Ketika Corona Tak Hanya Butuh 3T*

Oleh : Faizul Firdaus,  S.Si
 (pemerhati kebijakan publik)


Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, ada tren kenaikan kasus Covid-19 di bulan April 2021. Berdasarkan data kasus konfirmasi Covid-19 dari Kemenkes, Nadia menjelaskan pada Rabu (28/4/2021) terdapat 5.241 penambahan kasus Covid-19. Sementara itu, pada Kamis (29/4/2021), ada 5.833 kasus baru Covid-19. "Artinya ada tambahan sebanyak 600 kasus. Nah, ini tentunya kembali menjadi alarm kita," kata Nadia dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube Kementerian Kesehatan, Senin (Kompas.com 3/5/2021)

Ini adalah tahun ke dua Indonesia dan dunia berperang melawan makhluk kecil bernama Corona Virus.  Dan selama itu pula diterapkan kepada rakyat berbagai rekayasa kebijakan agar masyarakat terhindar dari wabah berkepanjangan.  

Akan tetapi tidak dipungkiri bahwa sejak awal kemunculan wabah ini,  berbagai upaya penangan menampakkan adanya dualisme orientasi. Yaitu orientasi penyelamatan jiwa dan orientasi ekonomi.  Dan sayangnya justru kebijakan global yang diambil oleh institusi negara didominasi oleh orientasi ekonomi. Inilah yang menyebabkan lahirnya kebijakan-kebijakan yang kontra produktif hingga hari ini,  dan jelas semua itu berefek pada tidak kunjung meredanya wabah di tengah-tengah masyarakat di negeri ini.

Dunia hari ini menjadi panggung besar utk kita bisa melihat bagaimana carut marutnya sistem kapitalis dalam menyelesaikan wabah Covid-19. Orientasi penyelamatan jiwa dibayang bayangi oleh besarnya penjagaan kepentingan ekonomi. Sebagaimana tindakan lockdown tidak segera diberlakukan ketika masih sedikit yang terpapar Covid-19, dikarenakan tidak ingin adanya pengeluaran dana negara untuk pembiayaan lockdown. Padahal jelas secara teori medis lockdown pada kondisi yang tepat akan membuat penyelesaian dan pengendalian wabah akan segera tercapai.  Akan tetapi sekali lagi karena alasan ekonomi lebih dikedepankan maka pilihan lockdown pada awal terpapar tidak diambil. 

Betapa tampak sangat menyakitkan nurani publik.  Ketika mudik hari raya dilarang tapi arus kedatangan TKA china masih terus berdatangan. Begitu juga dengan dibukanya sektor pariwisata.  Tampak jelas sekali orientasi ekonomi lebih dominan daripada orientasi penyelamatan jiwa. 

Menilik bagaimana cara Islam dalam menangani wabah.  Yaitu bahwa ketika ada kabar tersebarnya wabah maka Rasulullah menyampaikan bahwa siapa saja yang sakit tidak boleh keluar. Dan yang dari luar tidak masuk.  Maka tidak butuh waktu lama.  Akhirnya wabah terselesaikan.  Demikianlah bagaimana sebenarnya Islam memiliki sistim politik kesehatan publik untuk pengendalian wabah. Dan ternyata berhasil.

Semoga negeri ini segera sadar bahwa selama ini telah salah dengan mengedepankan orientasi ekonomi.  Dan bahwa selama ini masih kurang sungguh-sungguh dalam mengerahkan kemampuan untuk melindungi jiwa. Karena walaupun sudah mempunyai slogan Testing,  Tracking and Treatment. Kan tetapi tidak dipungkiri pelaksanaan 3T tersebut masih mempertimbangan pertimbangan ekonomis.

Post a Comment

Previous Post Next Post