'Nasi Anjing' Salahsatu Bentuk Intoleransi Paling Buruk Abad Ini


Goresan Pena Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Penulis Nasional & Pemerhati Politik Asal NTT)

Apa yang ada dalam benak seseorang jika ditawari nasi bungkus? Tentu sesuai namanya kalau nasi rendang yang dibayangkan isinya nasi plus rendang (daging sapi), aneka sayur, kuah rendang dan sambal yang membuat lidah kepedisan.

Kalau nasi ayam sama juga dengan nasi rendang. Hanya berbeda lauk, bagi penggemar ayam pasti melihat nasi ayam seperti makanan dari 'surga'.

Ada ayam goreng ada pula ayam bakar. Sesuai selera. Begitu juga dengan nasi ikan. Ada ikan laut dan danau. Ada ikan goreng dan bakar.

Banyak orang menyukai nasi ikan karena mengganggap daging ikan sebagai daging paling netral bagi kesehatan.

Beda hal nya dengan nasi kucing. Bagi orang-orang di Pulau Jawa wa bil khusus Jakarta nasi kucing sangat terkenal. Terkenal dengan porsi nasi nya yang sedikit.

Dan sudah lazim bagi mereka nasi kucing walaupun ada nama kucingnya, maaf, bukan lauknya daging kucing. Berbeda hal nya jika ditawarkan ke orang luar Pulau Jawa.

Misalnya wilayah tengah dan timur Indonesia, orang bisa salahpaham. Disangka dikasih nasi berdaging kucing benaran.

Maka penting bagi orang yang mau usaha kuliner atau memberikan donasi untuk mengetahui terlebih dahulu kebiasaan di tengah masyarakat yang dituju. Bisa dengan cara melakukan survei.

Khusus kejadian di daerah Warakas Jakarta Utara pada Ahad Pagi (26/4), merupakan tindakan yang sangat fatal. Bagaimana mungkin panitia dari Yayasan Qahal tidak memahami bahwa kata 'Anjing' adalah kata yang sensitif bagi masyarakat Jakarta yang mayoritasnya Muslim.

Masyarakat tentu bertanya sudah berapa lama Yayasan Qahal berinteraksi dengan Kaum Muslimin sehingga tidak memahami ajaran Islam tentang makanan. Bukankah anggota mereka ada yang Muslim? Harusnya dilakukan konsultasi terlebih dahulu.

Apalagi pembagian dilakukan pada bulan suci Ramadhan. Apakah yayasan tersebut tidak mempelajari dulu hewan-hewan yang diharamkan untuk dikonsumsi dalam Islam? Anjing, Babi, Hewan Berkuku Tajam, Hewan Pemakan Daging, dll diharamkan untuk dimakan.

Harusnya Yayasan Qahal berfikir menggunakan sudut pandang kaum Muslimin. Dugaan kuat, Yang pasti terlintas pertama kali di benak adalah ini lauknya daging anjing. Orang pun jijik untuk memakannya apalagi Kaum Muslimin hanya akan memakan makanan yang halal baik zatnya, cara mendapatkannya dan cara menyembelihnya.

Walaupun hewan itu halal misalnya sapi, kambing atau ayam, tak semudah untuk mengonsumsinya. Harus diketahui dulu apakah hewan itu halal dari cara mendapatkannya? Murni milik sendiri dan bukan hasil curian. Khusus untuk ikan dan makanan laut lainnya dihalalkan dalam hadis Rasulullah SAW walaupun dalam bentuk bangkai (tak perlu disembelih).

Terus apakah ketika dibunuh dengan cara disembelih? Apabila hewan halal itu dibunuh dengan cara ditikam dengan tombak maka tidak halal untuk dimakan. Jika hewan itu mati karena sakit atau ditabrak kendaraan maka dagingnya pun haram dikonsumsi.

Apalagi kalau alasannya karena anjing badannya lebih besar dari kucing sehingga porsi 'nasi anjing' lebih besar dari 'nasi kucing'. Lalu mengapa tidak menggantinya dengan nasi rendang saja dimana sapi ukurannya lebih besar.

Sapi pun hewan yang dagingnya sering dikonsumsi Kaum Muslimin. Bahkan daging sapi kurban berpahala bagi orang yang berkurban pada hari  raya Idul Kurban. Daging sapi yang dibagikan pada saat itu mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Pembagian nasi ayam, rendang atau ikan tentu lebih bermanfaat jika niatnya ingin membantu saudara-saudara yang terimbas wabah Corona. Lebih mempererat hubungan kemanusiaan. Menolong itu mulia namun harus menghindari hal-hal yang mengundang dugaan intoleransi.

Pembagian 'nasi anjing' selain fatal juga memberikan opini atau dugaan adanya motif lain semisal pelecehan syariat Islam, pemurtadan, dan merusak toleransi yang selama ini dibangun di Kota Jakarta.

Tentu masyarakat berharap jangan ada lagi kejadian seperti itu. Yang menyakiti kaum Muslimin. Langkah hukum pun boleh dilakukan untuk menimbulkan efek jera. Semoga kedepannya semua elemen lebih baik dalam mengambil sikap. []

Bumi Allah SWT, 28 April 2020

#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan

Post a Comment

Previous Post Next Post