Sekolah Dibuka di Masa Pandemi; Antara Kebahagiaan Dan Kecemasan


Oleh : Rismawati (Member AMK)

_Wahai bapak dan ibu guru_
_Telah lama kita tak bertemu_
_Aku ingin belajar bersama_
_Ku merindukan mu…._

Lagu rindu yang dicover tiga orang anak yang bernama Sayyid, Amirah dan Ardellya itu benar-benar menceritakan tentang ungkapan hati seorang murid yang sangat merindukan belajar bersama para gurunya di sekolah, setelah sekian lama mereka harus belajar dari rumah akibat masa pandemi Covid-19.

Karena itu, kabar akan dibukanya seluruh sekolah di awal 2021 guna untuk melaksanakan pembelajaran secara tatap muka, tentu saja menjadi berita bahagia bagi anak-anak yang sedang merindukan masa-masa sekolah mereka.

Namun, apa jadinya jika sebuah sekolah akan dibuka saat masa pandemi Covid-19 belum berlalu, bahkan kian hari jumlah orang yang terjangkit semakin meningkat. Karena itu, di samping munculnya rasa bahagia pada anak-anak, justru disisi yang lain ternyata ada rasa khawatir atau rasa cemas pada setiap orang tua murid.

Sebab terbukanya sekolah di tengah-tengah pandemik yang tak kunjung sirna hanya akan membuat lebih banyak lagi interaksi yang terjadi dan memicu terjadinya penyebaran Covid-19 yang semakin meraja lelah.

*Kapan Rencana Sekolah Tatap Muka Digelar?*

Rencana pemerintah membuka sekolah untuk pembelajaran tatap muka akan digelar pada Januari 2021 mendatang. Bahkan Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menyatakan akan mendukung rencana tersebut, tetapi dengan syarat sekolah tatap muka haruslah dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat. Huda juga menyebut, bahwa pembukaan sekolah tatap muka memang menjadi kebutuhan, terutama di daerah-daerah. 

Hal ini terjadi karena pola pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak bisa berjalan efektif karena minimnya sarana prasarana pendukung, seperti tidak adanya gawai dari siswa dan akses internet yang tidak merata. Liputan6.com. 20/11/2020.

Selain itu, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan izin kepada para pemerintah daerah untuk melaksanakan pembukaan sekolah atau kegiatan belajar tatap muka di sekolah sekalipun tempat tersebut masuk dalam peta zonasi risiko virus. Nadiem juga menuturkan bahwa kebijakan ini akan di gelar pada Januari 2021 mendatang. Karena itu, Nadiem meminta kesiapan masing-masing daerah untuk menghadapi pelaksanaan belajar dengan tatap muka di sekolah. CNN Indonesia. 20/11/2020.

Fakta akan dibukanya kembali sekolah di tengah-tengah maraknya virus Covid-19 bisa menjadi sebuah bukti abainya negara terhadap kesehatan dan nyawa rakyat.

*Bagaimana Pendidikan Dalam Khilafah Pada Masa Pandemi?*

Sistem Islam memiliki Kurikulum yang sahih, dimanah hal tersebut akan bisa berlaku baik pada saat pandemi maupun bukan. Yang membedakan hannyalah teknis pelaksanaannya saja. Adapun asas, tujuan, metode, dan konten dasarnya tetap.

Ada beberapa yang diperhatikan dalam kurikulum sistem Islam pada Daulah Khilafah

*Pertama*, memiliki asas yang sahih (benar). Kurikulum pendidikan Khilafah merupakan kurikulum sahih karena lahir dari paradigma pendidikan yang sahih. Yakni bahwa pendidikan wajib diselenggarakan berdasar akidah Islam, sebab akidah Islam merupakan landasan beramal setiap muslim, baik di kehidupan sehari-hari maupun bernegara (penyelenggaraan pendidikan).

Kurikulum harus disusun berdasar akidah Islam. Tujuan kurikulum pun harus mengacu pada aturan Islam, yakni membentuk kepribadian islami dan membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan (tsaqafah Islam maupun ilmu kehidupan), sehingga mampu menyelesaikan tantangan kehidupan.

