Harmoni Simfoni Diskursus Khilafah



Oleh: Safiatuz Zuhriyah, S.Kom
Aktivis Forum Muslimah Ciputat

Saat ini, perbincangan tentang khilafah telah masyhur di seantero negeri. Banyak yang rindu, tapi tidak sedikit pula yang benci. Tak heran, diskursus mengenainya bak bola salju. Semakin membesar membentuk harmoni dalam simfoni kehidupan berbangsa dan bernegara.

Apalagi menjelang Pemilu kali ini. ‎Dilansir oleh Jawapos.com, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono menuturkan, ada perbedaan mendasar di Pemilu kali ini dengan periode sebelumnya. Yakni, adanya pertarungan ideologi Pancasila melawan khilafah. “Jadi ini bukan hanya sekedar mendukung Jokowi-Ma’ruf atau  Prabowo-Sandi. Tapi kelompok pro Pancasila melawan pro khilafah,” ujar Hendropriyono saat ditemui di Kantor BIN, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (28/3).

Bahkan salah satu capres sempat curhat tentang tuduhan yang diterima untuk mendiskreditkannya pada debat capres keempat di Hotel Shangri-La Jakarta, Sabtu malam, 30 Maret 2019. Dalam segmen kedua, Prabowo  mengeluh kerap dituduh membela khilafah, termasuk oleh pendukung Jokowi. "Padahal ibu saya Nasrani, sejak 18 tahun mempertaruhkan nyawa saya untuk Pancasila. Kok saya dituduh membela khilafah, termasuk oleh pendukung Bapak (Jokowi)," ujar Prabowo. (Tempo.co)

Tak bisa dipungkiri, urgensi khilafah semakin disadari oleh umat Islam. Salah satu buktinya adalah sebuah survei yang dirilis oleh Alvara Research Centre dan Mata Air Foundation pada 23 Oktober 2018 lalu. Survei dilakukan terhadap 1200 responden di 6 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Makasar melalui wawancara tatap muka di kalangan profesional. Hasilnya, sebanyak 29,6% setuju bahwa negara Islam perlu diperjuangkan untuk penerapan Islam secara kaffah (sempurna).

Tentu saja, hasil survei ini membuat para penentang khilafah ciut nyali. Mereka berusaha melakukan upaya dekhilafahisasi dengan cara menyudutkan para pejuangnya dan mengopinikan khilafah layaknya monster yang harus ditakuti. Misalnya bahwa khilafah identik dengan teroris, atau khilafah akan menghapuskan pluralitas.

Namun upaya ini tidak serta-merta diterima umat. Di tengah isu negatif, banyak di antara umat yang semakin ingin tahu tentang khilafah. Kajian tentang khilafah pun marak. Tak ketinggalan, para tokoh juga angkat bicara.

Apalagi faktanya, krisis multidimensi tengah menerpa negeri ini. Pengangguran meningkat, kemiskinan semakin pesat, kesenjangan hidup antara si miskin dan si kaya terbentang lebar, kriminalitas meningkat, kenakalan remaja dan anak-anak semakin marak. Negara pun seakan tak kuasa menghadapi cengkeraman asing. Eksploitasi SDA oleh asing, hutang luar negeri semakin menumpuk, diadopsinya budaya hedonisme dan liberal ke dalam negeri. Itulah sedikit potret buram negeri ini. Masih banyak kenyataan pahit di luar sana.

Maka kaum yang berpikir tidak akan bisa hidup tenang. Ia akan berusaha mencari solusi untuk mengatasinya. Ideologi kapitalis telah terbukti gagal. Karena solusi yang ditawarkan hanya berdasarkan kemaslahatan. Tanpa memikirkan esensi kemaslahatan itu sendiri. Sedangkan Islam, menawarkan solusi yang lebih rasional dan sesuai dengan fitrah. Karena berasal dari pencipta manusia. Tentunya Sang Pencipta lebih tahu hakikat ciptaan-Nya dan kemaslahatannya.

Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Maha Pencipta dan Maha Pengatur (al khaliq wal mudabbir). Sedangkan tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Yaitu berusaha menyelesaikan seluruh problematika kehidupan sesuai dengan wahyu-Nya. Disinilah pentingnya keberadaan khilafah. Sebagai satu-satunya institusi resmi yang berhak menerapkan aturan Islam dan menjadikannya sebagai jawaban atas seluruh masalah kehidupan yang muncul.

Institusi inilah yang yang diusahakan oleh Rasulullah dan para sahabat sejak dimulainya dakwah di Makkah sampai terbentuk Khilafah Islam pertama di Madinah dan terus dilanjutkan oleh para khalifah sesudahnya hingga runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924. Terbukti, sejak awal berdirinya hingga keruntuhannya, khilafah telah mampu membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia, baik ia muslim maupun kafir dzimmi. Bahkan kedatangannya sangat dinantikan oleh warga Mesir penganut Kristen Koptik di kala itu, untuk membebaskan mereka dari belenggu penguasa Romawi penindas.

Bagi umat Islam, khilafah adalah janji Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. An Nur: 55 
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” 

Khilafah juga merupakan salah satu kabar gembira dari Rasulullah saw: Dari Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah bin al-Yaman r.a, berkata: Rasulullah Saw, bersabda: “Masa kenabian itu berada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa khilafah yang mengikuti jejak kenabian (khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ’Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Setelah itu, masa kerajaan yang sombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa khilafah yang mengikuti jejak kenabian (khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam,”(H.R Ahmad).

Dengan demikian, mengingkari khilafah berarti mengingkari perkara yang sudah diketahui urgensinya. Mengingkari khilafah juga berarti mengingkari kewajiban paling penting, bahkan merupakan mahkota kewajiban dalam Islam. Khilafah adalah sumber kemuliaan, kekuatan dan kebangkitan umat Islam sebagai umat yang agung. 

Karena itu, mari kita bersama-sama mengusahakannya dengan sekuat tenaga. Allah Swt berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan" (QS. Al Anfal: 24)

Post a Comment

Previous Post Next Post