Benarkah Sistem Kufur Hasilkan Kebijakan Kufur

Oleh : Rosita Karlin

Pemimpin adalah orang yang mengembang tugas dan tanggungjawab untuk memimpin dan bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya. (Kompasiana.com)
Sungguh luar biasa tugas seorang pemimpin, dimana dia mempunyai tanggungjawab besar dalam mengurus, mengayomi dan menyelesaikan kemaslahatan rakyatnya, juga  dapat mempengaruhi rakyatnya. Sehingga apabila dia menerapkan aturan yang sesuai dengan syariat islam atau dari sang pencipta sudah pasti akan mengundang keberkahan dari sang pencipta begitu juga sebaliknya jika aturan yang dipakai mengandung kedzaliman dan kemaksiatan sudah pasti akan mengundang murka sang khalik. Jadi pemimpin itu sangat menentukan seperti apa rakyatnya kedepan. Seperi sabda Rasulullah saw “ Tidak ada seorang hamba yang Allah serahi amanah untuk memimpin segolongan rakyatnya itu dengan menuntut dan memimpin mereka kepada kemaslahatan dunia dan akhirat. Melainkan ia tidak mencium bau surga.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Sabdanya juga, “ Sungguh manusia yang paling dicintai oleh Allah dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, sedangkan manusia paling dibenci oleh Allah dan paling jauh tempat duduknya adalah pemimpin yang zalim.”
Ini menunjukan betapa pentingnya aturan yang baik dan betapa pentingnya pemimpin yang adil. Tetapi pemimpin yang seperti itu tidak akan kita dapati di sistem sekarang ini, karena sistem yang dipakai adalah sistem kapitalisme sekuler yang aturannya berasal dari manusia yang yang dibuat berdasarkan kepentingan.
Dapat kita lihat bagaimana pemerintahan menyelesaikan problematika yang dihadapi masyarakat kita saat ini yaitu Covid-19. Yang pertama aturan yang dikeluarkan oleh pemerintahan untuk pemutusan mata rantai Covid yaitu diberlakukan PSBB, juga aturan belajar di rumah, kerja dari rumah, kemana-mana pakai masker dan juga kebiasaan cuci tangan, semua melakukannya. Bahkan larangan sholat berjamaah sampai jum’at saja banyak tidak melakukannya dengan alasan demi kesehatan. Peraturan yang dibuat pemerintahan dinilai sangat efektif dalam penyelesain Covid-19, tetapi justru yang terlihat adalah Covid-19 semakin meningkat. 
Penerapan PSBB tidak berhasil lalu beralih ke New Normal dengan berbagai alasan, salah satu yang menjadi pertimbangan adalah terkait dampak pendemi ini terhadap ekonomi yang dianggap sudah begitu mengkhawatirkan. Sehingga bila tak segera diterapkan akan ada banyak pekerja yang menjadi korban. Disaat seperti ini masih saja mempertimbangkan untung rugi bukannya melihat betapa banyak nyawa rakyatnya yang menjadi korban. Padahal islam mengajarkan bahwa nyawa manusia harus dinomorsatukan, oleh karena itu pembunuhan dianggap sebagai dosa besar dan pelakunya mendapatkan sanksi yang sangat besar yaitu qishash. Bahkan terkait nyawa Raasulullaah Saw bersabda, “hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa haq.” (HR an-Nasa’i dan at-Tirmidzi) (al-wa’ie).
Jika kita melihat penerapan PSBB atau jaga jarak yang dinilai begitu efektif tetapi justru Covid-19 semakin menigkat lalu kita diminta untuk menerapkan New Normal atau normal baru atau lebih spesifik lagi hidup berdampingan dengan corona, Naudhubillah sungguh zolim pemimpin kita.
Seperti itulah sistem pemeritahan kapitalisme sekuler terbukti gagal dan dzolim dalam menjalakan sistem pemerintahaan karena aturan yang ada disitem kapitalisme adalah buatan manusia sehingga aturan yang dibuat hanya berdasarkan kepentingan saja. Hal ini tentu berbeda dengan Islam yang aturannya berasal dari sang khalik, inilah sistem hukum yang akan membawa raahmat dan kesejahteraan bagi dunia. Kesejahteraan yang tidak hanya berupa hasil dari sistem ekonomi semata. Namun juga hasil dari sistem kesehatan, pendidikan, hukum, politik, budaya dan sisoal. Karenanya, perjuangan untuk menegakkan syariah secara kaffah dalam naungan khilafah,  sehingga dapat menyelamatkan umat manusia dari kerakusan dan kedzoliman di  sistem kapitalisme.
Previous Post Next Post