Hijrah Menuju Baldatun Thoyyibah



Oleh: Nur Aina
 (Aktivis Dakwah Islam) 

Hijrah adalah sebuah perpindahan atau imigrasi Nabi Muhammad Saw, dari _darul kufur_ (Mekkah) menuju _darul Islam_ (Madinah). Keputusan hijrah ini tentu bukan berasal dari hawa nafsu Nabi Saw, melainkan beliau berbuat dalam bimbingan wahyu dari Allah Saw. 

Setelah puluhan tahun berdakwah, kota Mekkah yang telah lama menjadi harapan kebangkitan malah tidak mau menerapkan hukum-hukum Islam. Maka di situlah pertolongan Allah datang bahwa sesungguhnya ada tempat lain yang mulia dan mau menjalankan syariah Islam secara _kaffah_. 

Kota itu  pada awalnya bernama Yastrib, kemudian setelah 10 tahun tinggal di sana Rasulullah pun menggantinya dengan nama Al-Madinah. Al-Madinah secara umum memang  diartikan sebagai kota, tetapi sebenarnya di balik nama itu tersimpan sebuah peradaban gemilang yang sinar kebangkitannya tak dapat diredupkan. 

Kala itu Madinah menjadi mercusuar dunia, masyarakat dunia dari kalangan terhebat pun memandangnya dengan penuh kagum yang luar biasa. Bangsa Arab yang awalnya memiliki pemikiran dangkal kini menjadi luhur dan cemerlang dengan Islam. 

Maka tak heran bila peradaban mulia ini banyak menghasilkan generasi hebat yang bermental pejuang. Dan mengundang rahmat Allah dari berbagai arah yang menghasilkan keberkahan. Inilah sekilas gambaran _Baldatun Thoyyibah_ yakni negeri yang baik dengan Rabb yang Maha Pengampun. 

Miris sekali bukan, dengan keadaan negeri kita saat ini bila dibandingkan dengan _Baldatun Thoyyibah_, sangat jauh dari keberkahan dan kecintaan Allah Swt. Keadilan dan kesejahteraan yang menjadi hak setiap orang malah semakin sulit untuk dirasakan. Bahkan, ketenteraman dan ketenangan juga sama sekali tak tercicipi. 

Segala urusan umat dipersulit dan membuahkan kemelaratan yang semakin melonjak. Negeri yang kaya dengan rempah melimpah ini seolah menjadi budak di rumahnya sendiri dan melayani tetamu asing yang berlagak seperti majikan.

Kekayaan di negeri ini sama sekali tak berpengaruh dengan perkembangan ekonomi masyarakatnya. Bahkan sedikitpun tidak mengalami peningkatan. Hebatnya penduduk negeri malah tak sadar dengan penjajahan yang dilakukan pengemis berdasi di negerinya sendiri. Ini adalah hasil dari penjajahan gaya baru yang diluncurkan para kapital (pemilik modal) untuk menguasai negeri jajahannya tanpa sepengetahuan penduduk negeri tersebut.

Umat banyak yang tak menyadari keberadaan musuh dalam selimut. Mereka beraut wajah manis, tapi hatinya busuk. Keadaan umat Islam benar-benar seperti anak ayam yang berkeliaran tanpa arah dan tujuan yang pasti, terpecah-belah di sudut yang berjauhan. Dan sulit mempertahankan hidup tanpa pelindung yang kokoh berani melawan kejahatan serta kedzoliman. 

Maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang kita rasakan saat ini adalah akibat dari meninggalkan aturan Islam secara _kaffah_ dalam kancah kehidupan. Sehingga satu-satunya cara agar bumi menuju peradaban emas adalah dengan melakukan perjuangan yang pernah dilaksanakan Rasulullah Saw dan para sahabatnya. 

So, mari sama-sama kita membasmi aturan di luar Islam dan berjuang menerapkan syariah secara totalitas. Dan semata hanya ingin meraih ridho Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِي

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208).

Maka sudah saatnya kita berjuang demi _junnah_ yang telah lama ingin ditegakkan oleh kaum muslimin yang _kaffah_ dalam menggenggam Islam. Hanya dengan tegaknya syariah secara _kaffah_, negeri kita ini akan menjadi _Baldatun Thoyyibah_.

_Wallahu a'lam bishowwab_.

Post a Comment

Previous Post Next Post