Mengapa Mendidik itu Harus Sabar

By : Novianti

Hampir sebulan sudah anak-anak melakukan Home Learning (HL).  Tantangan setiap keluarga berbeda karena kondisi masing-masing tidak sama.  Bagi  yang memiliki  anak usia TK, tidak  terlalu pening kepala karena kegiatannya "bermain" meski bukan main-main.  Bagi yang sudah usia SMP SMA apalagi kuliah, umumnya juga tidak perlu diajari lagi. Mau mengajari juga bingung. Ilmunya mereka sudah lebih tinggi dari orang tuanya.  

Namun bagi anak usia 7-12 tahun yang dalam pendidikan islam disebut masa tamziy  punya keunikan tersendiri.  Ini adalah fase transisi dimana anak berpindah dari masa pra tamziy menuju masa akil baligh. Masa akil baligh adalah  masa taklif. 

Pada bagian inilah yang harus kita pahami bahwa kita sedang menghantarkan anak anak kita ke sebuah fase dimana mereka harus bertanggung jawab atas keputusannya sendiri. Argo dosa dan pahalanya sudah berjalan.

Sehingga jangan sampai anak kita berdosa karena kita yang tidak sempat mengajarkan salah atau benar, baik atau buruk. 

قُلْ أَغَيْرَ ٱللَّهِ أَبْغِى رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَىْءٍ ۚ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُم مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

"Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan".

"Tidaklah seseorang berbuat dosa kecuali menjadi tanggung jawabnya sendiri, tidaklah orang tua berbuat dosa menjadi tanggung jawab anaknya dan tidak pula anak berbuat dosa menjadi tangung jawab orang tuanya."  (HR. Tirmidzi)

Di masa tamziy, anak sangat membutuhkan pendekatan kasih sayang yang membalut ketegasan. Rata-rata saat mereka memasuki usia baligh, bisa jadi kita kehilangan mereka. Bukan kehilangan dalam arti yang sesungguhnya. Tapi ada diantara mereka yang ingin melangkahkan kakinya lebih jauh dengan mondok misalnya atau disibukkan dengan kegiatan di sekolah. Sehingga kita tidak bisa setiap saat mendampingi mereka. Maka inilah masa  The Best Moment  pendampingan orang tua bagi anak.

Ada perbedaan zaman antara  orang tua  dengan anak sekarang.  Orang tua yang berusia sudah 40 an, dijuluki orang tua generasi kolonial. Sedangkan anak-anak disebut generasi milenial.

Anak milenial itu sangat cepat terpapar informasi seiring dengan perkembangan teknologi.  Dan mereka ahli pakai ATM, amati, tiru dan modifikasi. Maka jangan heran, tiba tiba mereka nyeplos kata-kata atau berperilaku tak pantas yang tidak pernah orang tua atau sekolah ajarkan.

Pengetahuan anak-anak bisa lebih banyak  tapi  para orang tua  jangan baper dan langsung merasa kalah set terus lempar handuk.   Ingat saat ibu  melahirkan mereka sampai berdarah-darah, dan ayah memanjat doa penuh harap.  Anak sudah lahir  dan merupakan amanah.

Ada yang tidak bisa diberikan oleh teknologi yaitu kasih sayang. Mereka memang bisa curhat di media sosial tapi apakah memperoleh solusi.  Umumnya anak-anak curhat di medsos sekedar mengeluarkan uneg-uneg dalam hatinya.

Lalu apa  yang bisa orang tua berikan? Mendidik dengan hati, menyiram dengan guyuran cinta.  Jadilah sahabat buat mereka, tempat mereka curhat. Terutama di usia 10 tahunan, mengalami yang namanya jelang pubertas. Hormon hormon sexsual akan mulai bekerja.

Di usia tamyiz,  anak anak harus belajar mampu menyiapkan keperluan dan keinginannya. Jadi bukan lagi masanya serba dilayani. Mereka juga harus pandai memilih dan tugas orang tua mendampingi agar pilihan apapun yang anak senangi tidak menjerumuskan ke arah maksiat dan tidak berfaedah.

Salah satu yang penting di usia 7-10 adalah mengajak sholat. Usahakan sudah lima waktu.  Jangan sampai saat mereka usia 10 tahun, anak masih melalaikan dan akhirnya kita tarik urat leher untuk menyeret mereka sholat.

Ajakan sholat  jangan dimaknai sekedar himbauan. Jika  tak mau memukul anak, orang tua  memiliki  3 tahun waktu masa persiapan.
.
Anak-anak itu peniru ulung.  Jika suasana di rumah baik, anak akan terbiasa dengan kondisi baik. Jangan berharap anak sholeh sebelum orang tua  jadi sholeh. Kesholehahan orang tua adalah pelajaran paling ampuh buat anak.

Tapi ada orang tua tidak sholeh terus anaknya sholeh. Ya..berarti ada "orang lain" yang berperan mensholehkan anaknya dan pahala kebaikannya mengalir untuknya.  Maukah orang tua memberikan ladang pahala jariyahnya pada orang lain?  Meski Allah yang Maha Tahu tentang nilai pahala seseorang.

Atau ada juga orang tua sholeh tapi anaknya tidak sholeh. Setiap keluarga ada ujiannya masing-masing. Ada yang diuji dengan harta, kesehatan, pasangan dan anak. Tapi ketika orang tua sholeh dan sudah berikhtiar, Allah akan meminta pertanggungjawaban masing-masing.

