Derita Muslim Palestina, Derita Muslim Sedunia


Oleh : Zulhilda Nurwulan,S.Pd 
(Relawan Opini Kendari)

10 malam terakhir Ramadhan, malam mulia yang dinantikan setiap muslim di seluruh dunia menjadi malam yang sungguh mencekam untuk wilayah Palestina. Saat ribuan bahkan jutaan umat muslim di dunia tengah menikmati nikmat i'tikaf, umat Palestina tengah berjuang melawan kebengisan tentara zionis Israel. Wahai kaum muslimin, apa yang terjadi pada hati kalian saat saudara muslim kita di Palestina tengah berjuang melawan kebatilan tentara zionis Israel? Adakah hati kalian gentar? Atau hanya menskrol berita di jejaring sosial media pribadi kalian tanpa empati sedikitpun? Jika itu terjadi, sudah seharusnya mengecek iman yang ada di hati kalian.

Dunia Islam tengah berduka, namun nampaknya pemimpin negeri kaum muslimin tengah sibuk mengurusi dunia mereka sendiri. Di negeri kita, malam takbiran diramaikan dengan gema takbir yang merdu, bahkan tak jarang yang meramaikan malam takbiran dengan pesta kembang api. Sementara, Palestina diramaikan lantunan takbir para penjaga kiblat kaum muslimin,  pun gencatan senjata yang tak henti bergejolak.

Dilansir dari KumparanNews, lebih dari 500 warga Palestina dan 21 petugas polisi terluka pada penyerangan yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina. Bahkan berita terbaru, pada Senin (10/5), Israel menyerang Gaza di Palestina secara membabi-buta. Akibat serangan udara tersebut sebanyak 20 orang tewas. Tindakan ini mendapat respon dari kelompok militan Palestina, Hamas Al Qassam. Pada Selasa (11/5), Hamas meluncurkan puluhan roket mengarah ke wilayah Yerussalem. Serangan roket Hamas mengenai beberapa rumah penduduk dan mobil sipil. Namun, warga sipil hanya menderita luka ringan. Lantas, apa yang terjadi setelah serangan Hamas ke Israel?

Pengkhianatan Otoritas Yahudi

PM Israel Benjamin Netanyahu menyebut, serangan ke Gaza adalah tindakan balasan. Benjamin Netanyahu mengatakan Hamas dan Jihad Islam akan “membayar harga yang sangat mahal. Sebelumnya, roket yang diluncurkan Hamas dari Gaza menghujani wilayah Israel. Padahal, bukan rahasia lagi jika penyerangan yang dilakukan zionis Israel terhadap warga sipil Palestina bukanlah yang pertama kali. Hal ini sudah berlangsung selama beberapa dekade. Kekejaman Israel dimuai pada tahun 1967. Namun, pengkhianat Israel seolah merupakan korban pada penyerangan yang terjadi kali ini. Seyogianya, Israel adalah negara yang lemah. Akan tetapi, karena dukungan Amerika Serikat, negara adidaya yang selalu mensupport di belakang, membuat mereka berani melakukan apapun yang mereka inginkan untuk menghancurkan Palestina. 

Sami Abu Shehadeh, anggota Knesset Palestina dan pemimpin partai Balad, mengatakan Benjamin Netanyahu mengizinkan “kekerasan” ini dalam upaya mempertahankan kekuasaannya. Menurutnya, Netanyahu melakukan ini untuk bertahan dari krisis politik, dan untuk menjaga dirinya tetap mendapat kursinya sebagai perdana menteri, sehingga  dia siap untuk melakukan apa pun.

Menurut pengamat politik internasional, Ustaz Farid Wadjdi, keberanian, arogansi, dan kelancangan penjajah Yahudi ini disebabkan beberapa hal. Pertama, penjajah Yahudi sangat paham ada AS dan negara-negara barat di belakangnya. Dukungan politik AS tersebut menjadikan eksistensi penjajahan Yahudi bersifat permanen dari presiden ke presiden. 

Kedua, penjajah Yahudi paham sikap pengkhianatan dan lemahnya penguasa-penguasa negeri muslim yang “paling-paling” hanya akan mengecam. Walaupun kekuatan militer negeri-negeri muslim ini kuat dan besar, tetapi tidak akan diarahkan dan dimobilisasi untuk membebaskan tanah Palestina dari penjajah Yahudi ini.

Seyogianya, penderitaan muslim Palestina adalah tanggung jawab muslim sedunia. Sekalipun kekuatan militer yang dimiliki muslim dunia besar, namun tanpa adanya tindakan nyata maka semuanya hanya merupakan kesia-siaan. Palestina tidak membutuhkan kecaman melainkan bantuan militer yang mampu mengusir mundur tentara Israel dari tanah haram, Palestina. Siapapun bisa berdalih, siapapun bisa mengecam, akan tetapi yang mampu menolong hanyalah bantuan milter dan sikap berani para pemimpin muslim melawan kebengisan dan pengkhianatan tentara zionis Israel.

Tanpa Institusi Politik Pemersatu, Umat Islam Lemah

Masalah Palestina tidak bisa diselesaikan hanya dengan kecaman. Adanya organisasi internasional nyatanya tidak memberikan solusi apa-apa. Meski PBB mengklaim dirinya sebagai organisasi pembawa perdamaian, nyatanya perdamaian itu hanyalah jargon kosong. Faktanya, deklarasi PBB pada 1948 yang menyatakan negara Israel “resmi” berdiri di atas tanah Palestina menjadi pemicu penjajahan dan pendudukan Israel atas tanah Palestina. Bahkan, PBB menawarkan solusi semu, yaitu two state solution sebagai dasar pembagian tanah Palestina untuk bangsa Arab dan Yahudi. Solusi dua negara sejatinya adalah pengakuan secara tidak langsung atas entitas Yahudi sebagai sebuah negara. Terlebih, pengkhianatan negara Arab yang melakukan normalisasi dengan Israel. Mereka menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. 

Adanya sekat-sekat nasionalisme di tubuh kaum muslim membuat adanya sifat individualis bagi para pemimpin negeri muslim untuk mengutrusi urusan rumah tangganya sendiri tanpa peduli terhadap penderitaan saudara muslim yang lain. Umat islam masih saja percaya pada PBB yang faktanya berada di belakang negara super power, Amerika Serikat. Padahal, tanpa PBB, umat islam bisa saja membebaskan Palestina melalui kekuatan militer jika saja umat muslim dunia bersatu. Jika kekuatan militer negeri-negeri Islam digabung, itu sudah cukup meluluhlantakkan Israel. Hanya dengan memerangi Israel, maka kebebasan Palestina akan tercipta. Maka, dukungan dan kekuatan umat muslim dunia sangat dibutuhkan untuk mencapai serangan terhadap Israel. 

Dibutuhkan keberanian besar untuk bersatu melawan Israel. Sayangnya, kepentingan nasional masing-masing negeri Islam menjadi hambatan terbesar. Sekat nation state membuat para pemimpin muslim hanya mampu mengecam dan mengutuk.

Maka, hendaknya para tentara negeri muslim dan para pemimpinnya, bergerak menuju kemenangan Islam dan apa yang disenangi Rasulullah. Melepaskan diri dari rezim pengkhianat yang telah melindungi keberadaan orang Yahudi selama beberapa dekade.

Sebagaimana firman-Nya,
“Wahai orang-orang yang beriman. Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan azab yang pedih dan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS At-Taubah: 38—39). [MNews/Ruh-SNA]

Post a Comment

Previous Post Next Post