Nurani Ibu Mati Tergerus Himpitan Ekonomi.



Oleh: Teti Rostika, S.Pd

Sungguh tidak habis pikir setelah membaca berita terkait kasus pembunuhan yang dilakukan oleh ibu kepada anak kandungnya. Mungkinkan ini terjadi? Benarkah seorang ibu tega membunuh anaknya sendiri? Padahal seorang ibu adalah tempat berkasih sayang dan tempat berlindung bagi seorang anak di bawah lima tahun. Diduga stres karena kondisi ekonomi, MT gelap mata sehingga tega membunuh ketiga anak kandungnya. Pembunuhan terjadi di rumahnya di Dusun II Desa Banua Sibohou, Kecamatan Namohalu Esiwa, Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Ketiga korban masing-masing berinisial YL (5 tahun), SL (4 tahun), dan DL (2 tahun). Peristiwa terjadi pada Rabu 9 Desember 2020. ( VIVA.co,  13/12/2020)
Bukan kasus ini saja. Bahkan suami istri tega mengubur anaknya sendiri yang masih berpakaian lengkap setelah sebelumnya dianiaya oleh ibunya karena tidak bisa mengerti saat belajar daring. Kasat Reskrim Polres Lebak, AKP David Adhi Kusuma mengatakan, ibu korban melakukan penganiayaan karena putrinya sulit memahami pelajaran, saat belajar daring. Pelaku IS, yang juga ibu korban, mengaku menganiaya korban pada 26 Agustus lalu, hingga tewas. (Kompas.TV, 15/09/2020).

Kasus pembunuhan ibu kepada anaknya bukan kali ini saja terjadi. Seolah tidak ada solusi kejadian ini terjadi tanpa henti. Sistem kapitalisme yang diterapkan negara menimbulkan krisis ekonomi. Apalagi dimasa pandemi wabah seperti ini. Kehidupan dirasa semakin sulit. Bahkan yang paling menyayat hati di saat rakyat miskin kelaparan pejabat bansos malah rakus melakukan korupsi mencuri harta rakyat. Kapitalisme telah gagal melindungi fitrah seorang ibu. Sehingga tak sedikit kasus pembunuhan ibu terhadap anaknya terus berulang. Kapitalisme dengan asas pemisahan agama dari kehidupan telah menghilangkan naluri kasih sayang seorang ibu kepada anaknya .

Sistem perekonomian yang diterapkan oleh sistem demokrasi menyebabkan hutang negara semakin besar. Imbasnya rakyat harus terhimpit pajak. Pemerintah harus menumbalkan aset negara. Bahkan sumber daya alam sejatinya adalah milik rakyat harus rela dirampok dan dikuasai asing dengan berlindung dibalik undang undang kebebasan kepemilikan. Sehingga negara gagal mensejahterakan rakyatnya, negara gagal memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya.

Berbeda dengan sistem Islam yang memiliki seperangkat aturannya mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya. Karena Islam bukan hanya sekedar agama yang mengatur masalah ibadah mahdhah tapi Islam juga mengatur masalah ekonomi politik, hukum, pendidikan dan sosial. Sistem Islam tidak akan mengabaikan rakyatnya sampai miskin bahkan mati kelaparan.
Seperti yang pernah dicontohkan Khalifah Sayidina Umar bin Khattab. Pada saat berkeliling malam hari menemukan ada seorang ibu dan anak anak yang sedang kelaparan maka sayidina Umar sendiri langsung memanggul dan mengirimkan makanan pokok dan lauk pauknya. Seorang ibu dan anak anaknya yang kelaparan terhimpit ekonomi masih bisa berfikir waras tak tega sampai hati membunuh anaknya. Ini terjadi karena sang ibu masih memiliki akidah dan keimanan yang kuat. Bahkan sang ibu memasak makanan yang tidak matang- matang untuk meredakan laparnya perut anak anaknya. Sistem Islam yang diterapkan pada masa khalifah umar masih bisa melindungi nyawa dan nurani keibuan.

Sistem Islam yang diterapkan akan mampu menghilangkan kelaparan rakyatnya. Karena pemerintahan politik Islam bertugas meriayah umat dan menjamin pemenuhan jasmani dan naluri sesuai dengan aturan yang telah Allah tentukan.

Islam juga memberikan jaminan pemenuhan pendidikan bagi rakyatnya. Karena dalam pandangan Islam menuntut ilmu hukumnya adalah wajib. Sehingga negara akan memfasilitasi dan memberikan pendidikan bagi semua rakyatnya secara merata tanpa di pungut biaya apalagi dikomersilkan.

Wallahu a'lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post