Keistimewaan Idul Adha, Mencontohkan Hikmah dalam Pandemi

Oleh: Ummu Ahtar 
(Komunitas Setajam Pena) 

Pandemi COVID-19 belum juga usai. Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs Covid19.go.id, jumlah kasus per Rabu 29 Juli 2020 pukul 15.30 mencapai 104.432 orang. Angka ini didapat karena penambahan pasien positif harian dalam 24 jam mencapai 2.381 orang. 

Dilansir pada CnbcIndonesia.com (19/05/2020) , Ekonom Senior Chatib Basri mengatakan, "Perekonomian Indonesia di tengah pandemi Covid-19 saat ini, berbeda dengan financial crisis yang terjadi di tahun 1998, 2008 dan 2013. Menurut dia, yang terjadi saat ini merupakan krisis kesehatan yang mempunyai dampak pada perekonomian Indonesia ." 

"Perbedaannya,  pada tahun 2013 demand lebih tinggi dari produksi, di 2008 itu demand shock, lalu terjadi juga di 1998. Saat ini demand dan produksi masih ada namun dihentikan. Jadi bukan karena performance ekonomi yang buruk," kata mata Menteri Keuangan dalam sebuah diskusi virtual, pada Senin (19/05/2020). 

Repubika.co.id  (14/06/2020), Masih menurut situs Media Indonesia tadi, khusus di Indonesia, kecenderungan yang sama juga berlangsung. Menurut hasil survei daring Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terhadap lebih dari 20.000 keluarga, 95 persen keluarga dilaporkan stres akibat pandemi dan pembatasan sosial.

Pandemi menghasilkan banyak krisis disegala bidang.  Mulai dari kurang terjaminnya kesehatan, banyak pencari kerja diphk yang mengakibatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga terganggu.  Antisipasi penanganan dan strategi mengurangi dampak buruk melalui agenda New Normal tidak mampu menjadi solusi. Sungguh kebijakan rezim malah memperparah keadaan bukan malah sebaliknya  memperbaiki kondisi. Acapkali kebijakannya egois hanya untuk kalangan Kapitalis dan anteknya. Sehingga menuai kritikan bahwa rezim sungguh oportunis.  Hanya sebagian yang berfikir bahwa yang salah adalah sistem Kapitalisme Demokrasi ini.  Maka perlu diganti bukan malah jadi tambal salam. 

Menjadi kebutuhan mendesak bagi umat untuk  kembali pada sistem ilahi dengan tegaknya seluruh syariat sebagai solusi. Yaitu Khilafah Islam yang mana hanya bersumber dari Al Qurban dan As Sunnah.  Momen Idul Adha sebenarnya memberikan contoh sebagaimana yang dicontohkan nabi Ibrahim As dan Ismail As. Seperti yang disarankan Allah pada surat As Saffat ayat 105-109 yaitu terjemahannya, 
"Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,”Selamat sejahtera bagi Ibrahim.”

Esensi itulah sebenarnya memberikan dorongan ruhiyah kepada kaum muslimin untuk taat kepada Allah Swt. Ketaatan secara menyeluruh kepada syariat Islam bukan memilah yang mana lebih cocok pada diri kita dan yang mana yang beresiko tinggi.  Seperti dakwah amal ma'ruf nahi munkar menyeru perubahan sistem Kapitalisme kepada Khilafah Islam. Menyeru penerapan Islam secara kaffah. 

Karena itu hari Idul adha ini tidak boleh berhenti pada seremoni belaka.  Tetapi harus berani berkorban menggelorakan semangat kepada umat untuk menyeru kebenaran. Terlebih dari sistem saat ini saat rezim tega mengorbankan rakyat,  menyita kekayaan rakyat atas bumi, air dan kandungan kekayaan didalamnya.  Hanya diberikan pada segelintir Kapitalis kakap. Memberikan rakyat terpapar virus tanpa memperhatikan kesehatan rakyat,  kehilangan pekerjaan,  generasi muda yang kehilangan arah sehingga krisis tauladan sebagaimana dicontohkan oleh nabi Ismail As.  

Maka marilah kaum muslimin menyudahi pengorbanan yang sia-sia yang tidak ada kemaslahatan buat umat.  Menghentikan kaum Kapitalis dan anteknya yang menjarah dan merusak kekayaan bumi pertiwi ini. Saatnya kita membuktikan ketaatan yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim As dan Ismail As.  Sehingga terwujudlah ketaatan sempurna yaitu ketaatan Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Islam. 
Wallahu  alam Bisshawab.
Previous Post Next Post