Hutang Lagi Hutang Lagi


Oleh:Nesti Rahayu
Mahasiswi UIN IB Padang
( _Aktivis Dakwah Kampus_) 

JAKARTA, KOMPAS.TV - Utang Indonesia bertambah lagi. Bahkan jumlahnya cukup besar dalam waktu yang relatif berdekatan atau tak sampai dua minggu.

Totalnya utang baru Indonesia yakni bertambah sebesar lebih dari Rp 24,5 triliun. Utang baru tersebut merupakan kategori pinjaman bilateral.


Subhanaullah, Hutang lagi? Baru-baru ini pemerintah berhutang lagi dengan jumlah yang sangat besar seperti ledakan boom yang bikin  jantung mau copot dan kepala geleng-geleng dengar nya, ini uang sebenarnya digunakan untuk apa ya? Kok dari dulu gak ada hasil nya hutang semakin banyak namun kemajuan terhadap negeri tak ada apalagi kesejahteraan malahan makin membuat rakyat semakin pusing karena BBM naik ekonomi susah harga beras naik, ayam, daging melunjak serta listrik bengkak. Aduh mak kapan lah sejahterah nya. Dan kalo dipikir-pikir kok bisa ya negara indonesia yang kalo dilihat yang sangat kaya akan hasil bumi nya, mulai dari tambang emas nya, batu bara nya, minyak bumi nya yang berlimbah dan pulau nya seluas Samudra dan SDA lainya. Tapi kok bisa miskin ya ? Kok banyak hutang ya? Kira-kira sumber daya Alam yang sangat banyak itu kemana pergi nya ya? Nah dinisinilah perlu kita cari tau kenapa ini bisa terjadi, dan ternyata semua ini terjadi tidak lain karena dalam mengolahannya yang salah, karena kita berada dalam sistem kapitalis maka pengelohan ekonomi nya pun ala-ala kapitalis.  
Menurut teori karl mart 
Yaitu mulai dari bagaimana cara orang kapitalis memandang nilai suatu barang yaitu diukur dari seberapa banyak tenaga yang telah dikorbankan oleh pekerja untuk memproduksi barang tersebut. Selanjutnya Marx melihat bahwa dengan adanya perubahan pola produksi dari sistem yang primitif kepada sistem yang modern, maka akan muncul ketidakadilan dalam ekonomi. Maka disini kepemilikan yang primitif:
Kepemilikan bersifat individual.
Produksi bersifat individual.
Penjualan bersifat individual.
Pembagian keuntungan bersifat individual.
Pola produksi yang modern:
Kepemilikan bersifat individual.
Produksi bersifat kolektif.
Penjualan bersifat kolektif.
Pembagian keuntungan bersifat individual.
Dalam pola produksi modern, yang bekerja adalah buruh-buruh perusahaan. Majikan sebagai pemilik perusahaan, kenyataannya tidak pernah terlibat dalam proses produksi. Akan tetapi hasilnya disini untuk majikan dan buruh hanya dinilai para pekerja atau tukang produksi yang hanya dikaji semaksimum mungkin. Maka wajarlah yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Ibaratkan sebuah kalimat yang kerja nya biasa-biasa gajinya luar biasa yang kerja nya luar biasa gaji nya biasa. Orang-orang kapitalis ini dia takkan pernah  puas dalam menuruti hawa nafsu nya dia akan melakukan apa saja apalagi memiliki kekuasaan Dalam politik demokrasi yang kapitalistik, untuk menjadi penguasa prasyarat yang paling menentukan hanya satu, yaitu harus memiliki dana yang besar untuk melakukan kampanye maupun untuk “membeli” suara rakyat. Hal itu hanya mungkin dilakukan oleh kaum kapitalis yang memang sudah berkubang dengan uang.

Cara yang mereka lakukan ada dua kemungkinan, yaitu dengan langsung mencalonkan diri untuk menjadi penguasa, atau  cara yang kedua adalah dengan mendanai orang lain lain agar menang dalam pemilihan dan dapat menjadi penguasa. Mereka yang telah dicalonkan oleh kaum kapitalis, jika menang maka dia harus “menghambakan” diri kepada mereka yang telah mendanai bagi kemenangannya. Jadi kalo udah seperti ini caranya jangan -jangan hutang itu untuk menumbok hutang itu lag....haha tau aja lah maksud saya. Gini lah gambaran sedikit ekonomi kapitalis berbeda sekali dengan ekonomi Islam  adalah adanya jaminan dari negara bagi tercukupinya kebutuhan primer bagi setiap individu-individu warga negaranya (tanpa kecuali) secara menyeluruh, berikut kemungkinan bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai kadar kesanggupannya di tengah-tengah masyarakatnya (An-Nabhani, 1990).

