Memang Nasib para Prajurit !!!

Oleh : Kiki Ummu Ghaziya

Terhitung sejak bulan Desember 2019 hingga kini Mei 2020 yang artinya sudah menginjak 5 bulan negeri ini sakit dan belum kunjung sembuh. Wabah Covid 19 merupakan virus yang berawal dari Wuhan Cina ini menjadi sebab sakitnya negeri. Wabah Covid 19 rupanya masih betah berlama-lama menghantui bahkan menjangkiti jiwa-jiwa masyarakat. Virus ini dengan cepat menyebar di banyak daerah, terbukti dari semakin bertambahnya angka masyarakat yang positif Covid 19 di tiap-tiap daerah pada negeri ini. Meningkatnya jumlah masyarakat yang positif Covid 19 atau Corona virus ini semakin terlihat sejak memasuki bulan Mei 2020, Mengapa ? Bulan Mei ini merupakan bulan yang menjadi puncak para masyarakat untuk mengikuti huru hara paska ramadhan. Apalagi kalau bukan bulannya para masyarakat untuk melakukan tradisi tahunan yaitu mudik atau pulang kampung. 

Pemberlakuan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar rupanya tidak lagi menjadi halangan untuk masyarakat. Mudik atau pulang kampung nekat di lakukan masyarakat yang artinya masyarakat mulai abai tidak mematuhi protokol kesehatan. Covid 19 yang jelas sudah banyak meregang nyawa manusia, seharusnya dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat bahwa Virus Corona ini bukanlah penyakit yang dapat disepelekan lagi. Namun sangat di sayangkan ini semua rupanya tidak dijadikan pembelajaran bagi masyarakat, terbukti memasuki bulan Mei dimana bandara justru penuh, pasar masih sesak, bahkan jalan-jalan semakin ramai orang berkerumun. Lagi-lagi ini karena minimnya edukasi kepada masyarakat oleh negara.

Jelas ini semua menjadi kecemasan para tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam menangani Covid 19. Mereka para tenaga medis telah berkorban tenaga, waktu, bahkan nyawa saat menangani Covid 19 ini. Mereka rela kehilangan waktu bersama keluarga, bahkan di hari Idul Fitri pun mereka tidak dapat bertemu dengan keluarga. "Sudah menjadi tugas kami, tanggungjawab sesuai sumpah. Kali ini pun lebaran cuma bisa melalui video call,'' ujar salah satu perawat di RSUD M Yunus Bengkulu, Desmi Lindawati, di kutip https://news.okezone.com/read/2020/05/25/340/2219214/curhat-tenaga-medis-kesepian-dan-menyendiri-di-kamar-saat-takbiran-idul-fitri

Kecemasan akan teregangnya nyawa seketika, kesedihan tidak dapat bertemu keluarga, tenaga yang terporsir dengan bertambahnya pasien lantaran masyarakat abai dengan protokol kesehatan rupanya tenaga medis tidak mendapat perhatian khusus oleh masyarakat bahkan pemerintah negeri ini. Hal ini terlihat dengan tidak terpenuhinya perlindungan yang utuh dengan kebijakan terintegrasi agar pasien Covid 19 tidak terus melonjak. Kebijakan yang di putuskan pemerintah terlihat main-main dalam menangani pemutusan rantai Covid 19. Himbauan yang dibuat pemerintah terkesan labil, hingga masyarakat pun kembali abai dalam mematuhi himbauan pemerintah. Terkadang kebijakan tidak seragam membuat bingung para masyarakat yang menjalaninya. Kebijakan pemerintah pusat maupun daerah seakan tidak terorganisir dengan ditemukannya berbeda-beda aturan disetiap daerah.

