Dilema Sekolah Disaat Wabah

By : Luthfi, M.Pd.
(Pegiat Literasi Aceh)

Kemendikbud melalui Plt. Dirjen PAUD Dasmen menegaskan kalender pendidikan akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada pengunduran dikarenakan jadwal belajar mengajar tatap muka dan dimulainya tahun ajaran baru berbeda waktu pelaksanaannya (kumparan.com, 01/06/20). Adapun keputusan metode tatap muka ditentukan daerah masing-masing berdasarkan kondisi daerah tersebut.

Retno Listyarti, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta kemendikbud dan Kemenag mengkaji Kembali keputusan pembukaan sekolah pada 13 Juli 2020. Hal ini didukung dengan banyaknya kasus anak yang terinfeksi Covid-19, yaitu 831 anak. Bahkan 14 anak meninggal dengan status positif Covid-19 (Nasional.okezone.com, 01/06/20). Sungguh ini satu hal yang memprihatinkan bagi kita semua.

Petisi tunda masuk sekolah selama pandemi pun muncul dan telah ditandatangani 95.720 orang pendukung. Petisi ini digagas oleh Watiek Ideo, seorang penulis buku anak yang juga ibu dari seorang pelajar kelas 6 SD. Banyaknya pendukung petisi tersebut tidak lain karena keresahan dan kekhawatiran para orang tua terhadap penularan virus yang terus berkembang. 

Saat anak-anak selama ini di rumah saja dan memendam kerinduan yang mendalam. Baik merindukan temannya, gurunya, ataupun suasana sekolah, tentu sangat bersemangat ketika bertemu kembali. Namun hal inilah yang dikhawatirkan, tidak ada yang bisa menjamin anak-anak mampu menahan diri tidak salaman, tidak pelukan, tidak menyentuh wajah sebelum cuci tangan. Termasuk jika ada yang memiliki masker unik lalu saling tukar masker karena penasaran. Tidak ada yang tahu siapa yang termasuk orang tanpa gejala, tukar menukar masker pun menjadi sumber penularan yang tak terhindarkan. 

Selain itu, jumlah anak terinfeksi covid mencapai 1000 orang juga menambah kekhawatiran. Anak bisa saja tertular dari orang tua yang OTG ataupun orang tua reaktif covid-19. Ketika anak jajan di kantin atau bercengkerama di lingkungan sekolah pun bisa saja tertular covid-19. Anak bisa tertular dari segala aspek karena tidak ada yang bisa menjamin anak mampu disiplin mencuci tangan ataupun mengganti masker setiap kotor dan basah. Terlebih jika sekolah tidak mampu memfasilitasi pencegahan dan penanganan penularan covid-19.

Anak-anak adalah masa depan, penerus generasi. Perlu perhatian khusus dari semua pihak untuk merawat generasi penerus peradaban ini. Memberikan metode pembelajaran yang aman segi kesehatan, nyaman perasaan dan mencerdaskan pemikiran. Misalnya pembelajaran jarak jauh dengan memberikan tugas hafalan ayat-ayat pendek, menuliskan pengamatan alam sekitar rumah dikaitkan dengan sabar dan syukur, atau hal-hal yang menimbulkan kretivitas anak dengan memanfaatkan alat sekitar rumah. Dengan demikian pembelajaran akan menstimulus kecerdasan spiritual, intelektual, sosial dan emosional anak. Insya Allah akan bertumbuh penerus peradaban yang berkualitas. Maka keputusan kembali ke sekolah sangat perlu dipertimbangkan lagi demi  pencegahan penularan dan menyelamatkan generasi. 

Sisi Islam, seorang Muslim diharuskan untuk menghindarkan dirinya dari kawasan wabah menuju kawasan yang lebih aman. Sebagaimana sabda Rasulullah saw kepada umatnya ketika dulu pernah terjadi wabah penyakit lepra, “Larilah dari orang yang sakit lepra, sebagaimana kamu lari dari singa.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Maka wajib bagi setiap muslim menghindar dan menjaga diri dari penularan wabah, tidak hanya lepra akan tetapi semua penyakit yang menular. Termasuk aktivitas pendidikan di masa wabah ini,  penting bagi setiap Muslim mencegah dirinya dan generasi dari penularan wabah/ covid-19 dengan tetap mebatasi aktivitas di luar rumah. Wallahu'alam bisshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post