Bencana Kelaparan Mengancam Ditengah Wabah Corona

Oleh: Hamsina Halisi Alfatih

Saat ini virus corona telah menyebar dengan cepat ke lebih dari 121 negara dan wilayah di dunia. Semenjak awal terdeteksinya virus tersebut desember lalu, paling tidak virus corona telah menewaskan lebih dari 4 juta jiwa seluruh dunia dengan sedikit kesembuhan. Kini virus corona tengah menjadi ancaman kelaparan, dengan menutup kemungkinan virus ini akan semakin menambah daftar kematian.

Dilansir dari Tempo.co, 23/04/20, saat ini ada 135 juta orang menghadapi ancaman kelaparan. Proyeksi dari WFP menunjukkan jumlahnya bisa meningkat dua kali lipat menjadi 270 juta orang.

Jumlah ini masih bisa bertambah karena ada sekitar 821 juta orang yang kurang makan. Sehingga, total warga dunia yang bisa mengalami bencana kelaparan melebihi 1 miliar orang.

Bencana pangan ini bisa terjadi di sekitar 55 negara jika melihat pada skenario terburuk. Eksekutif Direktur WFP, David Beasley, mengatakan ada sepuluh negara yang telah mengalami kelaparan dan menimpa sekitar satu juta warga. Sehingga dirinya mendesak agar PBB segera mengambil langkah cepat untuk menghindari terjadinya bencana kelaparan besar-besaran ini.

Pada kenyataannya bahkan, sebelum wabah virus corona berlangsung, sebagian wilayah seperti Afrika Timur dan Asia Selatan telah mengalami kekurangan makanan yang parah akibat kekeringan dan wabah serangga terparah sejak berpuluh tahun terakhir.

Disisi lain Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk hampir 22 juta orang Indonesia menderita kelaparan sepanjang periode pemerintahan Joko Widodo, tepatnya di antara 2016-2018.

Dikutip dari rilis resmi ADB (Asian Development Bank) bersama International Food Policy Research Institute (IFPRI) yang didukung Kementerian Bappenas telah membuat sebuah publikasi yang bertajuk "Policies to Support Investment Requirements of Indonesia’s Food and Agriculture Development During 2020-2045."  dalam publikasi itu disebutkan bahwa setidaknya ada 22 juta orang di Indonesia menderita kelaparan yaitu pada tahun 2016-2018.

Kelaparan yang mengintai hampir seluruh dunia, termaksud Indonesia sendiri yang sejatinya masih pelik dalam memberantas kemiskinan. Jika dipandang lebih dalam, permasalahan kemiskinan dipicu dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap rakyatnya. Misalnya, ketika Sumber Daya Manusia (SDM) tersedia justru lapangan pekerjaan yang kurang memadai. Dalam hal ini lapangan perkerjaan disediakan bukan untuk masyarakat lokal justru disediakan untuk para pekerja asing.

Tak hanya itu, ketersediaan Sumber Daya Alam yang melimpah ruah yang seyogyanya bisa dimanfaatkan atau dikelola oleh negara justru diserahkan kepada pihak asing maupun swasta. Lalu bagaiman bisa negara dapat mensejahtrakan rakyatnya jika SDMnya sendiri diberikan kepada pihak luar. Maka polemik inilah yang mengakibatakan sulitnya pemenuhan pangan dalam mengatasi kemiskinan.

Disisi lain, ujian datang ketika pandemi corona yang kini justru mengakibatkan lumpuhnya perekonomian. Sehingga mengakibatkan banyak pekerja lokal yang diPHK, sulitnya mencari pekerjaan yang menyeret kepada tingkat kriminalitas dimana-mana.

Parahnya, ditengah wabah corona yang memicu pada tingkatnya kemiskinan justru negara kurang hadir sebagai pemberi kebijakan untuk mengentas wabah serta kemiskinan. Mengapa hal sedemikian tersebut terjadi?

