Blusukannya Khalifah Umar Bin Khattab RA Setiap Hari Bukan Menunggu Momen


Goresan Pena Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)

Yang diperlukan pada masa pandemi adalah kepedulian bukan pencitraan. Banyak orang yang terdampak Corona merasakan betapa susahnya hidup serba kekurangan.

Mereka yang dipecat dari pekerjaannya, para fakir miskin, yang bisnis halalnya tiba-tiba macet tentu perlu diperhatikan. Takut mati karena Corona adalah hal yang wajar sebagai beban psikologis. Tetapi kekurangan materi karena situasi yang darurat seperti ini tentu menjadi momok menakutkan lainnya.

Mereka memerlukan pemimpin yang peduli, cepat tanggap dan cepat menemukan solusi agar wabah segera berakhir dan kehidupan ekonomi mereka menjadi lebih baik dan mapan. Umat tidak memerlukan penguasa yang hanya hadir demi pencitraan di depan kamera. Yang hanya hadir di saat tertentu namun minim kebijakan.

Umat merindukan pemimpin yang sekelas Khalifah Umar Bin Khattab yang selalu peduli dan beraksi demi warga negaranya. Beliau selalu blusukan setiap malam apa pun kondisi umatnya, entah makmur entah kesusahan.

Setiap malam Beliau berkeliling memperhatikan kondisi rakyatnya. Beliau pernah memanggul sendiri sekarung gandum dan menyerahkannya kepada seorang Ibu yang miskin tanpa makanan untuk diberikan kepada anak-anaknya.

Beliau menolak makanan yang enak dan lebih memilih memakan roti kering diolesi madu hingga masa paceklik berakhir. Ini terjadi ketika musim paceklik berkepanjangan.

Beliau pernah mengutus dua orang Gubernur untuk mengatasi penyakit Thaun di wilayah Syam. Hingga Gubernur Amr bin Ash ra berhasil menghilangkan wabah di sana. Ini bentuk kepedulian Beliau terhadap umatnya.

Jika pada malam hari Beliau wajib blusukan, pada siang hari nya Beliau menerima aduan masyarakat tentang ketidakadilan yang dilakukan para pejabat negara. Beliau pernah meluruskan Sahabat Amr Bin Ash yang berniat menggusur gubuk seorang Yahudi miskin demi proyek istana gubernur yang baru.

Beliau juga terbuka dengan kritikan warganya. Pernah dikritik oleh seorang wanita Muslimah di depan para pejabat negara. Sang Khalifah mengalah karena tahu Wanita itu benar dalam masalah kebijkan mahar kawin.

Umar bin Khattab ra pernah berkata kepada umat jika ada yang pernah dizholimi olehnya hendaknya orang itu membalas perbuatan tersebut kepadanya. Selain itu Umar pemimpin yang shaleh dan rendah hati menolak menikmati fasilitas negara.

Beliau menolak digaji tinggi dan dibuatkan istana mewah. Lebih memilih hidup sederhana di rumahnya, tidur beralaskan pelepah kurma. Ini menyebabkan para utusan kerajaan Romawi yang menemui Beliau tak percaya ada pemimpin Daulah Islam yang sangat besar namun hidup dalam kesederhanaan. Sangat jauh dari gambaran layaknya para Raja, Kaisar dan Kisra.

Beliau hanya tak ingin hidup mewah sedangkan dua orang pendahulunya Rasulullah SAW dan Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq ra adalah orang yang lebih baik darinya. Lebih zuhud.

Pada masa Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah sangat luas hingga ke Palestina dan Mesir. Negara mendapatkan pemasukannya yang berlimpah. Namun pemimpinnya hidup sangat sederhana. Harta rampasan perang (Ghanimah) dibagi untuk kesejahteraan seluruh rakyatnya.

Sangat berbeda dengan kebanyakan penguasa sekarang yang tidak pro rakyat. Yang hanya berfikir untung rugi. Yang hanya muncul pada momen tertentu.

Banyak penguasa atau calon penguasa yang hanya muncul mendekati momen pemilu, momen bagi-bagi sembako. Agar dinilai merakyat.

Tetapi tidak mau dikritik dan hidup sederhana. Yang lebih mendahulukan kepentingan negara asing daripada rakyat yang menjadi tanggungannya.

Yang tidak memberikan logistik kepada rakyatnya ketika rakyat kelaparan. Yang menganggap remeh dan terlambat mengantisipasi penyebaran wabah. Sayang sekali, banyak orang yang ingin disamakan dengan Khalifah Umar bin Khattab ra, yang ingin namanya dipuji layaknya Khalifah Umar namun tidak meniru kepemimpinan Beliau dalam melindungi dan memakmurkan umatnya. []

Bumi Allah SWT, 3 Mei 2020

#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan

Post a Comment

Previous Post Next Post