Ketika Bansos Hanya Sekedar Angan

Oleh : Nibrazin Nabila
Pendidik generasi

Wabah belum berlalu, dampaknya terasa di berbagai sendi kehidupan. Penyebaran virus yang telah menjadi pandemi ini ternyata telah berhasil membuat masyarakat stress dan tertekan. Betapa tidak, kesempitan hidup yang dialami membuat kondisi dirasa semakin sulit. Tidak heran jika bantuan sosial pun begitu diharapkan oleh masyarakat. Namun nyatanya, pembagian bantuan tersebut hanya menyisakan masalah. Karena pembagiannya tidak merata di tengah masyarakat,   masih banyak diantara mereka yang belum mendapatkan bansos, bahkan kepastian dapat atau tidaknya pun masih belum jelas. 

Inilah kondisi yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Seperti yang  dialami oleh Nurul Huda Hasanudin (40), warga asal Kampung Sinapeul, RT.02/08 Desa Mekarjaya, kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Keluarga Nurul Huda sudah dua hari tidak makan nasi dan hanya makan rebusan pepaya yang belum matang. “Kami dapat informasi keluarga beliau dari mitra kami, bahwa keluarga mereka gak bisa makan selama dua hari kemarin, Cuma minum aja,” ungkap Irwan, Relawan Rumah Yatim. (galamedianews, Sabtu (9/5/2020)

Mirisnya, ditengah kesulitan yang dialami masyarakat tersebut,  ada pihak yang memanfaatkan kondisi ini untuk bahan kampanye. Seperti yang terjadi di Kabupaten Klaten, Bupati setempat diduga memakai dalih bantuan Corona demi kampanye. Sangat disayangkan, saat masyarakat sangat membutuhkan bantuan karena kesulitan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan, bahkan tidak sedikit yang mengalami  PHK, masih oknum yang memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. 

Inilah gambaran sistem kapitalis, pengayoman seorang penguasa tidak dirasakan oleh rakyat yang dipimpinnya. Penguasa dalam sistem kapitalis lebih mementingkan   kekuasaan daripada kesejahteraan rakyatnya.  Hal ini dikarenakan hubungan yang terjadi antara penguasa dan rakyat tak ubahnya seperti penjual dan pembeli. Rakyat dibiarkan menanggung sendiri kebutuhannya tanpa ada jaminan dari penguasa. Terlebih dalam kondisi serba sulit seperti sekarang ini, masyarakat serba tidak leluasa mencari nafkah dengan kebijakan PSBB yang diterapkan, sementara kebutuhan hidup tidak dapat ditunda. Dan penguasa enggan menjamin seluruh kebutuhan. Akibatnya, kesengsaraan hidup lah yang dialami oleh masyarakat.

Demikianlah gambaran sosok penguasa di dalam sistem kapitalis, mereka mungkin bisa  berlepas dari tanggung jawab dunia, namun Allah yang Maha Adil tidak akan bisa membuat mereka mengelak. Seperti firman Allah SWT dalam QS. Yaasin ayat 65 : 
“Pada hari ini kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”.

Andai mereka menyadari bahwa semua akan dimintai pertanggungjawabannga, mereka lupa bahwa Allah tidak butuh pencitraan yang terus mereka lakukan untuk menipu rakyat. Pemerintah gagal memberikan kesejahteraan ekonomi yang menjadi hak bagi setiap warga negaranya. Ini adalah buah dari penerapan sistem kapitalisme.

Sementara di dalam negara Islam, negara Khilafah berkewajiban memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya, termasuk memenuhi kebutuhan ekonomi rakyatnya. Semua ini harus terpenuhi bagi setiap individu dan negara wajib menyediakannya untuk seluruh warga secara cuma-cuma dengan fasilitas sebaik mungkin. Karena Islam menjamin terpenuhinya pemuasan semua kebutuhan primer tiap-tiap individu. 

Jika saat ini rakyat mendamba seorang pemimpin seperti Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash-shiddiq, ataupun Umar bin Khattab itu sungguh wajar. Karena mereka adalah sosok pemimpin yang begitu tulus dan sayang kepada rakyatnya tanpa ada kepentingan duniawi atas kepedulian mereka kepada rakyatnya. 

Seperti kisahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq yang melewatkan dinginnya malam untuk membagikan selimut ke rumah-rumah penduduknya atau Umar yang memanggul sendiri gandum untuk dibagikan pada rakyatnya yang kelaparan. Khalifah Umar pun berusaha mendatangkan bantuan dari berbagai daerah kekhilafahan saat masa wabah berlangsung. Ath-Thabari menuturkan, orang yang pertama datang kepada Khalifah Umar adalah Abu Ubaidah bin Jarrah, beliau membawa 4000 kendaraan berisi makanan. Lalu Khalifah Umar pun memeriksa kondisi rakyatnya. Kita bisa bayangkan, betapa banyak bantuan yang berjumlah 4000 kendaraan berisi makanan, belum lagi bantuan pakaian, obat-obatan, dan lain-lain. Sungguh, bantuan yang bisa mencukupi seluruh warga yang terkena krisis. 

Khalifah Umar memerintahkan agar bantuan itu dibagi secara merata kepada seluruh penduduk tanpa terkecuali. Para korban krisis diceritakan mendapat bantuan sebanyak apa yang dibawa oleh satu unta dan kita sudah tahu bahwa unta mampu membawa barang sangat banyak, melebihi berat tubuhnya. Inilah gambaran bagaimana Khilafah dalam membantu para korban krisis, semuanya benar-benar tercukupi, orang perorang, tanpa kecuali. Begitulah totalilas Khilafah dalam menyelesaikan sebuah krisis. Jika Pemerintahan pusat sudah tidak mampu lagi, Khalifah akan memobilisasi bantuan dari wilayah-wilayah dibawah kekuasaan khilafah.Mereka didorong dan dipacu untuk memberikan bantuan yang kualitas dan kuantitasnya terbaik. 

Adakah saat ini seorang kepala negara dan gubernurnya yang bersikap seperti itu? Selama berpijak pada aturan kapitalis, sepertinya akan menjadi suatu kemustahilan. emoga kita segera diberikan pemimpin yang adil dan sayang pada rakyatnya seperti halnya pada masa kekhilafahan Islam. Aamiin allahumma aamiin.
Wallahu a'lam Bishawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post