitahukan dalam ayat ini bahwa Dia tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai terjadi perubahan dari mereka sendiri, atau dari orang yang mengurus mereka, atau dengan sebab dari sebagian orang di antara mereka."

Perubahan itu harus diusahakan, tidak akan datang begitu saja. Untuk bisa mewujudkan perubahan tersebut harus berjuang untuk membangun masyarakat Islam dengan meninggalkan, menjauhi, keluar dan berpindah dari sistem kufur menuju sistem Dar al-Islam yaitu dengan menerapkan syariah Islam secara total dalam segala aspek kehidupan dan keamanannya secara penuh berada di tangan Muslim di bawah Khilafah sebagai hujjah.

Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw. manakala rakyat menginginkan perubahan Beliau membangun sebuah peradaban baru dari Mekah ke Madinah, yang pertama dilakukan adalah membangun cara berpikir baru masyarakat Madinah. Rasulullah saw. mengirimkan Mush'af bin Umair setahun sebelumnya ke Madinah untuk mengajarkan pandangan hidup Islam kepada mereka. Maka ketika Rasulullah saw. hijrah, masyarakat menerimanya dengan terbuka. Tak ada kekerasan, perebutan kekuasaan atau pertumpahan darah. Dengan kesadaran sendiri masyarakat lah yang menjadi penumpang perubahan itu sendiri.
Wallahu a'lam bi ash-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post