Demokrasi Pasti Mati, Khilafah Dinanti

Oleh: Damayanti

Ibu Rumah Tangga di Kota Depok

 

Buku How Democracies Die menjadi buah bibir. Makanya, Gubernur DKI Anies Baswedan sengaja berfoto dengan buku itu lalu diunggah ke akun medsosnya. Seperti kebakaran jenggot, sejumlah tokoh dan pejabat negara mengomentari negatif foto Anies.


Buku yang ditulis dua politikus AS itu menggambarkan lonceng kematian demokrasi, sistem politik yang didewakan hampir semua penduduk dunia, termasuk kaum Muslimin. Menurut mereka, ada empat indikasi demokrasi itu akan mati: Pertama, lemahnya komitmen terhadap sendi-sendi demokrasi. Kedua, penolakan terhadap legitimasi oposisi, parameternya adalah apakah penguasa menyematkan lawan politik mereka dengan sebutan subversif atau mengancam ideologi negara.


Ketiga, toleran terhadap kekerasan, parameternya adalah mereka memiliki hubungan dengan organisasi paramiliter yang cenderung menggunakan kekerasan dan main hakim sendiri. Sedangkan yang keempat, membatasi kebebasan sipil lawan, termasuk media. Parameternya adalah mereka mendukung dan membuat undang-undang yang membatasi kebebasan sipil, terutama hak berpendapat dan berpolitik.


Jika kita cermati, indikasi-indikasi yang disebutkan di atas, semuanya telah terjadi di negeri kita yang tercinta ini. Berbagai kasus kecurangan dalam pemilu mulai dari Pilpres hingga Pilkada merata terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Ini membuktikan bahwa para pengusung demokrasi di tingkat elit politik telah mengkhianati komitmen terhadap sendi-sendi demokrasi itu sendiri. Belum lagi kasus penembakan terhadap 6 laskar FPI yang sangat mencurigakan dan terkesan ditutup-tutupi, juga kasus omnibus law yang sampai sekarang mendapat pertentangan keras dari kaum buruh dan masyarakat luas.


Kegagalan sistem ini juga semakin mencuat terutama di bidang ekonomi. Kapitalisme sebagai anak dari sistem demokrasi ini semakin memunculkan borok aslinya dalam menyejahterakan kaum pemilik modal dan menyengsarakan rakyat. Kebijakan-kebijakan penguasa saat ini begitu memiskinkan rakyat, terlebih pada masa pandemi ini. Karut marut penanganan pandemi Covid-19 bukti abainya penguasa terhadap rakyat yang pajaknya digunakan untuk membayar pelayanan mereka. Besarnya utang luar negeri, tingginya angka kriminalitas yang sebagian besar akibat permasalahan ekonomi dan pandemi yang tak kunjung tertangani bukti kegagalan rezim ini.


Rezim yang gagal ini juga tidak mampu menjamin fungsi kepemimpinan karena tidak memiliki konsep yang kuat dan benar, dia berlandaskan pada azas yang salah dan batil. Lebih lanjut lagi, rezim penguasa ini terkesan anti Islam, bisa dilihat berbagai kebijakan penertiban Perpu dan UU ormas  yang dicabutnya SK Hizbut Tahrir Indonesia secara sepihak tanpa melalui proses peradilan, lalu sekarang FPI pun menjadi sasarannya. 


Mayarakat Indonesia yang mayoritasnya kaum Muslimin, hendaknya menyadari, inilah lonceng kematian sistem kufur ini. Kegagalan demi kegagalan telah membuktikan bahwa sistem demokrasi beserta kapitalisme dan sekularisme yang menyertainya adalah sistem rusak yang sangat merusak setiap sendi kehidupan kaum Muslimin. Pastinya kaum Muslimin pun mendambakan solusi atas setiap permasalahan ini dan inilah saatnya umat kembali kepada Islam untuk menyerahkan solusinya.


Islam telah menetapkan akidah Islamiyah harus menjadi dasar dari terbentuknya sebuah negara atau daulah. Darinya kemudian keluarlah aturan-aturan yang akan menjadi solusi seluruh permasalahan manusia, yang berasal langsung dari Sang Pencipta manusia. Siapakah yang paling memahami kebutuhan manusia selain dari yang menciptakannya? Maka sudah seharusnya hukum Islam menjadi rujukan atas berbagai aturan yang memberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara materi maupun ruhani. Sistem inilah yang dinamakan khilafah ala minhaj nubuwah. Sistem yang berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah diterapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan dibuktikan kemuliaan dan keagungannya selama lebih dari 14 abad.


Islam sebagai sistem kehidupan, tidak hanya mengatur masalah ibadah dan akhlak saja, tapi juga politik, sosial dan ekonomi umatnya. Dia akan menghapus sekat-sekat kebangsaan maupun ras, karena sejatinya Islam sebagai rahmatan lil alamin, dia rahmat bagi seluruh alam semesta.


Oleh karenanya, demokrasi pasti mati, khilafahlah yang dinanti. Maka dari itu marilah kita songsong khilafah, dengan berjuang memahamkan umat agar kembali kepada fitrahnya, yaitu sebagai umat yang tunduk dan patuh aturan sang pemilik alam semesta, Allah ‘azza wa jalla. Wallahu ‘alam. []

Post a Comment

Previous Post Next Post