Kemiskinan membuat Stunting makin Genting


Oleh  Ummu Nabila 

Penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem masih menjadi program prioritas pada tahun 2023 ini, karena tidak ada kemajuan yang berarti dalam dua persoalan besar saat ini. 

Menteri koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengungkapkan penyebab stunting dilatarbelakangi oleh fenomena kemiskinan ekstrem seperti kendala dalam mengakses kebutuhan dasar, akses air bersih, fasilitas sanitasi dan lainnya. Hal ini menjadi permasalahan kemiskinan ekstrem dan stunting saling beririsan dengan angka mencapai 60%. Pemerintah mengklaim telah berupaya keras menurunkan kemiskinan dan stunting, menko PMK menyatakan pemerintah telah melakukan upaya serius dalam penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem melalui dua cara. Pertama intervensi gizi spesifik, yaitu intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan. Kedua intervensi gizi sensitif yaitu intervensi pendukung untuk mempercepat penurunan stunting seperti penyediaan air bersih, mck, dan fasilitas sanitasi.

Sudah menjadi tabiat penguasa sistem kapitalisme ketika menyelesaikan masalah bukan pada akar masalah, namun diselesaikan di masalah turunan. Sudah maklum di masyarakat ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan menyebabkan bahaya terhadap jiwanya, semisal sakit.

Syaikh Muhamad Ismail dalam kitabnya Fikrul Islam mengatakan makan merupakan hajatul udhowiyah atau kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi seketika dan saat itu juga, jika pemenuhannya ditunda atau tidak dipenuhi secara layak akan menimbulkan dharar atau bahaya terhadap jiwa. Maka ketika terjadi stunting bisa dipastikan gizi makanan anak-anak tersebut tidak dipenuhi secara layak sehingga tumbuh kembang mereka terganggu. Salah satu penyebab ketidaklayakan pemenuhan gizi adalah kemampuan ekonomi keluarga dalam menyediakan gizi yang baik untuk anak-anak, ketidakmampuan ekonomi keluarga ini pasti dipicu oleh kemiskinan, dan kemiskinan yang terjadi saat ini adalah kemiskinan sistemik. Pasalnya kemiskinan yang terjadi akibat dampak  penerapan Sistem Ekonomi Kapitalisme yang membuat para kapital legal menguasai kekayaan alam (SDA) yang notabenenya kekayaan tersebut merupakan harta kepemilikan umum (rakyat). Hasil yang melimpah dari sektor ini masuk ke dalam kantong-kantong korporat sehingga negara tidak memiliki dana untuk mengurus rakyatnya. Justru yang ada penguasa kapital memalak rakyat dengan pajak. Rakyat pun susah mencari pekerjaan yang layak, sebab penguasa kapitalisme hanya regulator para kapital, tugas mereka adalah memastikan setiap regulasi memberi keuntungan kepada para kapital, akibatnya kemiskinan sistemik terjadi. Apalagi layanan publik dikomersialisasi, kesehatan, pendidikan dan keamanan diperjualbelikan kepada rakyat, mereka harus membayar jika ingin menikmati layanan ini. Begitu juga layanan pokok seperti sandang, pangan, papan, kebutuhan yang harusnya murah dan terjangkau bagi masyarakat justru dimonopoli oleh swasta. Sehingga mereka yang memiliki kelebihan harta yang mampu membelinya sedangkan yang miskin mereka hanya bisa menahan bahkan bermimpi untuk bisa tercukupi. Inilah akar permasalahan kemiskinan dan stunting, dua hal tersebut merupakan akibat penerapan Sistem Ekonomi Kapitalisme.

Oleh karena itu, kita membutuhkan Sistem Ekonomi Alternatif untuk menyelesaikan problem kronis ini. Satu satunya solusi yang mampu menyelesaikan masalah ini adalah sistem yang diajarkan oleh Islam. Penguasa dalam sistem Islam berjalan di atas syariat Islam sehingga setiap kebijakan tidak akan keluar dari syariat, sedangkan syariat memerintahkan penguasa untuk menjadi pelayan umat. Rasul saw  bersabda, "Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya." (HR Bukhari)

Maka menyelesaikan kasus kemiskinan dan stunting akan begitu mudah oleh Islam karena negara menerapkan Politik Ekonomi Islam. Mekanisme negara menjamin terpenuhinya setiap individu kebutuhan pangan dan nutrisi mereka. Jaminan ini terwujud dalam 4 hal : Pertama, menyediakan lapangan pekerjaan yang luas sehingga tidak ada satu laki-laki pun yang tidak mendapatkan pekerjaan. Dengan bekerja setiap laki-laki yang memiliki tanggung jawab nafkah akan mampu memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang pangan dan papan keluarganya. Konsep ini akan menutup celah stunting dari sisi keluarga karena anak-anak tercukupi gizinya.

Kedua, negara fokus pada peningkatan produksi pertanian dan pangan berikut segala riset dan jaminan kelancaran seluruh proses pengadaannya. Negara juga akan mendata ketersediaan dan distribusi pangan agar tepat sasaran. Jikalau memang tidak tercukupi negara bisa meminta bantuan dari wilayah yang lain atau impor sementara waktu 

Ketiga, menutup celah monopoli pasar oleh para spekulan sehingga harga barang di pasar akan mengikuti mekanisme pasar, permintaan dan penawaran barang akan di kontrol oleh negara. Konsep ini akan menjamin masyarakat bisa menjangkau kebutuhan pokok dan gizi keluarga mereka.

Keempat, melarang privatisasi Sumber Daya Alam oleh para kapital. Dalam Islam kekayaan alam adalah harta kepemilikan umum yang haram untuk dikuasai oleh sebagian orang, karenanya Islam mengatur pengelolaan kekayaan ini ada di tangan penguasa yang hasilnya diberikan seluruhnya kepada masyarakat untuk membiayai kebutuhan seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan. Alhasil, setiap anak-anak akan mendapatkan jaminan dan layanan kesehatan berkualitas dan gratis, kesehatan dan kebutuhan gizi mereka bisa terpantau.

Hanya dengan penerapan Sistem Ekonomi Islam dalam bingkai Sistem Islam Kaffah masalah kemiskinan dan stunting bisa tuntas diselesaikan tidak hanya di negeri ini, namun juga di seluruh dunia.

Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post