BAGAIMANA MASYARAKAT MENGHADAPI RESESI?



Oleh : Junari.S.I.Kom

Pendemi   bukan hanya mengancam manusia dengan virus yang cepat menyebar di suatu negara bahkan terjadi di berbagai Negara, daruratnya dalam penangananpun belum ada yang mampu menjamin yang seaman-amannya dan yang terjadi juga  berpengaruh terhadap perekonomian suatu Negara sehingga terjadi dampak pada pemasukan ekonomi sehingga mengalami dua kuartal berturut turut negatif yang artinya ekonomi mengalami resesi 

Darurat ekonomi pemasukan berkurang pengangguran bertambah serta hutang antar luar negeri menumpuk biaya pendidikan yang meningkat rakyat membatasi gerakannya yang demikian itu karena dampaknya Covid-19 yang hingga saat ini membuat masyarakat masih mewaspadai, walaupun di pihak lain pemerintah telah menerapkan New Normal.

Direktur Eksekutif indef Tauhid Ahmad menjelaskan, resesi dapat dilihat masyarakat dari beberapa tanda, antara lain pendapatan yang menurun, kemiskinan bertambah, penjualan khususnya motor dan mobil anjlok dan sebagainnya. “misalnya mulai triwulan III-20201, kalau pasar kebutuhan pokok saya kira tidak ada perubahan, tapi kalau mal-mal masih sepi yah itu menunjukan resesi, jadi masyarakat terlihat jelas mulai banyak yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara di pemerintahan bukti resesi juga dapat dilihat dengan meningkatkan angka utang luar negeri  mendadak, tahu-tahunya besar sekali,  detikcom, Sabtu (18/7/2020)

Bagi perbankan bukti resesi adalah meningkatkan angka kredit macet alias non performing (NPL)”NPL mulai bergerak naik kemarin saja sudah mulai ke 2,8% secara umum. Tapi ini belum yang restrukturisasi di bulan Mei di BI itu batasnya 3,9%, belum di lihat lagi di bulan berikutnya.

Sepekan terakhir Indonesia di gencarkan dengan resesi dikarenakan Negara tetangga yang hanya jarak kilometer mengalami resesi disebabkan Pendemi yang berkepanjangan bukan hanya singapura Negara yang terdampak resesi bahkan Jepang, Italia, Inggris, Jerman, Hongkong tahun 2020 menjadi tahun yang berat bagi perekonomian global satu demi satu Negara berjatuhan ke jurang resesi, bahkan dalam peluncuran laporan Bank Dunia untuk ekonomi Indonesia edisi Juli 2020, tak ada jaminan bagi ekonomi Indonesia terbebas dari resesi, ekonomi Indonesia  bisa mengalami resesi jika infeksi Covid-19 bertambah banyak 

Di kuartal I-2020 perekonomian Indonesia hanya tumbuh 2.97% YoY , turun jauh dari kuartal IV-2019 sebesar 4,97%. Di kuartal ini, perekonomian berisiko semakin nyungsep, sebabnya penerapan Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mulai berlaku efektif di beberapa daerah sementara pada kuartal I lalu, kebijakan PSBB belum diterapkan akibatnya, roda perekonomian di kuartal II mengalami perlambatan signifikan sehingga pertumbuhan ekonomi terancam merosot. 

Data pengangguran, aktivitas manufaktur, serta penjualan ritel Indonesia sudah mengirim sinyal potensi terjadinya resesi, pendemi membuat pemutusan Hubungan Kerja terjadi di mana-mana per 12 Mei, total pekerja yang di rumahkan dan di-PHK sebanyak 1.727.913 orang.

Macetnya perekonomian dengan adanya dampak pendemi serta banyaknya pengangguran dan di PHK negeri ini terpuruk dengan roda ekonomi sehingga akan terjadi resesi bahkan juga dengan cara hemat tidak akan mampu mengeluarkan diri sehingga hutang ke luar negeripun kian bertambah dan bunga nya saja belum sanggup di lunasi, permasalahan saat ini hanya ada di lingkar satu yang hanya mengelilinggi tanpa tahu kapan akan ada jalan keluar

Resesi ekonomi sudah di depan mata. Para ahli mendorong masyarakat mengantisipasi dengan gaya hidup hemat dan menyiapkan alternative pekerjaan. Tetapi hal yang demikian itu tidak akan mampu masyarakat bergerak sendiri untuk mencari pekerjaan tanpa adanya Negara yang bertanggng jawab menyediakan lapangan pekerjaan 

 Kapitalisme menjadi jalan keterpurukan umat yang masih ada dalam lingkaran kapitalisme itu sendiri sehingga tidak adanya jalan solusi untuk berkembangnya suatu Negara yang hanya mengikatkan hutang luar negeri sehingga bunga semakin bertambah hutang semakin banyak,  inilah hasil mengadopsi pemikiran kapitalisme yang hanya mengaggap asset manfaat semata yang memiliki keuntungan hanya menghasilkan materi, sehingga ketidakadanya keperdulian sesama terbukti dengan pengadopsian pemikiran kapitalisme, Tidak cukup hanya mengantisipasi, tapi perlu solusi tuntas atas resesi akibat berlakunya ekonomi kapitalisme. Perlu mendorong masyarakat memahami cacat bawaan system kapitalisme yang menghasilkan krisister masuk resesi 

Tetapi sangat jauh berbeda jika islam dijadikan pedoman dalam menerapkan kebijakan tentu akan ada jalan keluar dalam mengatasi resesi disebabkan sumber daya alamnya di kelolah langsung oleh Negara yang memiliki tempat tersebut, bukan mempercayai asing untuk mengelolanya inilah yang menyebabkan semakin lemahnya ekonomi 

Tentu akan berbeda ketika pengadopsian aqliyyah islam yang menjadi pemikiran saat ini maka tentu melahirkan pola sikap islam yang melahirkan solusi dengan mengkaitkan hukum hukum yang sesuai syar’a yang mampu menyelamatkan Negara sehingga tidak adanya resesi, 

Berbeda pada masa jayanya islam, Negara menjamin kebutuhan umat dari kebutuhan umum maupun individu dengan mengelola sumber daya alam di kelolah oleh Negara  untuk menjamin umatnya serta menyediakan lapangan kerja serta Negara islam  menyediakan berbagai system termaksud dalam mengatasi krisis sehingga ketika adanya wabah yang melanda tidak berdampak seburuk saat ini hingga melahirkan resesi

Menciptakan ekonomi sehingga tidak adanya resesi yaitu dengan kembali kepada ALLAH untuk menerapkan hukumnya maka tentu di dalam keterpurukan dan masalah yang datang akan ada solusi serta menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat, maka tentu hal ini yang harus di perhatikan secara teliti bahwasannya hanya satu jalan kelurnya dengan menerapkan kembali hukum ALLAH secara kaffah dan di terapkan sebagai pedoman dalam bernegara maupun dalam mengatur individu agar terlisasikan hukum yang adil-seadilnya serta mengubah cara pandang dari kapitalisme liberal menuju islam. Waalahu’alam

Post a Comment

Previous Post Next Post