Kapitalisme Mematikan Fitrah Manusia



Oleh Shofiyyah Syaharani

Pertama kali ketika membuka mata di dunia ini, kita disambut dengan senyuman hangat dari kedua orang tua kita yang telah menunggu selama sembilan bulan untuk berjumpa. Tidak ada kata lelah bagi orang tua untuk mendidik, memenuhi kebutuhannya, memenuhi sandang papan dan pangan agar tetap hidup dengan nyaman. Lalu apakah kita sudah membalas semua yang telah orang tua lakukan kepada kita?

Akhir-akhir ini banyak sekali berita yang tersebar luas tentang anak yang meninggalkan orang tuanya di panti jompo dan bahkan menelantarkannya begitu saja di pinggir jalan. Seperti yang di alami oleh seorang ibu bernama Trimah, usia 65 tahun, warga Magelang, Jawa Tengah yang dititipkan ke sebuah panti jompo, Griya Lansia Husnul Khatimah, Malang, Jawa Timur. Ia mengatakan alasan dia dititipkan ke panti jompo adalah karena anak-anaknya tidak mampu membiayai orang tua. (Viva.co.id, 31/11/2021).

Sistem yang diterapkan hari ini adalah sistem kapitalis di mana segala sesuatu membutuhkan uang atau materi. Hal ini membuat anggota keluarga merasa  mengurus orang tua sebagai beban dan akan menambah pengeluaran. Sehingga banyak sekali dengan alasan ekonomi membuat banyak lansia atau orang tua yang di telantarkan di pinggir jalan.

Sistem yang diterapkan hari ini menghilangkan nilai-nilai agama sehingga menjadikan hilangnya pula fitrah sebagai agama. Anak yang di harapkan tumbuh dengan baik dan menjadi anak yang sukses dunia akhirat, namun karena desakan ekonomi dan hilangnya nilai agama pada dirinya justru tega menelantarkan orang tua. Hal ini tentu tidak lepas dari peran negara, karena kapitalisme ini menghilangkan pemahaman fitrah anak yang seharusnya memuliakan dan menghormati orang tua. Sehingga sistem ini melahirkan anak durhaka, apalagi terdapat kebebasan dan negara melindungi kebebasan itu.

Negara memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam menetapkan kurikulum pendidikan. Sistem pendidikan kapitalis menganut unsur pendidikan sekuler (pemisahan agama dari kehidupan). Maka dari itu negara bertanggung jawab untuk mengubah pendidikan sekuler ini dengan pendidikan berbasis Islam. Karena dalam pendidikan Islam akhirnya akan melahirkan generasi yang berakhlak mulia.

Dalam Islam termasuk dosa besar durhaka kepada orang tua, Rasulullah Saw. bersabda: “Dosa besar yaitu menyekutukan Allah dan durhaka pada orang tua.” (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi).
Bahkan di dalam Al-Qur’an kita diperintah untuk berbuat baik kepada ibu bapak seperti di dalam Qs. Al-Isra’ ayat 23: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."

Islam tidak hanya mengajarkan ibadah ritual saja. Tidak hanya mengatur tentang shalat, zakat, haji, puasa. Tetapi, Islam mengatur segala aktivitas manusia dari bangun tidur hingga tidur lagi, tidak hanya urusan individu Islam juga mengatur urusan negara dengan penerapan syari’at Islam secara kafah di tengah-tengah umat.

Khilafah menjamin kesejahteraan rakyat. termasuk dalam hal ekonomi yang menimpa rakyat. Negara mempunyai peran yang besar untuk memberikan lapangan pekerjaan yang memadai. Khilafah juga memberikan dorongan kepada masyarakat untuk saling tolong menolong ketika ada individu yang tertimpa kesusahan seperti yang telah di atur dalam Islam, seperti zakat, sedekah, dll.

Dengan adanya khilafah segala kebutuhan yang diperlukan oleh rakyat akan terjamin, dan tidak akan di temukan orang tua yang terlantar atau di buang karena permasalahan ekonomi. Akhirnya, tidak akan ada anak durhaka kepada orang tua. Khilafah melahirkan individu yang memahami tanggung jawab merawat orang tua.

Wallahu a’lam bishawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post