Dilema Pelajar di Masa Pandemi


Oleh : SW. Retnani, S.Pd.
(Pendidik Generasi)

Bagai makan buah simalakama, bila dimakan ibu mati, bila tak dimakan ayah mati. Sungguh dua pilihan yang sangat berat dan berisiko tinggi. Begitu pun dengan keputusan orangtua saat mendengar dan mengetahui bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah akan dimulai pada ajaran baru semester 2 atau tepatnya bulan Januari 2021. Di tengah masa pandemi wabah Covid-19 yang masih terus memakan korban, Kementerian Pendidikan memutuskan untuk memulainya pembelajaran tatap muka di sekolah. Hal ini membuat banyak pihak resah dan marah. Mereka takut ancaman Covid-19 menimpa putra putri mereka saat di sekolah. Apalagi angka korban Covid-19 saat ini masih terus meningkat tajam, maknanya belum ada penurunan jumlah selama hampir satu tahun ini. Tentu saja kebijakan Kementerian Pendidikan menyulut kemarahan banyak pihak. Risiko besar yang akan dialami para pelajar yakni hilangnya nyawa atau kematian seakan tak dihiraukan oleh para penguasa. Bahkan mereka yang mengatasnamakan para wakil rakyat di DPR pun menyetujui kebijakan pemerintah untuk kembali kegiatan belajar mengajar disekolah pada Januari 2021. 

Hal ini dilansir dari www.com.liputan6.com bahwa Komisi X DPR dukung pemerintah buka sekolah pada Januari 2021. Semua ini menunjukkan kebijakan rezim sekuler bersifat sektoral artinya para penguasa negeri ini sangat jauh dari melindungi, menjaga dan meriayah masyarakatnya, terutama para generasi mudanya dari seluruh aspek, baik aspek kesehatan, pendidikan, keamanan, kesejahteraan, dan lain-lain.

Yang membuat banyak pihak resah dan marah yakni kebolehan pembukaan kegiatan belajar mengajar di sekolah pada Januari 2021 sama sekali tidak diiringi dengan kemajuan berarti dalam penanganan wabah penyakit Covid-19.  Penguasa negeri ini menempatkan rakyat pada posisi dilematis. Sistim demokrasi sekuler telah menciptakan hukum dan para penguasa zalim dan tidak bertanggung jawab.

Dilema Pelajar di masa pandemi akan terus menghantui selama sistem kapitalisme demokrasi terus dijadikan tumpuan dan rujukan atas semua kebijakan pemerintah.

Hal ini jauh berbeda kondisinya bila negeri ini menerapkan sistem Islam. Pemerintahan yang berlandaskan sistem Islam akan menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber hukum pertama, kemudian sumber hukum ini akan diperjelas didalam hadis atau as-sunah. Pemerintah akan mencontoh penyelesaian wabah seperti yang Rasulullah saw. ajarkan yakni ketika satu wilayah terkena wabah maka akan dilakukan secepatnya adalah karantina agar wilayah lain tidak tertular. Tak hanya itu tanggung jawab penguasa dalam pemenuhan kebutuhan rakyat akan menjadi prioritas utama. Sehingga rakyat tidak akan merasa kebingungan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya terutama dalam masa karantina ataupun masa lockdown.

Begitu pun dengan kebutuhan pendidikan, pemerintah dengan sistem Islam akan senantiasa  memperhatikan sarana dan prasarana pendidikan. Misalnya, seperti saat ini pembelajaran jarak jauh, Pemerintah akan menyiapkan hp atau laptop, memberikan kuota internet gratis, memperhatikan dengan seksama kurikulum pendidikannya harus sesuai dengan tuntutan dan ajaran Islam, para pengajarnya pun diperhatikan kesejahteraannya dan lain-lain. Sehingga KBM secara daring tidak akan membuat pening. Pelajar pun tidak akan mengalami dilema. Semua pembiayaan ini diambil dari hasil sumber daya alam. Indonesia yang dijuluki negeri zamrud khatulistiwa memiliki banyak kekayaan alam diantaranya minyak bumi, batu bara, nikel, emas, ikan, kayu, dan masih banyak yang lainnya.

Selama wabah berlangsung para pelajar akan terus mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui daring atau pembelajaran jarak jauh sampai masa pandemi berakhir.Keselamatan jiwa rakyatnya, terutama para generasi muda lebih diutamakan. Rakyat tidak akan dipusingkan dengan pemenuhan kebutuhan hidup dan kebutuhan pokok lainnnya.

Sistem Islam akan melahirkan para pemimpin yang amanah dan bertanggungjawab. Hal ini  telah difirmankan Allah Swt. didalam kitab suci Al-Qur'an yang artinya : "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
 Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada mu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat.” (Q.S An-nisa : 58). 

Dengan sistem Islam mencetak para pemimpin yang bertanggungjawab meriayah rakyatnya. Mereka sangat takut bila rakyatnya terzalimi, sebagai mana yang dirasakan Khalifah Umar bin Khattab ra. Beliau berkeliling dengan membawa sekarung gandum dan berjalan kaki di setiap malam untuk memeriksa kondisi rakyatnya. Maka tak heran, sistem Islam akan menyejahterakan rakyat,  menjaga serta melindungi kaum pelajar sehingga tidak akan mengalami dilema di saat pandemi. 

Wallohu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post