Doa dan Ikhtiar Solusi Tuntas Menghadapi Bencana


Oleh Ummu Mubarok
Ibu Rumah Tangga dan Pejuang Literasi

Doa adalah senjata yang sangat agung yang tidak pernah meleset, panah yang tidak pernah gagal mengenai sasaran. Doa juga merupakan benteng kokoh tempat berlindung seorang muslim dari tindak makar pembuat makar dan berbagai bencana yang saat ini menimpa negeri terutama serangan virus Covid-19 yang semakin mengkhawatirkan.

Baru-baru ini, Abdul Halim Iskandar, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) mengirimkan surat resmi kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa untuk menggelar doa bersama. Halim mengimbau agar seluruh pihak melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Doa ini dimaksudkan guna menyikapi kondisi melonjaknya angka Covid-19 di negeri ini. Halim juga mengimbau agar seluruh pihak berdoa agar kuat dan tabah menghadapi pandemi, serta mendoakan pemimpin dan masyarakat Indonesia dapat saling membantu dan menguatkan, serta bergotong royong dalam menangani pandemi Covid-19.(detiknews.com, 03/7/2021)

Hal yang sama juga ditekankan oleh Presiden Joko Widodo, dalam sambutannya pada acara doa bersama bertajuk #PrayFromHome, Presiden mengajak seluruh masyarakat Indonesia menundukkan kepala, memanjatkan doa bersama kepada Allah Swt. agar pandemi Covid-19 segera berakhir. (antaranews.com, 11/7/2021)

Masalahnya, bisakah negeri ini bebas dari berbagai bencana, terutama serangan Covid-19 hanya dengan doa bersama, tanpa dibarengi dengan ikhtiar?

Himbauan doa bersama oleh Mendes PDTT, sebenarnya adalah sebuah pengakuan bahwa manusia lemah, butuh pertolongan Allah Swt. yang Maha Mengetahui. Semua negara di dunia memerlukan solusi yang tuntas untuk menghadapinya.  Semestinya, doa bersama jangan hanya dilakukan untuk keluarga, tetapi juga bagi para pengambil kebijakan di negeri ini.

Doa dan harapan pada Allah Swt. memang menjadi senjata yang ampuh menghadapi berbagai masalah. Namun hanya berdoa saja tidak cukup untuk menangkal atau mengatasi virus Corona, yang kasusnya masih terus meningkat. Tetapi  juga wajib melakukan taubatan nasuha dan ikhtiar seluruh masyarakat dan jajaran pemerintahan. Bila benar membutuhkan pertolongan 
Allah Swt., semestinya ada penyadaran, bahwa saat ini penguasa masih melakukan kemaksiatan yaitu tidak diterapkannya hukum Islam secara kafah dalam mengatur negara. 

Sosiolog Dr Craig Considine menjelaskan, Nabi Muhammad saw. telah memberi contoh pentingnya ikhtiar selain doa. Usaha maksimal ditambah doa akan memberi hasil terbaik dibanding hanya melakukan salah satunya. Dalam tulisannya yang dimuat di Newsweek, ia merujuk pada salah satu hadis yang diceritakan Anas bin Malik. Hadis ini berderajat hasan namun sangat relevan dengan kondisi umat Islam.

"Ya Rasulullah saw. apakah aku harus mengikat untaku dan bertawakal pada Allah Swt. atau melepaskannya dan bertawakal pada Allah Swt.?" Rasulullah saw. berkata, "Ikat untamu dan bertawakal pada Allah Swt." (HR. At-Tirmidzi)

Jelas sekali, bahwa untuk menghentikan kasus Covid-19, doa saja tidak cukup, tetapi harus dibarengi dengan ikhtiar. Usaha lockdown telah dilakukan Rasulullah saw. ketika menghadapi wabah pandemi yang menyerang. 

"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR. Bukhari) 

Disamping itu, yang lebih penting yang wajib dilakukan oleh seluruh  lapisan masyarakat dan penguasanya yaitu  segera mencampakkan sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan saat ini. Segera berjuang untuk menegakkan khilafah, institusi yang menerapkan hukum Islam kafah. 

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post