Masyarakat Apatis, Pemerintah Santuy, Mau Jadi Apa?

By : Rosyidah Assani

Memasuki bulan Agustus 2020, biasanya aroma hari kemerdekaan dengan berbagai festival untuk merayakan sudah mulai banyak tercium. Namun lain halnya dengan bulan Agustus tahun ini, seluruh dunia sedang dilanda wabah termasuk Indonesia. Aroma hari kemerdekaan tercium sedikit pudar, tanpa acara kumpul-kumpul dan hanya unmbul-umbul dijalan yang meramaikan. Baru-baru ini media nasional diramaikan oleh berita pelaporan musisi Anji sebagai pemilik kanal Dunia Manji di platfrom Youtube dan Hadi Pranoto berkaitan dengan isi salah satu wawancara yang dilakukan dan diunggah oleh kanal ini. Seperti yang dilansir oleh Kompas.com 02/08/2020 dalam hal video tersebut Hadi Pranoto memperkenalkan diri sebagai profesor sekaligus Kepala Tim Riset Formula Antibodi Covid-19. Ia menyebutkan bahwa cairan antibodi Covid-19 yang ditemukannya bisa menyembuhkan ribuan pasien Covid-19. Dan berbagai klaim lain yang dilakukannya. 

Para peneliti dan ahli di bidang farmokologi mulai banyak memberikan tanggapan pada klaim-klaim yang dilakukan Hadi Pranoto. Sebagian besar yang membaerikan tanggapan, menyangsikan keilmiahan herbal yang dihasilkan selagi blm ada bukti uji klinis dan farmakologis. Sehingga para peneliti merasa khawatir bahwa masyarakat akan menjadi abai terhadap bahaya Covid-19. Sehingga tingkat kewaspadaan berkurang dan yang akan berujung akan memicu kenaikan jumlah pasien positif.

Sebelum muncul klaim dari Hadi Pranoto, ada klaim yang terlebih dahulu terjadi diantaranya eucalyptus, remedesivis, stemcell dll. Masyarakat mulai melirik alternative untuk melindungi diri dari Covid-19, tanpa menggubris apa yang disarankan oleh pemerintah. Masyarakat dapat menilai lambannya pemerintah menangani Covid-19, langkah kebijakan pusat dan daerah yang dinilai kurang efektif  mengatasi persebaran Covid-19 di Indonesia.Hingga tanggal 4 agustus 2020 total kasus virus corona di Indonesia menjadi 115.056 orang. Total pasien sembuh yakni 72.050 orang. Sedangkan 5.388 pasien positif virus corona dilaporkan meninggal dunia. Angka ini 0,8 % lebih tinggi dari vatality rate global. 

Pemerintah menggelontorkan anggaran yang besar untuk Covid-19 ini, tetapi hingga saat ini tidak mampu menurunkan kurva angka positif Covid-19. Kurang seriusnya kinerja pemerintah dalam menangani Covid-19 tercermin pada ungkapan Presiden Jokowi yang mengeluhkan serapan anggaran yang tidak maksimal, sementara sekarang telah memasuki pekan pertama Agustus. Seperti yang di lansir Tirto.id  04/08/2020 Presiden Jokowi kembali menegur jajarannya soal realisasi anggaran penanganan Covid-19 masih minim. Ia melihat serapan anggaran masih 20 persen dari total anggaran Rp695 triliun. Jokowi menuturkan, penyerapan anggaran terbesar berada di Perlindungan Sosial sebanyak 39 persen. Kemudian penyerapan anggaran untuk UMKM sebesar 25 persen. Angka tersebut bahkan belum ada daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA). Dari temuan tersebut, Jokowi menilai kementerian dan lembaga masih belum punya rasa krisis di tengah pandemi Covid-19. Ia menegur kementerian dan lembaga masih berkutat kepada rutinitas dalam situasi normal.

Penanganan wabah semestinya harus terjalin koordinasi intensif dan terintegrasi serta satu visi dalam meangani wabah. Di jajaran pemerintah dalam menjalani kondisi wabah masih bermindset  seperti halnya melaksanakan anggara secara normal. Kepekaan kementrian akan kondisi krisis akibat wabah, belum muncul. Ketidakseriusan ini yang menyebabkan masyarakat apatis dan tidak percaya dengan penanganan wabah Covid-19 yang sedang terjadi.

Lantas salahkah sikap masyarakat ini? Jangan salahkan tokoh masyarakat yang mulai bergerak, karena melihat ketidak seriusan penanganan wabah ini. 
Previous Post Next Post