Kemiskinan yang Memilukan

Oleh: Sri Putra
(Member Akademi Menulis Kreatif)

Angka kemiskinan yang terus meningkat yang melanda negeri ini, sungguh menyisakan pilu yang mendalam bagi penduduknya. Seperti kisah Santi Ratmana yang telah berusia 22 tahun, warga kampung Sekejengkol, Cileunyi Kulon, Bandung. Sampai saat ini, sudah 20 tahun hidupnya hanya bisa berbaring dalam pembaringan.  

Kondisi ekonomi keluarga yang begitu sempit memunculkan keinginan dalam benak ibunya untuk meninggalkan keluarganya dan bekerja ke luar negeri sebagai TKW ke Arab Saudi. Demi menyambung hidup, sang ayah hanya bisa mengandalkan sebagai pekerja serabutan dan pemberian dari tetangga.

Sebagaimana dilansir oleh TribunJabar.Id, Bandung, Santi bersama ayahnya tinggal di dalam rumah kecil berukuran 3×4 meter. Santi Ratmana hanya bisa berbaring akibat mengalami kelumpuhan. Ia tidak tumbuh kembang seperti anak pada umumnya.

Ketika berusia 1,5 tahun Santi mengalami demam tinggi dan kejang-kejang. Sempat mendapatkan perawatan di RSUD Ujung Berung, Bandung tetapi setelah sepekan kemudian Santi Ratmana menjadi sosok yang pendiam dan mengalami kesulitan bergerak. Hingga kemudian dirujuk ke rumah sakit Sumedang untuk mendapatkan pertolongan. Tapi ketika diperjalanan Santi kembali mengalami kejang-kejang.

Kemalangan Santi semakin bertubi saat ibunya dengan tega memutuskan tidak mau mengurusi dirinya dan lebih memilih menjadi TKW.

Itulah  potret miris  kemiskinan yang dialami salah satu warga Jawa Barat. Ibarat fenomena gunung es, kasus serupa tidak hanya dialami Santi, namun banyak Santi yang lain mengalami hal yang sama, terpuruk, tak terjamah pemerintah atau media.

Dalam kegemilangan Islam, dengan aturan sempurna dari Pemilik Kesempurnaan (Allah Swt), telah terwujud ri'ayah seorang Khalifah Umar bin Khattab.

Suatu  hari Umar menjumpai seorang ibu bersama anaknya yang sedang menangis kelaparan. Di tengah nyenyaknya orang-orang tertidur, Umar bin Khattab berkeliling dan memasuki sudut-sudut kota Madinah. Ketika bertemu dengan seorang ibu dan anaknya yang sedang kelaparan, Khalifah Umar sendiri yang mengambil makanan dan memanggulnya, mengaduknya, memasaknya dan menghidangkannya untuk anak-anak itu.

Dalam kasus lain saat  kelaparan melanda Madinah dan sekitarnya, Khalifah Umar pernah disuguhi remah roti yang dicampur dengan minyak Samin. Lalu Khalifah Umar memanggil Badui dan mengajaknya makan bersama. Khalifah Umar tidak menyuapkan makanan ke mulutnya sebelum badui itu melakukannya terlebih dahulu. Sikap seperti demikian tidak hanya dimiliki oleh Khalifah Umar. Abdurrahman bin Auf ra. ketika mendengar kabar dari Aisyah bahwa Madinah tengah dilanda kelaparan, sepulangnya dari berniaga  segera membagikan hartanya pada masyarakat yang sedang menderita. Semua hartanya dibagikan.

Itulah kepemimpinan pada masa kejayaan Islam. Seorang pemimpin begitu bertanggung jawab dalam mengurusi urusan umat. Bagaimana dengan pemimpin saat ini?

Seharusnya ini menjadi tanggung jawab bersama antara individu, masyarakat dan negara dalam menyelesaikan kasus kemiskinan. Sebagai akibat diterapkannya sistem aturan yang tidak bersumber dari Allah SWT-lah kasus kemiskinan yang salah satunya terjadi pada keluarga Santi Ratmana ini bisa terjadi. Tersingkirkannya hukum Allah dan menggantinya dengan aturan buatan manusia yang penuh dengan hawa nafsu inilah sebagai bukti bahwasanya ada para pemimpin yang zalim.

Hanya dengan menerapkan syariah Islam secara menyeluruh segala macam permasalahan umat dapat diselesaikan dengan tuntas. Aturan Islam hadir sebagai solusi atas seluruh problematika kehidupan. Salah satunya adalah untuk permasalahan kemiskinan. Jika Islam diterapkan di muka bumi ini maka Islam akan hidup kembali. Kejayaan Islam akan terpancar di seluruh negeri.
     Wallahu a'lam bi ash-shawab.

Previous Post Next Post