Ritel Gulung Tikar, Ekonomi Kapitalis Terkapar



Oleh Ummul Asminingrum, S.Pd.
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

PT Hero Supermarket Tbk atau Hero Group, menjadi perusahaan ritel terbaru yang akan menutup semua gerai hipermarket Giant per Juli 2021.

Langkah Hero Group ini mengikuti peritel lainnya yang sudah terlebih dahulu menutup sebagian atau semua gerainya. Misalnya PT Matahari Departemen Store Tbk yang menutup 25 gerai pada tahun 2020 dan berencana kembali menutup 13 gerai tahun ini. Ada pula gerai ritel Fashion Centro Departemen Store dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (Kompas.id, 28/05/2021)

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey, mengatakan bahwa bisnis ritel telah memasuki titik nadir setelah satu tahun memasuki pandemi. Ia mencatat selama pandemi terdapat 400 minimarket yang gulung tikar. Sementara untuk supermarket Maret - Desember 2020 rata-rata ada 5-6 gerai yang terpaksa tutup setiap hari. Per Januari-Maret 2021 rata-rata 1-2 toko yang tutup dalam sehari.

Penyebab tumbangnya banyak gerai ritel modern diantara nya adalah; Pertama, pengalihan ekonomi menuju era digital. Bahkan hal ini terjadi sebelum adanya pandemi. Sudah banyak gerai ritel yang tutup dikarenakan persaingan bisnis secara e- commerce sehingga mengalihkan belanja masyarakat dari gerai ritel menjadi online. Bisnis ritel kurang mampu bersaing dengan e-commerce yang menawarkan promosi dan kemudahan.

Kedua, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, menyebabkan terbatasnya aktivitas ekonomi masyarakat diluar rumah karena adanya kebijakan PSBB dan PPKM. Menurunnya daya beli masyarakat menyebabkan omset penjualan turun. Pemasukan dari hasil penjualan sangat tidak memadai dibandingkan aset dan biaya operasional. Meskipun selama dua bulan terakhir ini ada peningkatan konsumsi namun tidak bisa menutupi kerugian selama 12 tahun terakhir.

Ketiga, kurangnya perhatian dari negara. Pukulan berat terhadap pelaku bisnis ritel akibat pandemi Covid-19 sebenarnya sudah terasa sejak April 2020. Ditengah kondisi demikian para peritel begitu kesulitan mengakses stimulus dan insentif dari negara.

Beberapa Insentif dari pemerintah untuk korporasi tidak didapatkan oleh pengusaha ritel. Misalnya relaksasi kredit dan insentif listrik. Awal Mei 2021, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, melihat kondisi ritel yang masih terpuruk, pemerintah akan menggodok insentif pajak untuk pelaku ritel dalam bentuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). Namun, sampai sekarang belum ada kejelasan terkait rencana itu.

Sedangkan dampak buruk dari penutupan gerai ritel modern diantaranya, akan menghilangkan pendapatan negara. Sebab tidak ada lagi pajak reklame, pajak air dan tanah. Bertambahnya pengangguran akibat PHK massal yang dilakukan oleh perusahaan ritel yang berakibat pada hilangnya daya beli masyarakat. Berpotensi mematikan UMKM, pasalnya banyak UMKM yang memasarkan produknya di gerai ritel modern. Dan semakin memperburuk krisis ekonomi tentunya.

Kolapsnya Ekonomi Kapitalisme

Setidaknya ada lima indikator ekonomi yang dijadikan acuan suatu negara mengalami resesi, yakni PDB riil, pendapatan, tingkat pengangguran, manufaktur, dan penjualan ritel. Sedangkan beberapa tanda-tanda awal jika suatu negara mengalami resesi diantaranya :
1. Indeks bursa efek turun terus menerus.
2. Banyak barang ditawarkan, banyak kredit ditawarkan.
3. Mulai pemutusan hubungan kerja.
4. Mulai penutupan usaha.

Resesi ekonomi adalah suatu yang lumrah dan merupakan gejala periodik yang terjadi dalam sistem ekonomi Kapitalis. Hal ini sebenarnya telah menunjukkan kepada kita betapa rapuhnya sistem ini. Sistem ekonomi Kapitalis dibangun berdasarkan struktur semu yaitu non rill ( pasar modal, bursa saham, perbankan).

Ditambah penggunaan mata uang dolar atau fiet money yang rentan berfluktuasi. Fiet money adalah mata uang yang hampa (kertas) yang tanpa kontrol dan tanpa back up. Fiet money ini tergantung pada bank sentral sebagai pencetaknya. Nilai tukarnya tidak stabil, mudah dipengaruhi oleh perubahan kondisi suatu negara sehingga rawan terjadi inflasi. Ditambah minimnya peran negara dalam sistem kapitalisme juga berefek pada kehancuran ekonomi dan bertambahnya penderitaan rakyat.

Bagi yang mau berfikir dan melihat lebih dalam lagi fakta yang ada. Setidaknya sudah memberikan kita gambaran betapa bobrok dan rapuhnya sistem ekonomi Kapitalisme. Berharap kesejahteraan pada sistem ini bagaikan berlindung dibawah sarang laba-laba yang rapuh. Terkena angin saja sudah goyah. Apalagi diterjang badai, pastilah akan porak-poranda.

Ù…َØ«َÙ„ُ الَّØ°ِينَ اتَّØ®َØ°ُوا Ù…ِÙ†ْ دُونِ اللَّÙ‡ِ Ø£َÙˆْÙ„ِÙŠَاءَ ÙƒَÙ…َØ«َÙ„ِ الْعَÙ†ْÙƒَبُوتِ اتَّØ®َØ°َتْ بَÙŠْتًا ۖ ÙˆَØ¥ِÙ†َّ Ø£َÙˆْÙ‡َÙ†َ الْبُÙŠُوتِ Ù„َبَÙŠْتُ الْعَÙ†ْÙƒَبُوتِ ۖ Ù„َÙˆْ Ùƒَانُوا ÙŠَعْÙ„َÙ…ُونَ

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (Al-Ankabut [29]: 41)

Tanpa adanya pandemi Covid-19 pun kapitalisme pasti akan runtuh sebab sistem ini selain rusak oleh prinsip-prinsip dasarnya juga secara membabi buta merusak dan mengeksploitasi lingkungan. Apabila kehancuran kapitalisme telah didepan mata. Akankah kita mempertahankannya ?

Kembali Kepada Syariat

Bukankah ada sistem kehidupan yang jauh lebih baik, yang dapat membawa pada kerahmatan seluruh alam. Islam, adalah sebuah ideologi yang bersumber dari Wahyu Illahi. Memiliki seperangkat sistem yang mampu membawa manusia menuju keberkahan di dunia dan akhirat. Dalam Islam, negara hadir sebagai pelaksana  syariat secara menyeluruh termasuk dalam sistem ekonomi. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem anti riba dan fokus pada ekonomi rill.

Dalam sistem Islam negara akan mengawasi keberlangsungan sektor perdagangan seperti ritel agar tidak terjadi monopoli pasar, persaingan tidak sehat dan berbagai jenis distorsi pasar lainnya. Negara juga tidak akan membebani pelaku usaha dengan berbagai pajak dan pungutan diluar ketentuan syariat. Juga memberikan perlindungan dari hegemoni ekonomi raksasa dunia.

Negara sebagai pelindung rakyat tidak akan membiarkan pandemi berkepanjangan yang menyebabkan ekonomi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Islam mempunyai cara penanganan sebagaimana Rasulullah Saw ajarkan. Dengan diterapkannya Islam secara Kafah insyaallah hidup akan berkah.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post