Dalam sistem kapitalisme kemiskinan biasa ditandai dengan permasalahan sosial antara si miskin dan si kaya. Bagi orang-orang yang memiliki harta dalam menghadapi kemiskinan tentu tidak separah orang-orang yang serba kekurangan. Mereka yang menjadi korban PHK terlebih ditengah wabah saat ini tentu menjual aset-aset berharga didalam rumah menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Namun hal demikian tidak menjadi solusi si miskin dapat terhindar dari kelaparan, sehingga ketika barang-barang yang telah dijual habis maka mencuri pun menjadi jalan buntu.

Padahal dalam situasi seperti ini seharusnya negara harus siap hadir untuk mengatasi permasalahan sosial ditengah-tengah masyarakat. Apalagi hal ini berujung pada tingkat kelaparan yang tentunya akan berpengaruh pada tingkat eksistensi masyarakat. Jika berkaca pada situasi saat ini, negara hanya terfokus pada pembangunan infrastruktur, serta melayani kebutuhan-kebutuhan para kapitalis asing maupun swasta. 

Permasalahan kelaparan bisa terjadi kapan saja meskipun ditengah wabah saat ini. Maka didalam islam, khilafah berperan dalam produktivitas tanah-tanah melalui subsidi kepada para petani. Dalam hal ini tanah yang diperuntukan pun harus diperhatikan yaitu tanah yang tidak berpemilik yang kemudian dikelola oleh negara. Dengan adanya subsidi berupa bibit, pupuk maupun alat-alat pertanian tersebut akan memudahkan para petani untuk bercocok tanam dan menjual hasil pertaniannya.

Selain itu, Jika tidak terjadi keseimbangan maka negara segera melakukan keseimbangan dengan memenuhi kebutuhan stock dengan cara mendapatkan dari daerah lain atau impor dari luar negeri. Itu pun bersifat sementara, karena pemerintah harus melakukan kemandirian dari sisi pertanian. Kebijakan impor akan dilarang jika menjadikan posisi negara mejadi lemah karena distir oleh negara yang mengekspor.

Kebijakan memenuhi kebutuhan stock bahan pangan pernah diterapkan ketika negara terkena dampak suatu wabah. Hal ini dapat kita lihat contoh bagaimana tindakan Khalifah Umar ra ketika terjadi musim paceklik di Madinah. Beliau mengirim surat kepada Abu Musa ra di Bashrah : “Bantulah umat Muhammad saw!” setelah itu ia pun mengirim surat yang sama kepada ‘Amr bin al-‘Ash ra di Mesir. Kedua gubernur ini mengirimkan bantuan ke Madinah dalam jumlah besar, meliputi makanan dan bahan pokok berupa gandum. Bantuan ‘Amr ra dibawa melalui laut hingga sampai ke Jeddah kemudian dari sana baru dibawa ke Mekkah. (Al-Bidayah wa an-Nihayah, 7/103; At-Thabaqat al-Kubra 3/310-317).

Bahkan ketika negara Irlandia merasakan bencana kelaparan, maka Khilafah Turki Ustmaniyah juga membeirkan bantuan. Mary McAleese (Presiden ke-8 Irlandia Tahun 1997 – 2011) dan termasuk bagian dari anggota Delegasi Gereja Katolik menyatakan : “Sultan Ottoman (Khilafah Utsmani)  mengirimkan tiga buah kapal, yang penuh dengan bahan makanan, melalui pelabuhan-pelabuhan Irlandia di Drogheda. Bangsa Irlandia tidak pernah melupakan inisiatif kemurahan hati ini,”. Maka dari itu untuk mengenang jasa tersebut, logo bulan bintang Kekhilafahan Turki Ustmani menjadi logo salah satu klub sepok bola di Irlandia.

Demikianlah bagaimana islam mengatasi kelaparan maupun krisis pangan ketika bencana wabah melanda. Permasalahan ini tentu saja haruslah ada negara yang mengatur segala bentuk kebijakan disetiap bidang. Dengan negara menerapkan aturan islam secara menyeluruh inilah yang akan membawa kesejahteraan bagi umat.
Wallahu A'lam Bishshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post