Ramadhan, Bukan Ibadah Biasa

Oleh : Agus Susanti (Aktivis Serdang Bedagai)

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat. Tak heran bila dibulan ini ghiroh islam umat muslim meningkat pesat. Yang semula tidak pernah mengunjungi Mesjid, kini menjadi rutin. Yang terbiasa untuk mengumbar aurat mulai sedikit menutup lekuk tubuhnya, bahkan perbuatan yang tercela cenderung dihindari pada bulan suci ini.

Hari pertama pelaksanaan ibadah salat tarawih di Masjid Baitur Rahim Kelurahan Sea Kecamatan Latambaga, Kolaka membludak hingga kejalan, Minggu ( 5/5/2019 ) malam.

Beginilah setiap tahun yang dialami kaum muslimin di Indonesia. Namun ada yang sangat disayangkan dari semua aktivitas ini. Sebab landasan perbutan mereka bukanlah hasil dari dorongan akidah, melainkan karena adanya rangsangan dari luar. Beribadah kepada sang pencipta dan mensucikan-Nya adalah bagian dari Garizah Tadayun (naluri beragama) yang muncul karena adanya rangsangan dari luar berupa keyakinan bahwa pada bulan ini setiap amalan akan dilipat gandakan pahala disisi Allah bahkan bisa menghapus dosa. Oleh sebab itu, manusia cenderung naik turun dalam melaksanakan ibadah pada Allah. Bila tidak ada yang mempengaruhi naluri beragama ini maka dengan sendirinya manusia melupakan kewajibannya beribadah dan menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangannya,
Bulan ramadhan yang penuh berkah ini sangat disayangkan bila kita lewatkan dengan sekedar melaksanakan puasa dan salat tarawih seperti biasa, tanpa mengetahui apakah ibadah yang kita lakukan mendapatkan pahala atau sebaliknya.

Menurut Fudhail Bin Iyad, untuk mendapatkan suatu amalan yang terbaik (Ikhsanul Amal) kita harus memenuhi dua syarat. Pertama, niatnya ikhlas dan Kedua caranya benar. Niat yang ikhlas yakni hanya semata mengharapkan keridhoan Allah dalam beraktivitas.  Dan cara yang benar adalah sesuai dengan yang diperintahkan Allah dalam Al-qur’an dan hadist Rasulullah saw.

Adapun yang dikatakan amal / perbuatan adalah segala sesuatu yang kita lakukan dari mulai bangun tidur hingga kita tidur kembali. Maka jangan biarkan segala potensi untuk mendapatkan amalan terbaik ini dengan melalaikan dua syarat diatas.

Allah berfirman yang artinya :
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. TQS. Al-Mulk ayat 2

Dari ayat ini Allah menegaskan bahwa yang dinilai dari setiap hambanya bukanlah yang paling banyak amalnya, melainkan yang paling baik. Saat ini umat muslim menjalankan ibadah sunnah tarawih disetiap mushola/ masjid. Namun sudahkan menjadi amalan yang terbaik? jawabannya tidak.

Alih-alih mendapatkan amalan yang terbaik, justru banyak muslimah yang jatuh dalam jurang dosa. Lo kok bisa! ini dikarenakan dalam melaksanakan ibadah tarawih ia hanya mempunyai niat yang ikhlas untuk beribadah kepada Allah, namun ia melakukan dengan cara yang salah.

Adapun kesalahannya tidak terletak pada jumlah rakaat atau tata cara salatnya, melainkan kesalahan yang cenderung dilakukan adalah ketika menuju Mushola/ Mesjid mereka tidak menutup auratnya dengan sempurna. Seorang wanita yang sudah baliq wajib menutup auratnya dengan menggunakan jilbab QS.Al-ahzab 59 dan kerudung QS.An-nisa 31. Mukena bukanlah pakaian untuk menutup aurat seorang wanita, ia hanya menjadi pembalut tubuh dari yang memakainya.

Maka dari itu janganlah sampai kita menjadi Al Muflis, yaitu orang rugi dalam keadaan bangkrut di akhirat.. bisa jadi dia di dunia kita adalah orang yang memiliki banyak amalan-amalan shalih, tetapi tiada guna amalan itu baginya karena sebab ulahnya di dunia. Berlomba untuk mengumpulkan pahala dengan ibadah sunnah namun kita melalaikan hal yang wajib.


Mari bersama kita perbaiki pola aktivitas kita agar semua yang kita lakukan menjadi amal yang terbaik. Baik perkara yang besar sampai hal terkecil seperti buang air. Jadikan ramadhan kali ini sebagai ladang untuk mengumpulkan amalan terbaik. Tak perlu kita paksakan membaca Al-qur’an 1 juz dalam sehari bila ini hanya berlaku sesekali, tak perlu bersedah satu juta bila hanya sekali, dan lain sebagainya.

Sebagaimana yang Allah sampaikan, bahwa yang paling  dicintai adalah hambanya yang melakukan amal sedikit tapi continiu, berkelanjutan. Dari pada banyak namun hanya sesekali dilakukan.

Wallahu a’lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post