MENGILMIAHKAN KESYIRIKAN

Penulis: Luwy sartika
Gelaran motoGP yang dilaksanakan beberapa waktu lalu di Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB, masih belum lepas dari bayangan masyarakat. Bukan tanpa sebab, dibukanya Sirkuit Mandalika disaat pandemi covid19 yang masih mengintai menjadi pro dan kontra bagi masyarakat. Belum lagi opini-opini yang muncul disaat proses pembangunan sirkuit Mandalika yang konon disebut menelan biaya hingga mencapai angka 1,2 triliun rupiah menurut data dari advisor Mandalika Grand Prix Association (MGPA), Dandossi Matram, pada wawancara dalam market riview di IDX1 channel, Ia menjelaskan bahwa biaya pembangunan didapat dari investasi yang digulirkan oleh Indonesia tourism development corporation. 

Terlepas dari hal itu, menjelang pagelaran motoGP pada minggu 20/03/2022 turun hujan di sekitar wilayah sirkuit hingga membuat acara motoGP hampir terkendala. Namun saat itu muncul seorang pawang hujan, bernama Rara Isti Wulandari yang berhasil menjadi sorotan publik, karna aksinya untuk menghentikan hujan setelah mendapat persetujuan dari pemerintah. Sosoknya mulai semakin dikenal setelah berhasil mengalihkan hujan yang mengguyur sirkuit. Tentu saja hal ini membuat banyak pihak menyuarakan komentar yang beragam. KEMENDIKBUD RI mengatakan bahwa tradisi pawang hujan ada di dunia sejak berabad-abad yang lalu dengan bekerja menggunakan gelombang otak, “teta” untuk berkomunikasi dengan semesta saat sedang melakukan tugasnya.

Bahkan, dikatakan bahwa aksi pawang hujan seperti yang dilakukan oleh Rara merupakan salah satu kearifan budaya lokal Indonesia. Tentu hal ini tidak bisa dikatakan sebagai suatu kearifan budaya, terlebih oleh seorang mukmin yang meyakini bahwa sesuatu terjadi hanya dengan seizin dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Menanggapi hal tersebut, Ustadz Felix siauw berkomentar atas pernyataan KEMENDIKBUD ristek ini. Beliau mengatakan bahwa pawang hujan yang merupakan sebuah klenik bukan sepantasnya disebut dengan pendidikan. Jika KEMENDIKBUD menganggap bahwa hal klenik sebagai bagian dari budaya yang perlu dilestarikan maka ilmu-ilmu sains tidak perlu dipelajari. Sebab, secara fakta ilmiah untuk mempelajari cuaca diperlukan ilmu meteorologi, fisika, dan geofisika. Apalagi dengan pernyataan Rara yang secara lantang menjelaskan kepada publik bahwa Ia memiliki semacam remot AC besar yang terhubung ke langit yang digunakan untuk bekerja bersama para pekerja dan para pembalap dengan dirinya sebagai pengendali remot tersebut. 

Sungguh hal yang sangat tidak bisa diterima oleh logika manusia. Namun demikian, pemerintah yakni KEMENDIKBUD yang notabenenya merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi mencerdaskan masyarakat malah seakan mengiyakan kalimat diluar nalar yang dilontarkan Rara. Hal ini tentu saja sangat berbahaya, karena merupakan pembodohan publik jika aksi klenik pawang hujan merupakan salah satu bentuk kesyirikan sehingga secara tidak langsung pemerintah telah menyatakan kebolehan syirik dan mendorong kesyirikan di tengah masyarakat.

Padahal, dalam Islam telah dinyatakan bahwa perbuatan syirik merupakan dosa besar yang tidak akan ada ampunan bagi pelakunya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” 
(QS An-Nisa: 48)

Namun sayang, watak rezim neolib yang sangat menjunjung tinggi kebebasan hingga melegalkan syirik. Bahkan, penguasa sendiri yang mempertontonkan kepada masyarakat sebagai contoh, seolah–olah hal itu merupakan sakralisme negara yang tidak boleh ditutupi. Istilah-istilah lain seperti dukun, peramal, tukang tenung, dan munajjim (ahli nujum) serta sahir (tukang sihir) memiliki makna yang sama dari sisi pengakuan mengetahui hal-hal ghaib dan penerimaan info tentang hal-hal ghaib tersebut melalui setan atau jin. 

Disinilah peran kita sebagai seorang muslim, harus selalu waspada memilih dan memilah segala bentuk informasi yang menyimpang dari akidah islam dan pemikiran Islam yang lurus. Dengan cara terus memperkuat akidah serta keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dimana segala sesuatu tidak akan pernah terjadi tanpa seizin dari-Nya termasuk perihal turunnya hujan. Disamping itu sangat perlu adanya peran Negara dalam melindungi akidah ummat sehingga ummat tidak mudah terperosok ke dalam hal-hal yang dapat membuatnya mendapatkan azab dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hanya oenerapan Islam kaffah dibawah kepemimpinan khalifah lah satu-satunya solusi yang mampu membimbing dan mengarahkan ummat untuk hidup atas dasar peraturan dari Allah Subhanhu wa Ta'ala. Sehingga, terciptalah kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang insyaa Allah akan membawa pada kebahagiaan akhirat pula.
Wallahu a'lam bishowab

Post a Comment

Previous Post Next Post