Ahsanu 'Amala


Oleh: Radhiatur Rasyidah, S.Pd.I

Ahsanu 'Amala hanya memiliki satu makna yakni yang paling baik amalannya. Dan tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini dengan segala ketetapan-Nya selain untuk beribadah kepada-Nya juga tidak lain dan tidak bukan untuk memastikan siapa di antara hamba-hamba-Nya yang paling baik amalnya.


Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam QS. al-Mulk[67]:2

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk [67]: 2).


وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً

“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS: Hud [11]: 7).


Sudah menjadi keharusan bagi kita seorang muslim untuk memahami bagaimana suatu amal bisa dikatakan baik dan diterima juga berbuah pahala.


Tidak bisa dipungkiri, ada kalanya khilaf mewarnai hari. Ketahuilah bahwa itu pertanda bahwa kita hanyalah manusia biasa. Namun, dari sisi yang berbeda, kita dituntut untuk mencari ilmunya. Karena ilmu itulah yang akan menuntun kita dalam melakukan suatu aktifitas yang tak sia-sia.

Syarat yang pertama agar amal diterima adalah niat hanya karena Allah Swt. Jangan sampai hati terkotori dengan memasang niat karena yang lain. Karena itu langkah awal yang harus diluruskan adalah niat. Pastikan apa-apa yang dilakukan murni hanya karena penghambaan kita kepada Allah Swt.


Niat karena Allah, berarti ikhlas, memurnikan niat dari kemungkinan mengharapkan selain Allah. Kemungkinan-kemungkinan itu bisa jadi berupa pujian manusia, eksistensi diri, mengharapkan materi, dan sebagainya. Ini sangatlah berbahaya sebab jika tujuan awal melakukan perbuatan adalah karena selain Allah, berarti kita jatuh dalam perbuatan kesyirikan, menyekutukan Allah. Padahal Allah benci dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Dan merupakan dosa besar. Na'udzubillah.


Perkara niat inilah juga yang membedakan amalan orang muslim dengan orang kafir. Orang-orang kafir, mereka tidak mengimani Allah dan kenabian Muhammad saw., karenanya secara otomatis amalan mereka di dunia sia-sia, meskipun mereka menginfakkan harta sebanyak yang mereka punya. Sebagai contoh, bukankah Abu Thalib yang dikenal sebagai pembela Nabi harus berada di neraka dikarenakan enggan mengucapkan kalimat tauhid.


Adapun syarat yang kedua adalah cara melakukannya harus benar sesuai tuntunan syari'at. Yaitu bercermin pada apa-apa yang dicontohkan Rasulullah saw. Sebab, apa saja ibadah yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah maka itu tertolak. Tidak boleh bagi kita mengkreasikan ibadah shalat yang dalam pelaksanaannya memakai bahasa Arab menjadi bahasa selainnya. Atau, membayar zakat fitrah dilebih-lebihkan lantaran kita memiliki kelebihan harta.


Apa yang sudah diperintahkan syara' dan dicontohkan Rasulullah, maka janganlah dikurang-kurang atau ditambah-tambah. Istilah lainnya janganlah mengada-ada dalam perkara ibadah, bisa terkategori bid'ah yang dilarang.


Jadi, amal tanpa niat yang benar dan cara yang benar akan sia-sia. Perkara ini menjadi sangat penting lantaran amal yang tidak didahului dengan niat yang ikhlas karena Allah tidak akan diterima. Juga, amal yang tidak dilakukan sesuai tuntunan syari’at, semuanya tidak akan berarti di sisi Allah.

Wallahua'lam bisshawab.
Previous Post Next Post