Ustaz Radikal Mengancam Siapa?


Oleh: Sumisih

Sungguh miris, dulu ibu-ibu terpaksa antri demi mendapat 1 bungkus minyak 2 liter. Sampai ada yang meregang nyawa pada saat antri. Belum lagi semua bahan pokok naik ditambah lagi kenaikan gas LPG. Lengkap sudah yang di alami ibu-ibu. Sudah suami terkena PHK akibat pandemi. Seolah pemerintah tidak memikirkan apa yang dialami rakyatnya saat ini yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan pokok.

Penguasa malah berteriak kedaulatan negara terancam dengan para penceramah Radikal. Para penceramah yang paham politik memberi wawasan bagaimana pengaturan urusan rakyat sesuai sudut pandang Islam kepada umat dan jamaahnya.

Para istri dan anggotaTNI dan POLRI, mereka punya kiprah untuk membentuk keluarga dan masyarakat untuk beriman dan bermanfaat untuk keluarga dan negerinya. Juga mendukung suaminya dalam menjalankan tugas negara. Mereka para istri mulai belajar dan membenahi diri mengkaji Islam juga memperbaiki keluarganya.

Namun apa daya saat pembelajaran Islam dimulai, tiba-tiba langkah mereka diwaspadai agenda kedisplinan Nasional dijajaran TNI dan POLRI. Hal ini berlaku pula bagi keluarga dan para Istri. Pengajian para istri pun jadi sasaran dan dicurigai.

Hingga pelarangan mengundang para penceramah yang dicap radikal karena anti nasionalisme yang bakal mengganggu kedaulatan negeri.
Larangan tersebut bapak presiden sampaikan saat memberi sambutan pada pembukaan rapat pimpinan TNI dan POLRI di markas besar TNI Selasa (1/3/2022)

Seolah rezim ini menutupi kalau negeri ini ada masalah ekonomi yang belum ada solusinya. Malah sibuk menuding pendakwah dengan radikalisme. Faktanya mereka hanya menyampaikan ajaran Islam dengan dakwah, mana kewajiban umat dan bagaimana menjalankan aturannya serta meninggalkan yang dilarangnya. 

Mereka para penceramah bukan pembuat dan pemutus kebijakan dan perundang-undangan yang diterapkan. Justru yang berteriak cinta negeri dan penjaga kedaulatan yang memberikan semua SDA dikelola asing. Para pekerjanya pun dari asing, di mana rakyatnya juga membutuhkan pekerjaan. Negeri yang kekayaanya luar biasa dari minyak, nikel, batu bara dan penghasil minyak goreng terbesar dunia. Karena penguasaan lahan sawit perkebunan tanaman industri semua dikuasai Aseng dan asing semua masuk dengan alasan investasi. Tapi semua ini tidak pernah dibahas bahayanya.

Pemerintah terus memprovokasi publik agar waspada terhadap kelompok dan pendakwah radikal. Padahal  yang mereka tunjuk adalah kelompok dan tokoh yang kritis terhadap kezaliman dan mengajukan solusi bagi perbaikan negeri.

Rezim memainkan isu nasionalisme untuk menutupi karut marutnya aturan negeri ini. Mereka menyadari ikatan nasionalisme akan menguat jika ada ancaman. Kalau dulu ancamannya penjajah saat ini apa yang dilakukan rezim dengan mengorbankan umat dan anak- anak negeri dengan komando negara adidaya mengadu domba umat Islam dan para pendakwah. Indonesia yang mayoritas muslim seolah mengamini politik belah bambu sebagai bagian dari moderasi Islam.

Saat ini para da'i difitnah dan dijuluki radikal, sedang pejabat yang korupsi masih terhormat. Maka keimanan membutuhkan pembuktian dan pembuktian ini menghadirkan fitnah. Inilah ujiannya. Maka tetaplah berpegang kepada cita-cita yang besar untuk meraih ketakwaan dan surga. Jangan terjebak cita-cita pragmatis yang membelenggu kita dengan rasa takut. Takut dikucilkan dan takut dipecat dari pekerjaan.

Teruslah belajar dan menuntut ilmu dengan saqofah Islam, terus kita dakwahkan dan opinikan ajaran Islam agar tersampaikan kepada masyarakat yang belum paham dengan Islam. Semoga lisan-lisan kita dicatat oleh Malaikat, pentingnya menyadarkan umat pentingnya penerapan Islam kafah itu adalah kekuatan dan kekayaan yang tidak ternilai terus kita dakwahkan sampai Islam dimuliakan Allah.

Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post