Stunting Masih Menghantui Negeri


Oleh: Ummu Nadiatul Haq
Member Akademi Menulis Kreatif

Stunting menghantui calon generasi penerus negeri. Padahal berbagai upaya untuk menghapus tingkat stunting telah dilakukan.

Dilansir oleh merdeka.com pada hari Minggu (20/12/2020) bahwa Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani Aher mengungkapkan, "Bagaimana kita bisa mencetak SDM unggul jika stunting masih menghantui calon generasi bangsa." 

Beliau juga menyampaikan bahwa riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan Tahun 2019 mencatat sebanyak 6,3 juta balita dari populasi 23 juta atau 27,7 persen balita di Indonesia menderita stunting. Jumlah yang masih jauh dari nilai standard WHO yang seharusnya di bawah 20 persen. (merdeka.com, 20/12/2020)

Setiap permasalahan pasti ada solusinya. Hanya saja, pemerintahan menjalankan sistem demokrasi kapitalisme yang selalu memisahkan agama dengan kehidupan. Berarti memisahkan urusan dunia dengan akhirat, dan jelas menjauhkan agama dari penyelesaian permasalahan di dunia. Salah satunya penyelesaian stunting yang masih menghantui calon generasi bangsa.

Kasus stunting tentu sangat mengkhawatirkan. Masalahnya mereka adalah calon-calon generasi penerus di muka bumi ini. Bagaimana jika nanti mereka tidak memiliki kecukupan gizi? Sehingga asupan yang masuk ke otak berkurang. Hal ini menjadikan anak tidak akan tumbuh kembang dengan normal. Padahal mereka adalah penerus yang akan menjalani kehidupan agar menjadi negara maju. Untuk itu dibutuhkan anak-anak yang sehat fisik maupun psikis.  

Anak adalah aset masa depan. Keseriusan dan perhatian pemerintah terhadap mereka wajib dipenuhi. Masalah ini memang sangat berkaitan erat dengan sistem yang diterapkan.  Dalam sistem sekuler, anak hanya dipandang sebelah mata. Meskipun ada yang berupaya sekuat tenaga untuk mengatasi masalah ini. Namun, karena sistem yang berasal dari akal manusia yang terbatas. Maka, solusi ini seolah-olah akan sia-sia belaka. Hanya menyelesaikan masalah cabang dan temporer. Misalnya, hanya memberi bantuan pada anak yang terdata stunting. Itu juga terbatas besaran dan waktunya. Tanpa bisa menghapus kemiskinan akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler.

Kasus ini juga berkaitan dengan kemiskinan struktural. Dampaknya berupa ketidakmampuan ibu dalam mengurusi anak. Karena tidak didukung oleh jaminan negara terhadap rakyatnya, berupa  kesehatan maupun kesejahteraan. Menjadikan anggota keluarga terseok-seok mengatasi permasalahan hidupnya. Baik pemenuhan kebutuhan dalam urusan sandang, pangan maupun papan.

Sementara, Pemerintah saat ini, menginginkan ada badan khusus yang menangani masalah stunting di tanah air. Namun, sudah menjadi rahasia umum bahwa demokrasi selalu memberi mimpi kosong. Mengatasi stunting baik dengan rencana pembentukan badan khusus maupun dengan mendesakkan UU pembangunan keluarga, sudah bisa ditebak hanya isapan jempol. 

Kapitalisme sekuler terbukti gagal mengatasi kesejahteraan dan kesehatan rakyatnya. Masyarakat semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan pangan yang sehat dan bergizi. Banyak anak mengalami gizi buruk. Sehingga kasus stunting tak kunjung selesai. Karena sumber daya alam kita dijarah oleh asing dan adanya liberalisasi ekonomi. Lahan pertanian beralih fungsi, sehingga muncul kebijakan import yang membuat harga bahan pangan menjadi mahal. 

Berbeda dalam sistem Islam, saat ada wabah ataupun tidak, negara menjamin kebutuhan rakyatnya. Baik pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan rakyatnya. 

Islam telah mengatur mekanisme upaya memenuhi kebutuhan primer dibebankan pada seorang ayah. Ketika ayah tidak mampu, maka akan diwajibkan bagi kerabat terdekat yang memiliki hubungan waris. Apabila tidak memiliki kerabat yang wajib menanggung nafkahnya, maka kewajiban berpindah pada Baitul Mal.  

Demikian pula dengan biaya pendidikan dan kesehatan dijamin oleh negara. Karena negara memiliki sumber pendanaan yang besar dari fai', ghanimah, anfal, kharaj, jizyah. Juga, pos pemasukan dari hak milik umum dengan berbagai macam bentuknya. Serta pos pemasukan dari hak milik negara, usyur, khumus, rikaz, tambang. Sedangkan pos pemasukan harta zakat hanya didistribusikan kepada delapan asnaf.

Sehingga, kemiskinan yang ada muncul secara alami bukan karena sistem. Itu pun mampu diatasi oleh penerapan Islam dengan berbagai mekanisme ekonomi dan politik. Tidak akan ditemui lagi kasus stunting pada generasi penerus.

Sungguh, Islam sangat dirindukan penerapannya. Islam solusi yang menyelesaikan semua permasalahan hidup manusia, termasuk urusan stunting.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post