Tahun Baru Menuai Duka


Oleh : Insirohatul Afidah
Guru Madrasah Tsanawiyah

Tahun baru 2021 menuai duka. Pasalnya di tahun ini terdapat banyak kejadian yang menimpa umat muslim di dunia. Mulai dari penindasan yang tak kunjung selesai di negeri muslim sebelah ujung dunia (yang telah terjadi bertahun-tahun lalu hingga sekarang). Begitu pula pandemi yang tak jua menemui titik akhir dari eksistensinya. Korban pun terus berjatuhan setiap harinya. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 221 bencana terjadi di Indonesia sejak 1 Januari hingga 26 Januari 2021 pukul 15:00 WIB. (Kabar24.bisnis.com, 29/01/21). 

Begitulah ujian hidup datang tanpa permisi dan tanpa undangan menepi, pandemi belum berakhir bertambah bencana-bencana yang datang silih berganti. Mulai dari gempa bumi, tanah longsor, angin puting beliung, banjir bandang, gunung Merapi bererupsi, bahkan kecelakaan pesawat terbang pun kembali menepi di negeri zamrud khatulistiwa ini. Bukan hanya itu, kematian para ulama pun seolah menjadi bumbu kesedihan umat muslim. Mengapa tidak? Bukankah kematian ulama termasuk bencana bagi umat muslim? Karena ulama adalah pewaris para nabi. 

Adanya bencana ini menunjukkan akan ketidakmampuan alam, kehidupan, dan manusia. Dimana manusia tidak dapat memprediksi akan terjadinya bencana, kehidupan yang memiliki batas tertentu, bahkan alam yang tak dapat berjalan sendiri tanpa ada yang mengaturnya. Sehingga keberadaan 'sesuatu yang lain' yang menciptakan, dan mengaturnya tak dapat dihindarkan lagi. 

Sabar dan tawakkal serta menerima dengan ikhlas merupakan salah satu sikap yang harus diambil dalam menyikapi bencana ini. Karena bencana yang terjadi merupakan ketetapan Allah Swt.

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (TQS. at-Taghabun [64] : 11)

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya : "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (TQS. al-Hadid [57] : 22)

Akan tetapi selain ketetapan dari Allah, bencana pun termasuk salah satu bentuk teguran dari Allah atas umat Islam. 

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar" (TQS. ar-Rum [30] : 41).

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنۢبِهِۦ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ ٱلصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ ٱلْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Artinya : "Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (TQS. al-Ankabut [29] : 40)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Artinya: "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (TQS. al-A'raf [7] : 96)

Bencana ini menyadarkan kita sebagai manusia bahwa kita hanyalah makhluk yang harus tunduk patuh, dan taat kepada sang Khaliq sekaligus Mudabbir. 

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (TQS. adz-Dzariyat [51] : 56)

Mari kita jadikan bencana ini sebagai ajang kita untuk kembali kepada fitrah kita yakni menyembah Allah, mengabdi kepada-Nya dengan melaksanakan syari'at kafah-Nya.

Post a Comment

Previous Post Next Post