ISLAMOPHOBIA DI TENGAH WABAH COVID-19



Oleh: Ana Mardiana

Di tengah pandemi Covid-19, umat Islam di berbagai negeri menjadi korban tindakan diskriminasi dan kebencian warga non-Muslim.
Tagar #CoronaJihad akhir ini menjadi trending di sosial media sejak merebaknya virus covid yang mewabah ditengah negeri-negeri didunia. Hastag tersebut menyudutkan bahwa umat Islam sumber penyebaran virus pandemi yang sedang melanda beberapa negeri. Kasus tersebut memunculkan kembali propaganda Islamophbia ditengah masyarakat untuk membenci Islam.

Fitnah pertama kali ini mencuat dari Inggris. Diberitakan The Guardian, kelompok supremasi kulit putih menggunakan media sosial untuk memfitnah warga Muslim. Di Facebook dan Twitter, mereka menyebar foto dan meme salat berjemaah di masjid Inggris untuk menunjukkan bahwa warga Muslim melanggar physical distancing dan semakin menyebar corona. Salah satu video disebarkan oleh Tommy Robinson, pendiri kelompok radikal Liga Pertahanan Inggris (EDL), dengan klaim adanya “masjid rahasia” di Birmingham.

Hal serupa juga diberitakan Huffington Post, sekelompok pembenci Islam mengembuskan rumor bahwa lockdown di kota-kota AS akan dicabut menjelang Ramadhan agar Muslim bisa ibadah di masjid. Padahal, kata mereka, gereja-gereja saja ditutup saat Paskah.

Taktik tersebut rupanya tidak hanya dilakukan di AS dan Inggris. Di India, kelompok Hindu sayap kanan radikal menjadikan Muslim sebagai kambing hitam penyebaran virus corona. Fitnah ini semakin memcuat setelah kelompok Jamaah Tabligh menggelar acara di ibukota India, Delhi. Ditambah viral salah satu video yang memperlihatkan pria yang disebut Muslim meludah ke polisi, dituduh sengaja menyebar corona. Hanya saja, tuduhan tersebut belakangan terbukti video lama yang sengaja diunggah demi menyudutkan umat Islam India.

Diantara video yang viral yang lainnya adalah komunitas Muslim menyebarkan virus Corona dengan menjilati sendok makanan sebelum makanan itu disajikan. Padahal video ini dibuat Juli 2018, lama sebelum pandemi Covid-19 ini merebak. Fakta berikutnya adalah komunitas Muslim di video tersebut adalah Komunitas Dawoodi Bohras yang sedang melakukan ritual menjilati alat makan yang telah digunakan, sebagai bagian dari keyakinan mereka untuk tidak menyisakan sedikit pun makanan, hal ini juga merupakan tradisi kehidupan mereka.

Menanggapi gelombang Islamophobia ini, Ahsan Khan, Presiden Organisasi Diaspora India di Amerika Serikat, IAMC dalam surat pernyataannya menyatakan, “Sangat memalukan bahwa krisis Covid-19 dieksploitasi oleh mereka yang berkuasa dan berpengaruh untuk mempertajam konflik agama di India. Level kebencian yang ditumpahkan kepada minoritas Muslim oleh media dan tokoh publik memicu peningkatan serangan terhadap kaum Muslim.”

Kebencian para pembenci Islam semakin mengerikan. Klaim demi klaim yang dilontarkan untuk menciptakan opini jahat terhadap Islam semakin mendiskriminasi umat Islam. Terbukti bahwa opini Islamophobia digemborkan oleh kelompok terorganisir yang sengaja dibentuk untuk menyerang Islam.

Meskipun artikel yang menghina Islam dibagikan oleh ribuan akun online. Pemerintah tidak mengambil tindakan apa pun terhadap mereka. Mengapa demikian? Ya, tentu saja, phobia Islam/rasa takut  atau kebencian terhadap Islam adalah upaya besar dari negara-negara Barat dan antek-anteknya untuk mencegah bangkitnya kekuatan Islam dalam bentuk institusi kenegaraan dalam kancah Internasional. Phobia Islam telah menjadi halusinasi yang dipelihara sebagai bukti ketakutan yang tidak bisa dipungkiri.

Berbagai upaya dilakukan Barat untuk mendiskriditkan Islam, baik ajarannya atau pun pemeluknya. Tujuannya berupaya menanamkan persepsi bahwa Islam tidak mempunyai norma yang sesuai dengan budaya lain, lebih rendah dibanding budaya Barat dan lebih berupa ideologi politik yang bengis daripada berupa suatu agama.

