Nasib Muslim Rohingya, Relokasi di Pulau Tak Layak Huni


Oleh : Eka Muliasari 
(Member Komunitas Menulis AMK Regional Jatim)

Muslim Rohingya, etnis yang terusir dari tempat kelahirannya di Rakhine, Myanmar kini semakin memilukan.  Kekerasan, pengusiran serta pelecehan yang mereka alami beberapa tahun ini tak juga terselesaikan. Mereka menyebar ke berbagai wilayah untuk mengemis kehidupan dan menanti belas kasih. Namun hingga kini tak satu pun negeri-negeri muslim bertindak dengan tanggap menuntaskan persoalan mereka. 

Menjadi etnis tanpa memiliki kewarganegaraan, membuat mereka tak memiliki kepastian hidup yang layak. Seperti apa yang dilakukan pemerintah Bangladesh terhadap mereka. Dengan dalih mengurai kepadatan kamp-kamp pengungsian, mereka direlokasi ke pulau tak berpenghuni.

Sekitar 1.600 pengungsi dipindahkan ke Pulau Bhasan Char, sebuah pulau yang rentan diterjang banjir di Teluk Bengal, pada Jumat (04/12), menurut laporan kantor berita Reuters.  Padahal pengungsi Rohingya di Bangladesh mengatakan kepada BBC bahwa mereka tidak ingin dipindahkan ke pulau itu. (Viva.co.id, 6/12/2020)

Benarkah ini bentuk merawat para pengungsi yang dianggap sebagai tamu seperti yang dikatakan oleh jubir Angkatan Laut Bangladesh, Komodor Abdullah Al Mamum. Sementara mereka ditempatkan di pulau yang rentan bencana. Pulau yang bertanah rawa ini terbentuk secara alami oleh endapan lumpur Himalaya, sangat tidak layak huni oleh manusia. 

Lembanga International nampak kurang serius menangani masalah ini. Amnesty Internatioal hanya mampu mengecam dan tidak merubah keadaan. PBB yang digadang-gadang menjadi juru perdamaian pun hanya memberi harapan semu. Lebih disayangkan lagi, ini dilakukan oleh Bangladesh sebagai negeri muslim terbesar ke-4 setelah Indonesia. Sikap ukhuwah Islamiyah tidak tewujud meskipun sejatinya mampu dilakukan oleh negeri-negeri muslim. Bagaimana dengan Indonesia dengan jumlah muslim terbesar di dunia? Pemerintah negeri jamrud katulistiwa ini pun tak beda jauh. Tak ada sikap pembelaan terhadap para pengungsi Rohingya yang notabene adalah saudara seiman. 

Sekat-sekat nasionalisme cukup ampuh menjadi penghalang menolong dan menuntaskan persoalan muslim Rohingya. Cukup dengan dalih tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain,  mampu memutus ukhuwah dan bersikap masa bodoh. Padahal persoalan Rohingya haruslah dilihat sebagai persoalan umat Islam. Sehingga harus diselesaikan berdasarkan syariat Islam dan menjadi tanggung jawab umat Islam, dalam hal ini terutama para pemimpin muslim.

Oleh karena itu, dua hal yang harus diwujudkan oleh umat adalah pertama, mewujudkan persatuan umat Islam dan menghilangkan ego sekat nasionalisme. Tidak ingatkah pesan Nabi dalam sebuah hadits,
 ''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Inilah yang menjadikan umat muslim dibelahan bumi mana pun tak berdaya untuk saling menolong satu sama lain. Sibuk dengan urusan dalam negerinya masing-masing. Maka sampai kapan pun jika umat Islam tak menyadari akan pentingnya bersatu dan mewujudkan persatuan tersebut, niscaya Islam dan kaum muslimin akan terus kehilangan kemuliaannya.

Kedua, persatuan umat harus membentuk satu kepemimpinan Islam. Ini akan mewujudkan junnah (perisai) yang akan melindungi segala bentuk kerusakan dan ancaman yang menimpa umat. Sebagaimana hadits Nabi, 
“Sesungguhnya seorang imam (pemimpin) adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggungjawab atasnya)” (HR. al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ahmad).

Semoga umat Islam segera bersatu dalam satu kepemimpinan yang menegakkan keadilan dengan menerapkan Islam kafah. Tegakknya kepemimpinan Islam inilah yang mampu membela dan menuntaskan persoalan Rohingya. Sehingga tidak ada cerita umat Islam terombang-ambing terusir dan tanpa hak kewarganegaraan. Wallahu a’lam bi ashshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post