Kesedihan Karena Hilangnya Kesempatan Berbuat Kebaikan

Oleh: Ainul Ma’rifah

Tiada ibrah paling istimewa kecuali ibrah dari kisah perjuangan para nabi dan rasul serta para pengikut yang setia bersama mereka. Terutama kisah perjuangan rasul kita Muhammad SAW serta para sahabat. Hampir di setiap kisah mereka ada ibrah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam hidup. 

Salah satu ibrah yang bisa kita ambil dari kisah perjuangan Rasulullah dan para sahabat adalah ibrah dalam kisah perang Tabuk. Perang Tabuk adalah perang yang dilalui Rasulullah dan para sahabat pada bulan rajab tahun 9 H melawan imperium besar kala itu yaitu Romawi, dan merupakan perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah. Perang Tabuk bukan kali pertama yang dilakukan Rasulullah dan kaum Muslimin melawan Romawi. Sebelumnya, Perang Mu’tah telah lebih dulu mengawali pertempuran keduanya dengan kemenangan telak di pihak kaum Muslimin.

Kekalahan di perang Mu’tah inilah yang membuat Kaisar Romawi tidak bisa tinggal diam dan ingin balas dendam. Apalagi kekalahan itu membuat sebagian wilayah kekuasaannya membelot dan berambisi melepaskan diri dari kekuasaan Kaisar dan bergabung dengan kaum Muslimin. Oleh karena itu, Kaisar Romawi memandang wajib untuk melenyapkan kekuasaan Kaum Muslimin sebelum nantinya akan menjadi kekuatan besar yang akan menggesar kekuasaan imperiumnya. Dengan alasan itulah, belum genap satu tahun pasca perang Mu’tah, Kaisar sudah mulai menyiapkan pasukan untuk kembali memerangi kaum Muslimin. Dan terkumpulah pasukan sangat besar berjumlah 40 ribu pasukan ahli perang.

Mendengar Kaisar Romawi mempersiapkan pasukan sangat besar untuk menyerangnya, Rasulullah segera melakukan tindakan serius untuk mempersiapkan perang menghadapi imperium Romawi. Dari mulai mengirim mata-mata untuk melihat pergerakan pasukan Romawi hingga memobilisasi pasukan dengan mengumumkan kepada para sahabat agar bersiap-siap memerangi pasukan Romawi. Rasulullah mengirim utusan kepada setiap kabilah Arab dan penduduk Makkah untuk meminta mereka maju ke medan perang, padahal amat jarang beliau melakukan seperti ini. Sebab biasanya ketika ingin melakukan suatu peperangan beliau menyembunyikannya dari yang lain. Akan tetapi karena pasukan yang dihadapi sangat besar dan kondisi sulit tengah menimpa kaum Muslimin, maka menjadi perlu bagi Rasulullah menyampaikan secara gamblang peperangan yang akan mereka hadapi. 

Perlu diketahui, perang Tabuk terjadi bersamaan dengan musim panas yang sedang melanda kaum Muslimin. Kondisi paceklik dan kekurangan hewan-hewan tunggangan, ditambah lagi bersamaan dengan adanya musim buah-buahan yang telah mendekati panen. Membuat sebagian orang lebih suka tinggal di perkebunan dan di bawah pohon-pohon kebun mereka ketimbang mengurusi perang, karena kondisi sulit yang tengah mereka hadapi. Ditambah lagi jarak yang harus ditempuh sangat jauh dan jalan yang harus dilalui sangat sulit.