Munculnya kesadaran umat akan Islam sebagai din yang mengatur kehidupan dunia secara kaffah di negeri-negeri Muslim, telah menjadi "teror" bagi Barat dan antek anteknya. Karena akan membangkitkan Islam sebagai kekuatan politik yang meminggirkan kezaliman dan keserakahan mereka.

Narasi Barat dan antek-anteknya atas nama perang melawan terorisme, radikalisme dan ekstrimisme dengan target memerangi Islam dan umat Islam terus menerus dikampanyekan para penguasa Barat untuk membenarkan tindakan kejam mereka. Ini dilakukan di belahan dunia yang minoritas Muslim, bahkan di negara yang mayoritas Muslim pun narasi ini kencang didengungkan. Rezim komunis Cina melakukan tindakan keji terhadap Muslim Uighur di Turkistan Timur, rezim Hindu menyerang umat Islam di India, rezim Budha menindas umat Islam di Arakan, Myanmar.

Kebencian terhadap Islam ditegaskan lagi dalam bentuk kebijakan-kebijakan phobia Islam di Barat yang dilakukan oleh negara-negara yang mengklaim demokrasi, seperti Prancis. Negara ini melarang pemakaian hijab dan menghukum pemakainya.

Bahkan pandemi Covid-19 yang mendunia ini pun, mereka mengupayakan untuk menisbatkan kesalahannya kepada umat Islam dengan label #coronajihad. Maka, label Coronajihad merupakan teror fobia Islam di tengah wabah. Tujuannya untuk menggambarkan Muslim sebagai penyebab di balik pandemi ini.

Inilah bukti nyata kondisi sistem kapitalisme dalam mengelola pengaturan kehidupan masyarakat yang tidak mampu menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat. Ditandai dengan minimnya toleransi terhadap umat Islam dalam menjalankan agamanya yang cenderung mendiskriminasi umat hingga berujung kepada Islamofobia. Sekulerisme sebagai asas sistem kapitalisme tidak memiliki seperangkat aturan baku, sehingga aturan yang ada hanyalah bersumber dari manusia yang sarat akan kepentingan.

Bagaimana sikap kita? Umat Islam harus senantiasa mendalami fakta dari phobia Islam ini. Membongkar makar jahatnya dan membuka tabir siapa pelaku dari penyebar fitnah keji terhadap Islam ini. Kita pun harus menjelaskan bagaimana Islam dan solusi tuntasnya yang cemerlang dalam setiap permasalahan kehidupan.

Umat Islam pun harus semakin jelas memperlihatkan identitas keislamannya. Menangkal virus fobia Islam hanya bisa dilakukan dengan menampakkan kebenaran, keindahan, kemuliaan dan kesempurnaan ajaran Islam.  Islam sebagai ideologi yang akan menjadi kompas dan solusi paripurna dalam mengatasi berbagai persoalan kehidupan.

Kita bisa berkaca pada masa awal Rasulullah dan para sahabatnya mendakwahkan Islam. Rasul dan para sahabatnya juga tidak luput dari serangan kebencian yang dilakukan oleh kaum Kafir Makkah. Para musuh Islam tidak akan pernah berhenti menebarkan ketakutan pada sesuatu yang sesungguhnya tak beralasan.

Dengan meneladani Rasulullah SAW, umat Muslim hendaknya menyadari bahwa ini adalah ujian untuk mengukur seberapa tabah dan kuat umat Islam menggenggam akidahnya. Sebagai umat beriman kita juga tentu memahami sepenuhnya, bahwa visi seorang Muslim bukan hanya dunia, tetapi juga menggapai ridha-Nya untuk jalan keselamatan hari akhirat. Karenanya para pejuang agama Allah, tidak perlu gentar dengan fitnah orang-orang yang benci kepada Islam.

Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan sosial manusia termasuk aturan dalam bermasyarakat. Menciptakan hubungan dengan toleransi tinggi bahkan terhadap umat non Islam. Terbukti Islam sudah mempraktikkan toleransi sejak 15 abad silam. Sejak dunia dinaungi sistem pemerintahan Islam, negara menjamin keamanan dan kesejahteraan kehidupan non Islam. Islam melindungi umat dengan segenap hati tanpa memandang status selama ia mau diatur dengan aturan Islam.

Maka, sistem seperti inilah yang dibutuhkan sebagai pemersatu umat. Sistem yang berasal dari sang pencipta dan telah terbukti menghasilkan manusia-manusia bersih hatinya buah dari penerapan aturan Islam.

Wallahu'alam

Post a Comment

Previous Post Next Post