Topeng Penguasa Peradaban Sekuler



Oleh : Eviyanti
Pendidik Generasi dan Member Akademi Menulis Kreatif 

Berdasarkan pantauan di beberapa puskesmas di Kabupaten Bandung, aktivitas berjalan seperti biasanya. Tapi memang ada pembatasan kerumunan orang di setiap ruangan dibatasi per 10 orang.

Tapi sayangnya, ketatnya pemeriksaan terhadap calon pasien yang hendak masuk ke dalam ruangan puskesmas itu, tidak dibarengi dengan kehati-hatian para petugas kesehatan yang tengah bertugas. Petugas yang memeriksa suhu tubuh dan memberikan cairan antiseptik itu tidak melindungi diri dengan APD yang sesuai standar keselamatan kesehatan. Para petugas yang hari itu menggunakan pakaian batik, hanya menggunakan masker penutup mulut dan hidung serta sarung tangan karet, dan ada sebagian yang memakai penutup kepala.

Salah seorang petugas medis yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, selama bertugas mereka belum menggunakan APD yang memenuhi standar keselamatan dan kesehatan. Adapun APD yang digunakan hanya masker penutup mulut, penutup kepala, dan sarung tangan karet. Untuk melindungi diri, sebagian diantaranya menggunakan jas hujan dan ada juga yang menjahit sendiri pakaian APD berbahan kain ke tukang jahit.

Karena tak dilengkapi APD standar saat melaksanakan tugas sehari-hari, kata dia, para petugas kesehatan itu biasanya membawa pakaian ganti. Karena kalau pulang ke rumah dengan pakaian yang telah dipakai selama bertugas sangat beresiko. "Yah sebenarnya takut juga sih, karena kami langsung berhadapan dengan banyak orang pada tahap pertama. Kan bisa saja ada pasien yang positif datang untuk berobat ke puskesmas dulu sebelum ke rumah sakit. Tapi walaupun dengan keterbatasan ini, kami tetap ikhlas melaksanakan kewajiban kami sebagai petugas kesehatan untuk melayani masyarakat", ungkapnya pada dara.co.id, kamis (02/04/2020).

Keadaan ini diperkuat dengan pernyataan dari salah satu anggota satgas Covid-19, dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Edi Kusno mengakui, selama ini APD yang digunakan di tingkat puskesmas atau fasilitas kesehatan tinggi pertama masih banyak yang belum memenuhi standar kesehatan.

Dikatakan Edi, memang saat ini sangat sulit untuk membeli APD standar kesehatan di pasaran. Meski begitu, peralatan APD yang saat ini dipergunakan oleh para petugas puskesmas sebenarnya sudah memenuhi standar minimal. Karena yang penting APD yang digunakan bisa menahan atau mencegah seseorang terpapar cipratan (droplet) dari orang lain. "Sebenarnya kami sudah berupaya untuk mendapatkan dan memberikan yang standar. Tapi karena keadaan, terpaksa yang minimalis dulu. Apalagi kalau puskesmas itu kan yang dihadapi hanya Orang Dalam Pantauan (ODP) saja, bukan Pasien Dalam Pantauan (PDP)  Tapi kalau di Rumah Sakit, APD nya sudah lengkap, seperti pakai masker N95 dan lain sebagainya. Jadi karena terbatas, dari jumlah puskesmas 62 itu baru sebagian yang diberi APD standar", ungkap Edi.

Langkah pemerintah hari ini yang berubah-ubah dalam menghadapi pandemi Covid-19, membuka topeng dan potret yang sebenarnya sosok penguasa dalam peradaban sekuler, negara demokrasi. Sikap penguasa kental sekali dengan perhitungan-perhitungan ekonomi ketika dihadapkan pada kondisi dimana mereka harus melayani rakyatnya tanpa pamrih, kehilangan nyawa rakyatnya atau mengedepankan pertimbangan ekonomi, yang itupun belum pasti.

Dalam Islam kebutuhan atas pelayanan kesehatan termasuk kebutuhan dasar masyarakat yang menjadi kewajiban negara. Rumah Sakit, klinik, dan fasilitas kesehatan lainnya merupakan fasilitas publik yang diperlukan oleh masyarakat dalam terapi pengobatan dan berobat. Termasuk dalam penyediaan APD ini, seharusnya menjadi tanggung jawab negara menyediakan untuk seluruh tenaga medis yang menjadi garda terdepan melawan pandemi virus ini. Semua ini wajib disediakan oleh negara secara cuma-cuma sebagai bagian dari pengurusan negara atas rakyatnya. 

Tetapi, selama masih menerapkan sistem bobrok sekularis-demokrasi, maka rakyat tidak akan pernah merasakan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma.

"Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya." (QS. an-Nisa [4] : 59)

Mari kita kembali pada sistem yang diturunkan Allah Swt, yaitu sistem Islam yang menerapkan syariat secara kafah sebagai solusi permasalahan umat.

Wallahu a'lam bishshawaab

Post a Comment

Previous Post Next Post