*Kedua*, tepat dalam tujuan dan capaian. Dengan paradigma di atas, negara tidak akan mengacu pada capaian pendidikan arahan Barat yang sekuler. Kurikulum akan diarahkan untuk membentuk kepribadian islami. Secara produktif menghasilkan sumber daya manusia yang andal menghadapi tantangan pandemi. Bukan saja semangat untuk terus berjuang mencari jalan keluar sesuai syariat, mereka juga amanah menjalankan hukum Allah dalam menangani wabah.

Sangat berbeda dengan kondisi sekarang. Banyak individu masyarakat yang minim kekuatan mental sehingga mudah putus asa (ada yang bunuh diri, kabur dari rumah sakit, dan lain-lain). Mereka pun enggan mematuhi protokol syariat dalam rangka mencegah penularan penyakit. Aparatur negaranya juga tak mampu menjalankan politik Islam (malah memberlakukan kebijakan kesehatan yang mahal dan berbelit-belit, ekonomi kapitalistik, dan sebagainya). Akibatnya, pandemi berkepanjangan.

Dengan asas akidah Islam inilah, visi ilmu pengetahuan ditujukan bagi kepentingan umat dan peradaban mulia (Islam). Umat tentu membutuhkan berbagai penemuan untuk memudahkan kehidupan, seperti teknologi kesehatan, telekomunikasi, pemberdayaan ekonomi, dan sebagainya. Dengan didukung sistem politik dan sistem ekonomi yang baik oleh Khilafah, pelaksanaan kurikulum pendidikan Islam akan memudahkan terwujudnya semua kebutuhan tersebut. Sebab, pendidikan memang ditujukan bagi kemaslahatan umat. 

Berbeda dengan visi pendidikan sekuler kapitalis. Ilmu amat mudah dikooptasi suatu kepentingan. Peran swasta (korporasi) begitu kuat, bahkan mampu mengintervensi kurikulum. Hal ini tampak terutama dalam pengelolaan pendidikan vokasi. Ini jelas keliru.

*Ketiga*, kemampuan menghadapi segala kondisi (fleksibilitas). Kurikulum pendidikan dalam Khilafah berlaku seragam dalam semua jenjang. Teknis pelaksanaannya tentu menyesuaikan kondisi. Apabila terjadi pandemi, asas, tujuan, dan metode tak akan berubah. Konten rinciannya saja yang akan menyesuaikan.

Metode pembelajarannya pun sahih. Penyampaian materi pembelajaran oleh guru dan penerimaan oleh siswa harus terjadi proses berpikir. Guru harus mampu menggambarkan fakta (ilmu yang disampaikan) kepada siswa, yakni proses penerimaan yang disertai proses berpikir (talqiyan fikriyan) yang berhasil memengaruhi perilaku.

Dalam kondisi pandemi, prinsip ini sangat penting diperhatikan. Standar keberhasilan belajar bukanlah nilai, namun perilaku dan kemampuan memahami ilmu untuk diamalkan. Hal ini akan menghasilkan dorongan amal super cerdas dalam menghadapi tantangan pandemi, misalnya penemuan berbagai teknologi anti wabah dan sebagainya. Berbeda dengan metode pembelajaran dalam sistem pendidikan sekuler yang lebih didominasi transfer ilmu. Pendidikan lebih dipandang sebagai kekayaan intelektual semata, bukan alat pembentuk perilaku. 
Maka, capaian belajar lebih ditentukan nilai-nilai. Akibatnya, jenuh belajar saat pandemi bisa berdampak secara sosial. muslimahnews.com.

Oleh karena itu, demi mendapatkan pemenuhan pendidikan yang sesuai hukum Syariat Islam. Maka kaum muslim harus menyuarakan penerapan sistem Islam, karena hanya sistem Islamlah yang mampu menerapkan kurikulum pendidikan yang mencerdaskan umat dan menangani masalah pendidikan di tengah-tengah pandemi. Wallahu a’lam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post