Kondisi ini membuat Rasulullah harus membangkitkan semangat jihad kaum Muslimin. Beliau menyugesti mereka agar bersedekah dan menginfakkan harta-harta milik mereka yang paling berharga di jalan Allah. Hingga akhirnya kaum Musimin tergerak hatinya dan berbondong-bondong menyambut seruan perang tersebut dan mulai menginfakkan harta mereka. Dimulai dari Abu Bakar yang datang dengan menginfakkan seluruh hartanya yang berjumlah 4000 dirham, dia tidak menyisakan untuk keluarganya selain Allah dan RasulNya. Kemudian Utsman bin Affan yang memberikan 900 ekor unta beserta perlengkapan dan barang bawaannya, 100 kuda, 200 Uqiyyah emas, ditambah 1000 dinar. Disusul Abdurrahman bin Auf dengan membawa 200 Uqiyyah perak. Lalu disusul sahabat yang lain seperti Umar, Abbas, Thalhah dan lainnya. 

Berlomba-lomba dalam kebaikan seperti meninfakkan harta yang dilakukan oleh para sahabat kaya seperti di atas adalah menjadi hal yang sudah biasa dilakukan oleh mereka. Bagi mereka harta tak akan ada nilainya dibanding seruan jihad Rasulullah. Namun, bukan itu yang menjadi hal istimewa dalam perang Tabuk ini. Seruan Rasulullah dan semangat yang beliau gelorakan dalam dada kaum Muslimin telah membuat hati mereka semua tergerak. Tak terkecuali kaum Muslimin dari kalangan biasa. Disebutkan dalam sirah nabawiyah bahwa sampai-sampai orang-orang fakir dan miskin meminta kepada Rasulullah untuk membekali mereka agar bisa ikut serta memerangi Romawi. Namun kondisi itu tidak mungkin, karena tidak ada lagi kendaraan yang bisa mereka tumpangi. Berjalan pun tak akan mungkin karena jaraknya sangat jauh.

Disinilah kesedihan teramat sangat melanda kaum Muslimin yang kehilangan kesempatan ikut berjihad bersama Rasulullah. Hingga al-Qur’an mengabadikan moment percakapan menyedihakn itu dalam qur’an surat at-Taubah ayat 92, “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali sedang mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (TQS. at-Taubah:92).

Bagi orang-orang mukmin tidak ada kesedihan yang paling menyedihkan kecuali kehilangan kesempatan berbuat kebaikan. Kesedihan itu akan bisa berlangsung lama bahkan mungkin tidak bisa hilang. Karena kesempatan itu mungkin tidak akan datang lagi. Seperti kisah orang-orang Mukmin dalam perang Tabuk tadi misalnya. Karena tidak akan mungkin ada perang Tabuk lagi setelahnya. Dan memang setelah perang Tabuk usai Rasulullah dan kaum Muslimin mendapatkan kemenangan luar biasa atas Romawi. Yang semakin membuat orang-orang yang tak bisa ikut berperang tadi menjadi semakin bersedih. Mengapa? Karena mereka tidak ikut bagian dalam kemenangan tersebut. Dan kenangan tak ikut perang Tabuk bisa jadi menjadi kenangan pedih yang harus mereka miliki.

Hingga akhirnya Rasulullah memberikan hiburan atas kesedihan mereka. Rasulullah bersabda, “Tidaklah kita menaiki bukit menuruni lembah kecuali orang-orang itu mendapatkan pahala, mereka tidak ikut, kita yang berlelah-lelah, tapi mereka mendapatkan pahala seperti kita, dan mereka tidak ikut karena udzur (alasan) yang benar.”
Sekali lagi, tidak ada kesedihan yang paling menyedihkan bagi seorang mukmin kecuali kesedihan karena kehilangan berbuat kebaikan. Dan inilah ciri-ciri orang beriman. Sedih jika kehilangan kesempatan berbuat kebaikan. Maka, jangan pernah menunda berbuat kebaikan, karena bisa jadi kesempatan itu tidak akan datang dua kali. Jika orang-orang yang kehilangan kesempatan dalam perang Tabuk tadi mengalami kesedihan yang luar biasa padahal karena adanya udzur syar’i, maka harusnya menjadi kesedihan yang lebih apabila kita kehilangan kesempatan berbuat kebaikan ketika tak ada alasan yang dapat dibenarkan. Wallahua’lam bi ash-showab 
Previous Post Next Post