Corona: Mengembalikan Peran Ibu Sebagai Pendidik Utama Bagi Anak

Oleh: Widya Astuti 
(Aktivis Dakwah Kampus)

Sejumlah provinsi mulai Senin (16/3) meliburkan sekolah, dari jenjang TK, SD, SMP dan SMA hingga Senin (30/3). Langkah itu diambil untuk mengantisipasi penyebaran virus corona jenis baru atau Covid-19 di lingkungan lembaga pendidikan. Sebagai gantinya, pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah diubah menjadi di rumah. Siswa tetap mengerjakan semua tugas sekolah meski berada di rumah. Orang tua yang juga bekerja dari rumah diminta untuk mengawasi proses belajar anak selama berada di rumah (Rebulika.co.id). 

Informasi terbaru di dapatkan, bahwa pemerintah daerah dari berbagai provinsi memutuskan untuk memperpanjang libur sekolah mengingat luar biasanya penyebaran virus Corona. Diantaranya Surabaya, Banten, Bandung, begitu juga dengan pemerintah daerah Kota Padang. 

Dilansir dari Langgam.id, Pemerintah Kota Padang memperpanjang libur sekolah atau pengalihan proses belajar siswa ke rumah masing-masing. Keputusan ini diambil setelah Padang dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) Corona Virus Disease 19 atau (Covid-19). “Kita sudah menetapkan (Padang) KLB Covid-19, kita memperpanjang belajar siswa di rumah hingga 15 April,” ujar Sekretaris Daerah Kota Padang Amasrul dalam keterangan tertulis Kepala Dinas Pendidikan Habibul Fuadi di Balaikota Padang, sebagaimana dilansir dari Facebook resmi Diskominfo Padang, Jumat (27/3/2020).

Proses belajar mengajar di pindahkan ke rumah, akan terlihat begitu menyenangkan. Anak-anak bisa belajar bersama orang tuanya di rumah. Mengingat orang tua adalah orang yang selama ini melahirkan, mengasuh, dan menemani anak. Tentu hal ini membuat anak merasa nyaman di rumah lantaran setiap hari bisa bercengkrama bersama kedua orang tuanya terutama dengan Ibu. Karena Ibu adalah sosok yang biasanya paling dekat dengan anak, paling ngerti kebutuhan anak, paling tahu segala hal tentang anak. Namun bukan berarti mengesampingkan peran Ayah. Peran Ayah dan Ibu di rumah lah yang bisa membuat anak-anak nyaman terutama dalam proses tumbuh kembang anak dan proses belajarnya. Ibu dan ayah punya peran penting dalam membangun karakter Anak yang sesuai dengan fitrahnya, yaitu taat kepada sang pencipta. Begitulah idealnya.

Namun ternyata, tidak demikian yang terlihat. Banyak diantara para orang tua atau Ibu yang mengeluhkan dan stres jika anaknya di pulangkan kerumah. Dalam artian belajar di rumah bukan disekolah. Kenapa demikian? Ya lihat saja, walaupun anak belajar di rumah bersama orang tua, yang namanya tugas dari sekolah tetap dikasih bahkan lebih banyak daripada biasanya. Setiap hari harus setor tugas sama guru nya lewat aplikasi Wa ataupun yang lainnya. Bagi orang tua yang stay di rumah, hal ini tidak begitu menjadi kendala, walau memang sedikit  buat repot.  Sambil masak, ibu bisa bimbing anak buat tugas, sambil mencuci, sambil beres rumah masih bisa bantu anak belajar. Nah, bagaimana dengan kedua orang tua yang sibuk bekerja di luar rumah? Menghadapi keputusan bahwa anak harus belajar di rumah bersama kedua orang tuanya gimana gak stres. Anak sama siapa harus belajar? Apakah harus belajar sama guru privat? Apakah Ibu harus berhenti bekerja dan memilih di rumah supaya bisa bimbing anak belajar?

