Budaya Kekerasan pada Generasi Cerminan Bobroknya Sistem Kehidupan


Oleh : Diana Nofalia

Anak Wasiah (50) yang masih kelas IV itu menggantung di dapur rumahnya. Nyawa MR, inisial bocah 11 tahun itu, akhirnya tak bisa diselamatkan. Latar belakang MR bunuh diri adalah sering diolok-olok temannya karena tidak punya ayah. Menurut keterangan dari ibu korban ayah MR memang sudah lama meninggal.
 
Diduga karena kerap diolok-olok, mental MR terganggu. Bahkan, dia sering mengigau saat tidur. Dalam igauannya, MR mengaku sedang berjalan-jalan bersama bapaknya. ”MR sering manggil-manggil nama bapaknya. Katanya sering lihat bapaknya ada di rumah,” ujarnya.

Jasad MR ditemukan menggantung di dapur rumahnya oleh ibunya sendiri, kisah memilukan itu terjadi di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Senin (27/2) sore. Basori menceritakan, sebelum ditemukan meninggal, sekitar pukul 11.00, MR pulang dari sekolah dengan wajah murung. Dia lalu menangis dan langsung masuk kamar tanpa bersalaman dan mencium tangan Wasiah yang sedang bersih-bersih di depan rumah. ”MR langsung saja masuk ke rumah,” katanya. (https://www.jawapos.com/jpg-today/01/03/2023/tak-tahan-di-bully-bocah-kelas-iv-sd-di-banyuwangi-gantung-diri/?amp)

Kekerasan verbal maupun non verbal pada anak seringkali terjadi. Dan mirisnya pelakunya juga anak-anak dibawah umur. 

Seperti kasus penganiayaan anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo, terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina, David. Penganiayaan secara brutal oleh Mario ini terjadi di sebuah perumahan di Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 WIB. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230225082640-12-917698/sederet-fakta-baru-kasus-mario-dandy-aniaya-brutal-david)

Tak hanya itu, sederetan fakta lain juga sungguh mengiris hati seperti kasus pemerkosaan yang terjadi di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan meninggal usai menjadi korban pemerkosaan beberapa rekannya.

Kasus tersebut terungkap saat korban mengaku kesakitan di alat vital hingga kesulitan duduk. Awalnya korban tak mau berbicara, namun setelah dibujuk oleh orangtuanya, J mengaku diperkosa secara beramai-ramai oleh empat rekan sekolahnya. (https://makassar.kompas.com/read/2023/02/24/185800978/siswi-smp-di-bone-meninggal-usai-diperkosa-ramai-ramai-sempat-5-hari)

Banyaknya kasus serupa tentu ada penyebabnya. Banyaknya kekerasan yang dilakukan oleh generasi muda menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini.

Mulai dari gagalnya sistem pendidikan membentuk anak didik yang beriman bertakwa dan berakhlak mulia, lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji  hingga rusaknya masyarakat. Semua itu adalah buah dari kehidupan yang berdasarkan sekulerisme, yang menjadikan akal manusia sebagai penentu segala sesuatu.

Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan telah merusak tatanan kehidupan manusia. Generasi muda yang seharusnya berkarya, saat ini jadi pelaku-pelaku kejahatan yang berbahaya. Membully, memperkosa bahkan membunuh. Sungguh sangat disayangkan, disaat mereka harusnya mengukir prestasi tapi malah ada dibalik jeruji.

Berbeda dengan sistem Sekularisme Kapitalisme, Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas seluruh aspek kehidupan, sehingga menyadari bahwa dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akherat kelak. Hal ini akan menjaga setiap individu untuk selalu menjaga perilaku agar selalu sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Islam juga mewajibkan masyarakat dan negara sebagai pilar yang menjaga umat selalu dalam kebaikan, karena masyarakat yang baik tanpa adanya kontrol masyarakat dan aturan negara yang mengikat tentunya tidak akan terbentuk masyarakat yang berbudi luhur. Wallahu a'lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post