Orang tua  mungkin tidak bisa mengganti posisi guru tahfizh, mengajar diniyah, berbagai  mata pelajaran  pada anak-anaknya. Berat memberikan  ilmu saat  anak-anak tahu siapa orang tua sesungguhnya.  Orang tua tidak bisa dalam waktu seketika menggantikan "wibawa" guru.   

Karena itulah, pada bagian ini sebagai orang tua tak boleh lelah menuntut ilmu. Dalam situasi sekarang, betapa  banyak orangtua seharusnya  menyadari faqirnya ilmu  terutama ilmu agama.

Jika  belum mampu jadi guru segala ilmu, lakukan kebaikan kebaikan yang bernilai pahala. Saat anak anak melakukan kebaikan  cium dan peluk mereka sebagai reward atas kesholehan mereka.

Jika mereka salah, tugas orang tua meluruskan tanpa emosi dan teriakan. Siapapun tak betah dengan suasana panas. Hadirkan rumah sebagai surga buat anak. Orang tua punya  pengalaman puluhan tahun  bisa menjadi pelajaran  buat anak. Mungkin orang tua  tidak bisa bicara tentang definisi namun banyak makna hidup sebagai ibrah buat mereka.

Lalu anak usia pra baligh disiapkan untuk menerima taklif hukum syariat. Berat .pada bagian ini. Tapi itulah Islam yang memiliki konsep aturan sempurna  dan menyeluruh.

Para shahabat, shahabiyah membaktikan hidupnya untuk membela ketinggian agama Allah. Menyampaikan kisah kisah mereka bisa menjadi inspirasi untuk anak-anak.  Mereka bisa bercita cita menjadi siapa atau mau jadi apa. Yang penting untuk meninggikan agama Allah. Islam perlu kontribusi banyak orang dengan masing-masing keahlian. Bahkan menjadi orang biasa pun tak mengapa saat menjadi luar biasa di hadapan Allah seperti kisah Julaibib yang  Rasulullah begitu kehilangan saat ia gugur di medan pertempuran.

Setiap anak memiliki potensi dan keunikan. Tugas orang tua mengasah potensi tersebut agar bermanfaat untuk umat.

Saat orang tua lelah ingat  bahwa anak  bisa jadi Mush'ab bin Umair ahli komunikasi, seperti Al Fatih menjadi pemimpin, atau seperti Imam Syafii  seorang ulama, atau seperti Uwais yang penuh bakti.  Seperti Khadijah pengusaha, atau seperti Asma pemberani atau seperti Aisyah yang cerdas.

Saat ini orang tua sedang bersiap melepaskan busur agar melesat tepat pada sasarannya. Tapi ujian juga datang dari luar. Angin sepoi-sepoi, angin kencang bahkan angin badai.  Zaman berganti, kita berhadapan dengan segala ujian baik dari internet atau yang lainnya.

Karenanya pastikan, fasilitas yang diberikan adalah yang anak butuhkan. Jangan sampai nasehat yang orang tua  sampaikan dihancurkan oleh yang ada pada genggaman anak.

Absennya pengawasan orang tua di masa pra baligh sangat riskan karena mereka bisa meniru apa saja, senang mencoba sementara otaknya belum sempurna untuk mampu membedakan baik dan benar.

Betapa banyak kasus yang bermula dari tontonan lalu anak mencoba dan terjerumus dalam perbuatan dosa. Anak berusia SD memperkosa setelah melihat video porno. Anak usia SMP membunuh temannya karena meniru yang ia tonton.

Saat ini  memang hidup di zaman sekuler kapitalis.  Orang tua  tak mampu menghilangkan tontonan minim edukasi atau paparan yang bertentangan dengan islam. Belum lagi orang tua harus esktra kerja karena harga kebutuhan yang terus naik.

Negara yang tidak menerapkan syariah islam pasti membawa kerusakan pada berbagai aspek kehidupan.  Jutaan keluarga sangat rapuh dan rentan tumbang, anak-anakpun menjadi korban. Negara sangat dibutuhkan untuk melindungi anak-anak dan generasi. Namun sekarang kondisinya tidak ideal. 

Karenanya orang tua harus jadi pasangan kompak. Jika suami sibuk, ibu harus hadir. Saat ibu lelah, ayah menguatkan. Dan orang tua  HARUS SIAP menjadi  teman setia anak-anak dengan penuh kesabaran karena Allah telah menyiapkan surga  bagi para orang tua yang berlelah payah demi anaknya.

Anak  adalah aset orang tua  untuk berjumpa dengan Allah, jangan katakan lelah apalagi menyerah. Sebagai muslim bersandar pada  Allah.  Bermohon padaNya agar melindungi anak-anak. Sungguh, tanpa pertolonganNya, anak-anak sulit diselamatkan dari godaan demikian rupa. 

Anak-anak adalah  darah daging  yang bisa menghantarkan  ke surga atau neraka. Lebih baik menangis sekarang namun tersenyum  saat Allah memanggil. Ada anak-anak mentalqinkan, memandikan dan menyolatkan. Ada anak yang selalu membanjiri dengan doa dan amalan yang pernah orang tua  ajarkan.

Bersabarlah para orang tua dan sabar kita tak ada batasnya selama masih  hidup. Nimati setiap perjalan membersamai anak-anak dengan bahagia

Post a Comment

Previous Post Next Post