Di dalam sistem ekonomi Islam, bagaimana jaminan dari negara tersebut dapat diwujudkan sangat ditentukan oleh kemampuan negara dalam mengelola kebijakan (politik) ekonominya. Dengan menggunakan pendekatan teori ekonomi, kebijakan ekonomi yang harus dikendalikan oleh negara meliputi 2 hal pokok, yaitu: kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Sedangkan dalam ekonomi Islam masih ditambah dengan 2 hal penting lainnya, yaitu kebijakan ekonomi sektor riil dan kebijakan pengelolaan ekonomi yang amanah. Selanjutnya masing-masing kebijakan tersebut yang akan dibahas satu per satu.Kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam bertumpu kepada sumber-sumber penerimaan negara sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syari’at melalui Baitul Mal. Baitul Mal adalah kas negara yang dikhususkan untuk pemasukan atau pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslimin. Mekanisme pemasukan maupun pengeluarannya semuanya ditentukan oleh syari’at Islam.Sektor Kepemilikan Individu

Pemasukan dari sektor kepemilikan individu iniberupa zakat, infaq dan shadaqah. Sektor pemasukan ini harus masuk kas khusus dan tidak boleh dicampur dengan pemasukan dari sektor yang lain. Sektor Kepemilikan Umum

Pemasukan  dari sektor ini adalah dari bahan-bahan tambang, bahan bakar minyak, gas listrik, hasil hutan dsb. Pemasukan dari sektor ini juga harus masuk ke dalam kas yang khusus. Alokasi kepemilikan umum ini ada di tangan kepala negara dan dapat digunakan untuk kepentingan:
Beaya administrasi dan ekploitasi sumber daya alam, seperti: membangun zona industri, penggalian kepemilikan umum, mendirikan perumahan, menggaji pegawai, konsultan, tenaga ahli, membeli alat-alat dan mendirikan pabrik-pabrik. Sektor Kepemilikan Umum

Sektor Kepemilikan Negara

Sumber-sumber pemasukan dari sektor ini meliputi fa’i, ghanimah, kharaj, seperlima rikaz, 10% dari tanah ‘usyriyah, jizyah, waris yang tidak habis dibagi, harta orang murtad. Untuk pengeluarannya  diserahkan pada pandangan dan ijtihad kepala negara untuk kepentingan negara dan kemashlahatan ummat.
Pengelolaan Negara Yang Amanah

Sehebat apapun sebuah sistem, jika pengelolanya tidak amanah, maka sistem tersebut juga bisa bocor. Oleh karena itu sistem ekonomi Islam menghendaki agar pengelola negara benar-benar terdiri dari manusia-manusia yang amanah.

Dalam sistem ekonomi kapitalisme, untuk mendapatkan pengelola negara yang amanah tentu sangat sulit. Sikap amanah yang kuat, yang benar-benar menghujam dari lubuk hati yang paling dalam, hanya muncul dari buah keimanan yang kuat. Keimanan yang kuat inilah yang membuat manusia tersebut senantiasa ingin terikat dengan aturan-aturan Allah SWT.

Dalam kehidupan ekonomi kapitalisme yang bercorak sekularistik, buah keimanan (keterikatan terhadap syari’at Allah SWT) hanya terjadi tatkala orang tersebut melaksanakan aktivitas ibadah ritual. Sedangkan ketika harus mengelola negara, keterikatan terhadap syari’at akan menjadi lemah, bahkan menjadi tidak ada, karena itu adalah aktivitas di luar ibadah ritual. Inilah sumber utama terjadinya kebocoran-kebocoran negara yang merajalela pada saat ini.

Insya Allah, dalam negara yang semua sendi kehidupannya didasarkan pada Islam, maka keimanan seseorang akan berbuah pada segenap kehidupannya, termasuk ketika menjalankan aktivitas kenegaraannya. Diharapkan kontrol yang kuat dari keimanannya benar-benar akan berbuah pada perilaku yang amanah dalam mengelola dirinya maupun negaranya. Tidak akan ada lagi hutang yang bertumpuk banyak nya seperti sa'at sekarang ini Wallahu a’lam bi ash showab.

Post a Comment

Previous Post Next Post