Bahaya Pluralisme dalam Kurikulum Pendidikan

Oleh: Rosmita
(Pemerhati Generasi)

Sekolah adalah tempat kedua dimana seorang anak dapat belajar dan menuntut ilmu. Sekolah sangat berperan dalam membentuk kepribadian dan mengembangkan potensi seorang anak. Sekolah yang baik tentu adalah sekolah yang  kurikulummya berbasis kepada aqidah Islam.  Sehingga orang tua berlomba-lomba memilih sekolah terbaik untuk anaknya, dengan harapan sang anak menjadi generasi khoiru ummah.

Namun dalam sistem saat ini tentu sulit mendapat sekolah yang kurikulumnya berbasis aqidah Islam. Sekalipun ada sekolah swasta yang menerapkan aqidah Islam sebagai dasar kurikulumnya, biayanya sangat mahal dan tidak bisa dijangkau kalangan menengah ke bawah.

Jalan alternatifnya adalah menyekolahkan anak di Madrasah Negeri. Selain gratis, madrasah negeri juga memberikan pengajaran agama yang banyak. Dari jam pelajaran yang lebih panjang sampai beragamnya pelajaran agama yang diajarkan. Bandingkan dengan sekolah negeri biasa yang hanya memberi pelajaran agama 2 jam dalam sepekan.

Namun sayangnya walaupun madrasah adalah sekolah Islam, tapi kurikulumnya belum bersandar kepada aqidah Islam. Melainkan masih menjadikan kurikulum sekuler sebagai asasnya. Hal ini membuat kurang tertanamnya nilai-nilai Islam pada diri anak.

Contoh kurikulum sekuler yang diterapkan dalam kurikulum pendidikan madrasah adalah pluralisme. Yaitu paham yang mengajarkan bahwa semua agama sama.

Menurut Wikipedia, pluralisme juga dapat berarti kesediaan untuk menerima keberagaman (pluralitas), artinya, untuk hidup secara toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, gologan, agama, adat, hingga pandangan hidup. Pluralisme mengimplikasikan pada tindakan yang bermuara pada pengakuan kebebasan beragama, kebebasan berpikir, atau kebebasan mencari informasi, sehingga untuk mencapai pluralisme diperlukan adanya kematangan dari kepribadian seseorang atau sekelompok orang.

Inilah kurikulum sekuler yang mengajarkan paham pluralisme kepada anak, dimana anak didoktrin untuk mengakui bahwa semua agama sama. Tentu ini sangat berbahaya bagi aqidah anak. Anak yang pemahaman aqidah Islamnya lemah akan mudah terpengaruh.

Padahal dalam Islam jelas bahwa agama yang benar dan diridhoi oleh Allah hanya Islam.

Sebagaimana firman Allah Swt:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ 
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam." (Qs. Ali Imran:19)

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (Qs. Al maidah:3)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Qs. Ali Imran: 85)

Aqidah inilah yang seharusnya ditanamkan kepada anak-anak muslim agar mereka kelak memiliki keyakinan yang kuat terhadap agamanya.

Adapun mengajarkan toleransi kepada siswa-siswi, Islam telah jauh-jauh hari mengajarkannya kepada kita.

Yang dimaksud toleransi dalam Islam adalah menghargai umat lain dan membiarkan mereka menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya. Tanpa harus mempelajari ajaran umat lain, apalagi turut serta merayakan hari raya mereka. Bahkan sekedar mengucapkan selamat atas hari raya umat lain pun dilarang karena berkaitan dengan agama dan keyakinan mereka. 

Firman Allah Swt:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
"Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (Qs. Al kafiirun: 6)

Kelak ketika khilafah tegak dan syariat Islam diterapkan dalam semua lini kehidupan, tentu akan sangat mudah bagi kita menemukan sekolah yang berkualitas yang standar kurikulumnya berbasis kepada aqidah Islam. Sehingga sekolah berhasil mencetak generasi yang gemilang dan berakhlak mulia. 
Wallahu a'lam bishawab. []
Previous Post Next Post