Bukan hal itu saja, bahkan proteksi finansial juga tidak diberikan. Sebagian tenaga medis tidak mendapat tunjangan insentif yang di janjikan sendiri oleh presiden negeri ini seperti yang dilansir di https://m.merdeka.com/uang/tenaga-medis-wisma-atlet-keluhkan-insentif-tak-kunjung-cair.html. "Insentif yang dibilang maksimal tujuh setengah juta itu memang sampai sekarang belum (diterima)," kata Anitha kepada Tempo, Ahad, 24 Mei 2020. https://nasional.tempo.co/read/1346031/perawat-belum-terima-insentif-covid-19-yang-dijanjikan-pemerintah. Begitupun dengan THR perawat honorer dipotong bahkan dalam kondisi semakin banyak pasien justru tenaga medis banyak dipecat, alasannya karena tenaga medis sempat mogok kerja lantaran kekecewaannya terhadap masyarakat yang abai dengan protokol kesehatan, https://wartakota.tribunnews.com/2020/05/21/ratusan-tenaga-medis-dipecat-di-tengah-wabah-virus-corona-begini-penjelasan-pihak-rumah-sakit?page=4

Rentetan pengabdian tenaga medis untuk wabah ini dan utamanya adalah untuk negeri ini tidak menjadi perihal penting bagi petinggi negeri. Padahal gugurnya tenaga medis atau pemecatan sama dengan berkurangnya prajurit di garda depan medan tempur. Yang jelas sangat beresiko tinggi nantinya untuk penanganan wabah Covid 19.
Seharusnya segala hak-hak, perhatian, penghargaan bagi para pejuang garda depan betul-betul menjadi perhatian oleh pemerintah. Melihat bahwa begitu berat tugas yang diemban, begitu berat resiko yang dihadapi oleh para tenaga medis dalam menangani pasien Covid 19.


Islam menghargai pengabdian

Kekecewaan, kesedihan, kecemasan para tenaga medis tidak pernah ada apabila negeri ini menjadikan hukum Islam sebagai pengatur urusan masyarakat di negeri ini. Karena Syariah (hukum Islam) menuntut umat Islam untuk memiliki perhatian besar bagi masyarakat di semua bidang kehidupan, tidak terkecuali bagi para pengabdi kesehatan atau kedokteran, karena Islam memandang ini sebagai bagian dari sebuah pengabdian. Islam memandang kesehatan dan pengobatan merupakan kebutuhan dasar sekaligus hak rakyat dan menjadi kewajiban negara. Dan tentu para pelaku kesehatan seperti dokter, perawat, dan tenaga medis merupakan bagian yang sangat penting. Maka, pada negara Islam pengabdian para pelaku kesehatan di nomor satukan oleh pemimpin negara. Para cendekiawan termasuk dokter mendapatkan gaji yang besar. Bukan hanya gaji bahkan mereka mendapatkan fasilitas penunjang kehidupannya secara lengkap. Di samping itu mereka pun mendapatkan hadiah bahkan bonus atas pengabdiannya. Begitulah sistem Islam memberi penghargaan dan perhatian kepada tenaga medis dan prajurit yang berada di garda depan dalam hal mengobati maupun melayani pasien.

Pada negara Islam, kebijakan kepala negara pun turut menjadi andil nomor satu saat terjadinya wabah. Kebijakan terintegrasi agar  pasien atas wabah penyakit tidak terus melonjak, hal ini pun merupakan salah satu bentuk dukungan kepada para dokter dan tenaga medis. Islam sudah memberikan tuntunan di kala menghadapi wabah. Nabi Muhammad SAW mengatakan jika dalam suatu wabah, mereka yang ada di daerah itu jangan keluar dari wilayah itu. Mereka yang ada di luar wilayah itu, jangan datangi tempat wabah itu. 
Dalam istilah sekarang ini dikenal sebagai lockdown atau karantina, baik semi-lockdown maupun lockdown total.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Di samping itu negara pun bertanggung jawab dalam mengedukasi masyarakat, sehingga masyarakat memahami betul akibat apa yang akan terjadi apabila tidak mematuhi aturan negara Islam. Sehingga tidak ada masyarakat yang berani melanggar peraturan yang telah dibuat oleh penguasa. Penguasa dengan tegas memberlakukan aturan tanpa pandang jabatan, harta, dan kedudukan. Penguasa pun dengan tegas menolak warga negara asing di luar wilayah negara untuk memasuki negeri terdampak wabah. Semua sama-sama harus mematuhi peraturan yang telah di berlakukan oleh kepala negara. Itulah cara negara Islam memberikan perlindungan utuh dengan kebijakan terintegrasi agar pasien covid tidak terus melonjak, dan bahkan proteksi finansial terhadap para dokter dan tenaga medis yang menjadi garda terdepan saat terjadi wabah penyakit di suatu negeri.

Post a Comment

Previous Post Next Post