Rohingya, Deritamu Tanpa Khilafah


Oleh: Neneng Sriwidianti
Pengasuh Majelis Taklim dan Member AMK

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit, demam dan tidak bisa tidur." (HR. Bukhari-Muslim)

Hadis di atas menggambarkan persaudaraan dalam Islam yang sangat indah. Tetapi faktanya, saat ini berbanding terbalik dengan kondisi yang ada. Bagaikan satu tubuh, perasaan itu hilang dari sisi sebagian kaum muslimin. Penderitaan yang menimpa muslim Rohingya, tidak membuat umat ini merasakan sakit yang sama. State nations telah menjadikan umat ini tidak peduli lagi terhadap penderitaan saudaranya. PBB dan HAM yang diusungnya diam bagai setan bisu.

Dilansir oleh Viva.co.id,(04/12/2020). Pihak berwenang Bangladesh, telah memindahkan sekitar 1.600 pengungsi Rohingya ke Pulau Bhasan Char yang terletak di Teluk Bengal. Pulau ini letaknya terpencil dan rentan diterjang banjir, karena terbentuk secara alami oleh lumpur Himalaya. Pulau terapung yang tak layak dihuni oleh manusia. Menteri Luar Negeri Bangladesh mengklaim, semua pengungsi yang dipindahkan telah memberikan persetujuan.

"Tidak akan membawa siapa pun ke Bhasan Char secara paksa. Kami mempertahankan posisi ini," ungkap Abdul Momen. 

Apa yang terjadi terhadap muslim Rohingya adalah persoalan agama, bukan sekedar persoalan kemanusiaan. Pada tahun 2017 lalu, 3000 muslim Rohingya dibantai pasukan keamanan Myanmar dengan dalih mencari kelompok teroris (ARSA). Pembantaian keji ini terjadi selama 3 hari. Bukan hanya itu, 2.600 rumah dibakar, pemerkosaan, pengusiran, dan sejumlah kebiadaban Myanmar lainnya yang membuat hati kita teriris bagai sembilu.

Yang lebih menyakitkan lagi, tidak ada satu pun sikap para pemimpin negeri muslim yang bersuara lantang untuk membantu mereka. Mereka hanya mengecam terhadap kebiadaban tersebut. Seharusnya, para penguasa muslim berani untuk memutuskan hubungan diplomatiknya  dengan Myanmar. Sebagai wujud kepedulian mereka terhadap saudaranya.

PBB pun tidak bersikap tegas pada pemerintahan Myanmar. Begitu juga dengan UNHCR (The United Nations High Commissioner for Refugees) dan HRW (Human Right Watch), mereka hanya mampu menjadi lembaga penghasil konvensi. Ketika berhadapan dengan Islam dan umatnya, lembaga ini tidak berkutik. Tidak ada aksi nyata yang mereka lakukan untuk menghentikan kebiadaban tersebut.

Nasionalisme yang diusung dunia telah berhasil menceraiberaikan persaudaraan umat Islam saat ini. Nasionalisme adalah ikatan yang fasad, yang tidak bisa dijadikan pengikat antara sesama manusia. Karena ikatan ini rendah, bersifat emosional, dan temporal. Dengan ide ini, mereka lebih mementingkan urusan dalam negerinya dibandingkan dengan nasib saudaranya sesama muslim.

Umat juga harus memahami, ikatan inilah yang telah menghancurkan kekhilafahan Turki Utsmani di akhir keruntuhannya. Khilafah Utsmani yang meliputi 2/3 dunia dibagi oleh kafir Barat menjadi 50 negeri-negeri kecil tanpa kekuatan. Sejak saat itulah, kaum muslimin hidup disekat oleh bangsa-bangsa di mana dia hidup. Apa yang dilakukan oleh penguasa Bangladesh saat ini sebagai bukti, padahal mereka adalah saudara yang wilayahnya terdekat dengan Rohingya. Begitu juga dengan muslim Indonesia dan Malaysia, mereka enggan membantu, dengan dalih bukan urusan dalam negerinya. Inilah derita saudara kita muslim Rohingya tanpa khilafah. Miris! 

Dalam Islam, siapapun, di mana pun dia berada, apa pun warna kulitnya, selama dia berakidah Islam, dia adalah saudara kita. Akidah telah mengikat dan menyatukannya dalam ukhuwah yang sangat indah, kuat, dan menguatkan. 

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu Damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (TQS. Al-Hujurat[49]: 10)

Sistem pemerintahan Islam yang pernah Rasulullah saw. dan para sahabat contohkan adalah yang terbaik. Sistem ini telah telah berhasil menyatukan umat Islam. Terbukti, selama 13 abad lamanya Daulah Khilafah Islam telah berhasil menyatukan umat Islam di bawah naungannya. Ikatan akidah yang diturunkan dari Zat yang Maha Mengetahui telah mempersatukan mereka menjadi umat yang satu.

Hanya khilafah dan seorang khalifah yang bisa menjaga umat Islam dari gangguan baik secara fisik maupun psikis. Khalifah bagaikan seorang ibu, dia akan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Yang harus kita lakukan adalah segera menegakkan kembali khilafah Islam, agar persaudaraan bagaikan satu tubuh bisa segera terwujud. Inilah perbuatan nyata untuk menunjukkan kecintaan kita kepada muslim Rohingya. Agar mereka terbebas dari segala macam kezaliman dan kebiadaban Myanmar.

"Sesungguhnya al-Imam (khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya." (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud)

Wallahu a'lam bishshawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post