Tentu kondisi ini sangat memprihatinkan dan harus segera di selesaikan. Pasalnya, anak-anak diliburkan selain karena penyebaran virus Corona yang di khawatirkan semakin merebak, bisa menjadi kesempatan juga untuk anak bisa belajar langsung dengan orang tuanya yang selama ini adalah orang yang mengasuh mereka sejak kecil. Harapannya anak bisa belajar dengan enak, nyaman dengan hati yang senang, serta bisa memacu semangat nya dalam belajar dan meraih prestasi. Jika orang tua nya sibuk berada di luar rumah atau bekerja, gimana jadinya kan? Sudahlah selama ini anak diserahkan pendidikan nya ke sekolah, pergi dari pagi dan pulang pada sorenya, ketemu ibu atau ayah di rumah bisa jadi pada malamnya. Ayah dan ibu pulang pasti dalam keadaan yang lelah karena seharian bekerja. Pas pulang, ketemu anak sudah tidur di kasurnya. Sedikit waktu bahkan tidak ada waktu untuk orang tua bisa bermain dengan anak, belajar, atau cerita tentang apa yang dialami sehari itu oleh anaknya.

Nah, situasi seperti ini memang komplek. Disatu sisi diharuskan menghindari penularan pandemi corona dengan diam dirumah tidak kemana-mana. Dan meliburkan anak-anak dari sekolah itu sebuah kebijakan yang benar. Namun di sisi yang lain, kondisi ini akan memberatkan kaum ibu yang saat ini banyak berkecimpung diranah publik.

Apapun itu, faktanya memang para ibu semakin hari telah menjauh dari peran utamanya sebagai ibu dan manager di rumahnya. Hingga terlihat adanya ketidaksiapan kaum ibu untuk menyiapkan bahan pembelajaran bagi anak di rumah, bahkan banyak yang merasa terbebani dengan diliburkannya anak-anak di rumah. Disisi yang lain, sistem pendidikan yang diterapkan saat ini juga hanya berorientasi pada nilai atau angka hingga anak didik hanya disibukkan dengan mengerjakan tugas, PR yang banyak hingga peserta didik ada yang sampai stres. Sistem pendidikan kita juga tidak lagi melihat aspek bagaimana agamanya, kepribadian anak didik, aspek aqidahnya, perilakunya, semua hanya dilihat dari aspek akademik dan materialistik.

Maka akan terlihat, output hasil dari pendidikan saat ini, melahirkan generasi yang jauh dari sebaik-baik harapan emas peradaban. Semakin diperparah lagi dengan para ibu yang sudah teracuni pemikirannya dengan ide kesetaraan gender hingga memalingkan fungsi keibuan menuju peran pemberdayaan ekonomi. 

Sungguh, anak butuh dirimu ibu. Musibah Corona ini seharusnya menjadi renungan bagi para ibu yang mungkin selama ini kurang bahkan tidak punya waktu untuk bisa membersamai anak. Sudah saatnya kembali kepada peran ibu yang sesungguhnya yaitu sebagai pendidik utama atau madrasatul ula bagi anak. Kesuksesan anak tergantung sejauh mana seorang Ibu memainkan perannya. Anak yang cerdas, taat syariat, berakhlak mulia, penghafal Quran adalah adalah hasil dari didikanmu ibu. Dalam hal ini bukan hanya peran ibu atau ayah yang dibutuhkan agar anak sukses dunia akhirat, namun butuh peran masyarakat dan negara. Dibutuhkan peran masyarakat yang senantiasa mengontrol atau mengawasi perilaku anak. Begitu juga dibutuhkan peran negara yang senantiasa mendukung jalannya ketaatan semua warga negara terhadap aturan pencipta yaitu Allah SWT dengan penerapan aturan Islam secara kaffah dalam bingkai daulah khilafah. Sehingga kerjasama antara tiga pihak ini bisa melahirkan para generasi yang cerdas, berakhlak mulia dan memiliki pemikiran cemerlang untuk kemajuan peradaban Islam.

Rasulullah SAW bersabda “Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik perlakuannya kepada keluargaku.” (HR Ibnu Majah).

Maka dari itu ibu, jadilah ibu yang hebat dengan Islam. Ibu yang memberikan kebaikan untuk keluarga nya. Ibu yang melahirkan generasi hebat, pejuang agama Allah yang tangguh. Ibu hebat dan generasi yang hebat, lahir dari negara yang hebat pula, yaitu negara khilafah Islamiyyah. Semoga segera terwujud.

Post a Comment

Previous Post Next Post