Nasib Pilu Lansia di Era Kapitalisme


Oleh  Eva Rahmawati
(Aktivis Muslimah)

Masa tua bahagia, hidup bercengkrama dengan anak-anak dan cucu pasti didamba oleh setiap orang tua. Apalagi, kala raga tak sekuat dulu. Fisik yang mulai goyah, pastinya butuh pendampingan keluarga. Hingga hangatnya kebersamaan dirasa.

Namun, ada beberapa orang tua yang bernasib pilu. Hidup sebatang kara di jalanan, karena sengaja ditelantarkan oleh anaknya. Sebutlah Ibu Aishah (80 tahun) asal Malaysia yang ditinggalkan anaknya usai dirinya disuruh membeli sesuatu di toko. (Tribunnews.com, 21/10/19).

Pekan ini, publik juga dihebohkan dengan berita seorang ibu bernama Trimah, 65 tahun, warga Magelang, Jawa Tengah, dititipkan ke sebuah panti jompo, Griya Lansia Husnul Khatimah, Malang, Jawa Timur. Dalam wawancara dengan tvOne, Minggu, 31 Oktober 2021, ia mengatakan alasan dia dititipkan ke panti jompo adalah karena anak-anaknya tidak mampu membiayai orang tua.

Kisah serupa masih banyak dijumpai di tengah masyarakat. Fenomena anak enggan mengurus orang tua sungguh tak berujung. Keberadaan orang tua lansia dianggap beban. Apalagi jika sakit-sakitan, ditambah kondisi ekonomi yang serba kekurangan.

Benarlah sebuah ungkapan bahwa satu ibu bisa merawat 10 anak, tetapi 10 anak belum tentu bisa merawat satu ibu. Anak yang tega menyia-nyiakan orang tua, apakah ia lupa pengorbanan orang tuanya? 

Bukankah orang tua telah merawatnya dengan penuh kasih sayang? Mendidik dan membesarkan sepenuh jiwa, tanpa kenal lelah. Tak ada sedikitpun mengharapkan balasan materi.

Lantas apa yang sebenarnya melatarbelakangi fenomena tersebut?

Kapitalisme Biang Masalah

Hidup dalam Sistem Kapitalisme bagaikan ikan hidup di darat. Serba sulit, ditambah beban yang kian menghimpit. Kesulitan ekonomi menjadikan tak sedikit keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Kondisi ini, seolah menjadi pembenaran dari anggota keluarga untuk menitipkan orang tua ke panti jompo bahkan ada yang tega sampai membuang di pinggir jalan. 

Dalam hal ini, Kapitalisme juga menunjukkan kurangnya negara dalam me-ri'ayah rakyat. Tanggung jawab negara dalam memenuhi kebutuhan rakyat belum sepenuhnya dirasakan. Masih banyak rakyat hidup di bawah garis kemiskinan. Realitas justru memperlihatkan kesejahteraan milik pejabat, sementara rakyat hidup dalam kepayahan.

Kapitalisme juga menjadikan semua diukur dengan materi. Apa-apa ditimbang berdasarkan asas manfaat. Wajar jika kemudian lahirlah anak-anak yang egois. Ketika merawat orang tua dipikirnya hanya mengeluarkan biaya. Maka, tak sudi anak-anak tersebut mengurus orang tuanya.

Sistem ini juga mematikan fitrah. Menjadikan anak-anak hilang rasa belas kasih, individualis, durhaka penyebabnya pembinaan negara kurang dalam membentuk generasi penyejuk mata, yang berbakti kepada orang tua.

Sistem Kapitalisme telah menafikan peran Tuhan dalam kehidupan. Pola asah, asih dan asuh di dalam keluarga jauh dari aturan agama. Hubungan orang tua dan anak tidak dibangun dengan pondasi Islam. Sekularisme justru yang membentuknya. Hasilnya nilai-nilai moral, agama kurang didapat.

Disamping itu, orang tua dan anak masing-masing tidak memahami hak dan kewajibannya. 

Hal ini diperparah dengan ide kebebasan yang dijamin dalam Kapitalisme. Setiap orang bebas berbuat dan berpendapat. Nilai-nilai liberal ini diajarkan dalam pendidikan sekuler. Maka lahirlah generasi cakap ilmu, tapi bobrok perilaku.

Islam Solusi Komperhensif

Dalam pandangan Islam, berbakti kepada orang tua mempunyai kedudukan yang sangat penting. Merupakan kewajiban dan perintah tersebut Allah SWT posisikan setelah beribadah dan menauhidkan-Nya.

Allah SWT berfirman dalam Qur'an surat Al Isra ayat 23 dan 24.
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah!' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan mulia."

Merupakan dosa besar jika seorang anak memperlakukan buruk orang tuanya. Rasulullah Saw bersabda, "Dosa besar yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua." (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).

Dalam Islam, negara mempunyai tanggung jawab penuh dalam me-ri'ayah rakyat. Termasuk dalam pemenuhan kebutuhan baik yang bersifat individu maupun publik. Kesejahteraan rakyat terkait erat dengan masalah ini. Ketika rakyat sejahtera, tak akan ada nasib pilu para lanjut usia. 

Hal ini didukung pula dengan pendidikan yang berbasis Islam, bukan pendidikan sekuler. Sehingga lahirlah generasi berkepribadian Islam, akhlak mulia, dan cakap ilmu.

Jika negara benar-benar mewujudkannya, dapat dipastikan hubungan orang tua dan anak akan harmonis, saling menyayangi, hidup bersama hingga masa tua.

Wallahu a'lam bishshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post