Discovering Media Literacy

Oleh: Nur Rahmawati, S.H.
(Penulis dan Pegiat Literasi)

Literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan dalam medium. Inilah mengapa perlunya seorang penulis untuk terus menciptakan kebiasaan literasinya. Banyak hal berkesan,  mengedukasi atau bahkan sebaliknya akan dapat dinilai oleh siapapun yang cerdas dan mampu menangkap framing apa yang hendak digiring oleh suatu media. Sayangnya rendahnya literasi negeri ini membuat miris.

Fakta pertama, UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca! Dikutip dari Kominfo.co.id, 10/10/2017.

Lemahnya kesadaran literasi inilah salahsatu sebab rendahnya kemampuan dalam memahami berita atau informasi. Sayangnya, hingga kini, walau masyarakat Indonesia banyak menggunakan gadget namun tak lantas membuat mereka sadar akan pentingnya literasi, bahkan bisa dikatakan kurang.

Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. (Kominfo.co.id, 10/10/2017).

Dari data di atas, maka perlu adanya kekuatan mengubah baik dari individu, masyarakat, dan negara untuk bersama menggalakkan sadar literasi dan pembiasaan yang mampu menopang kemajuan modernisasi dan globalisasi serta era industri 4.0. Semua ini juga memerlukan upaya melek literasi media 

Kemampuan ini, akan membawa dampak luar biasa, tentunya dampak positif. Jika seseorang menyandarkan pola berpikirnya Islam, maka akan mencari tahu terlebih dahulu apakah pemberitaan ini bertentangan dengan Islam atau
tidak.

Melek literasi media menggugah rasa ingin tahu pecinta literasi. Berikut beberapa yang perlu diingat agar aktivis dakwah mampu melek literat media. Kemampuan ini meliputi

Pertama, Acces yaitu memahami jenis konten dan alurnya.
Kedua, Analisis, apakah kita mengerti pesan yang dibawa oleh media? Ketiga,
Evaluasi, sadarkah setiap pesan dibuat oleh seseorang dengan opini masing-masing? Keempat, Create, ketika bermedia sejauh mana memahami tanggungjawab tentang apa yang kita tampilkan di media kita?
Kelima, Act, apa yang dilakukan setelah menerima informasi yang baru saja dilahap?


Lebih lanjut kita harus memahami tujuan literasi media yaitu menganalisis, mempertimbangkan tujuan dan siapa yang bertanggung atas pesan. Membatasi pilihan media.
Memperkuat pengalaman. Memperkuat persepsi.

Selanjutnya, mempelajari soal Framing yaitu memilih fakta/ realitas dan menuliskannya. 

Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi dan melihat peristiwa dengan perspektif wartawan atau media, apa yang dipilih (include) dan apa yang dibuang (exlude). 

Menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan khalayak dengan menuliskan gagasan berupa kata, gambar, judul berita dan penonjolan realitas bermakna, sehingga diingat khalayak.

Kemudian diakhir perlunha memahami tentang agenda setting berupa paradigma positivis, konstruksionis dan gagal paradigma. Semua ini dipengaruhi oleh idiologi yang menjadi peta media dalam mengkonstruksi realitas sosial. Jika pengemban dakwah gagal dalam mengkonstruksikan maka bersiap akan tergiring mengikuti kehendak media.

Alhamdulillah, ilmu ini sangat bermanfaat dan memberikan banyak informasi baru khususnya penulis pemula. Oleh karenanya perlunya melek literasi guna meningkatkan level berpikir kita.

Post a Comment

Previous Post Next Post