Benarkah IRT Meninggal Di Serang Karena Banyak Pikiran ?

Oleh : Alfiyah Kharomah, STr. Battra
Founder Griya Sehat Alfa Syifa

Berita kematian ibu rumah tangga di Serang yang 2 hari sempat kelaparan menggemparkan publik. Ibu yang bernama Yuli tersebut sempat diwawancarai oleh wartawan dan menyampaikan bahwa sang empunya belum makan dua hari, untuk mengganjal perutnya. Ia dan anak-anaknya hanya minum air isi ulang. Selat beberapa hari setelah diwawancarai, ia dikabarkan telah meninggal dunia.

Sebelum meninggal, saat Ibu Yuli diwawancarai oleh wartawan media, ia menyampaikan bahwa pihaknya telah mengajukan bantuan kepada pemerintah, tetapi ia megaku bahwa pengajuan bantuan sosialnya belum diasese. Setelah kisahnya viral, barulah bantuang datang dari beberapa pihak. Malang tak bisa ditolak 20 April yang lalu, Ia meninggal dunia.

Dugaan bermunculan. Ada yang mengatakan ia meninggal kelaparan. Karena kabar meninggalnya dan berita bu Yuli dan keluarga sangat dekat. Seperti keterangan Rochman Setiawan, salah satu relawan yang sempat memberikan bantuan dan bertemu langsung dengan almarhumah, mengaku kaget mendengar Ibu Yulie meninggal. Dia mengaku baru memberikan bantuan pada Senin, 20 April, sekitar pukul 10.00 WIB.

"Kalau ada yang bilang keluarga Ibu Yulie enggak kelaparan, itu bohong. Waktu saya kasih bantuan, itu roti, langsung dimakan sama anaknya. Saya kaget pas dapat kabar ibu (Yulie) meninggal dunia," kata pria yang akrab disapa Omen itu, sembari terdengar menangis saat dikonfirmasi melalui sambungan selulernya.  

Dugaan terbaru muncul baru-baru ini kalau almarhumah meninggak karena serangan jantung. Beberapa orang dikonfirmasi mengatakan bahwa ia meninggal karena banyak pikiran.  Meski suaminya memberikan keterangan bahwa istrinya tak memiliki riwayat penyakit berat.

Hanya ada yang disayangkan, Bukannya merasa bersalah dan interospeksi pemerintah setempat justru menyampaikan kepada wartawan bahwa yang bersangkutan bukan meninggal karena kelaparan, justru karena banyak pikiran. Ia beropini bahwa manusia mampu bertahan hidup selama tiga hari tanpa makan. Pemerintah setempat menyangkal pernyataan bahwa ibu Yuli meninggal karena kelaparan, karena pemerintah telah memberikan bantuan. (kompas.com/ 21/4/2020)  Bisa jadi, bantuan pemerintah benar-benar sudah datang. Namun, terlambat. Karena ibu Yuli bisa jadi menderita kelaparan akut yang berpengaruh pada kondisi kesehatan tubuhnya. Hingga akhirnya ajal menjemputnya.

Tentu saja, ini membuat geleng-geleng kepala, kok bisa ya, kata-kata itu semudah itu meluncur dimulut aparat negara? Padahal mereka sedang berbicara soal nyawa warga yang menjadi tanggung jawab mereka. 

Memang benar, stres dapat memicu kematian. Organisasi kesehatan dunia WHO mengatakan bahwa stres sebagai pencetus resiko kesehatan paling tinggi. Dilansir dari halodoc.com, pemilik kepribadian tertentu memiliki resiko tekanan darah tinggi dan serangan jantung pada saat ia stres. Stres secara langsung dapat meningkatkan denyut jantung dan aliran darah, serta menyebabkan pelepasan kolesterol dan trigliserida ke dalam aliran darah.

Psikolog Vera Setyawati juga menyampaikan bahwa stres dapat menyebabkan sejumpah penyakit seperti maag, vertigo, bahkan autoimun. Ia menyampaikan juga bahwa stres pertama kali menyerang lambung, bisa menyebabkan luka pada lambung. Maag atau luka lambung disebabkan oleh naiknya asam lambung. Jika dibiarkan dan tidak ditangani dengan serius, kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan lambung dan kebocoran usus. Itulah yang dapat menyebabkan kematian. Ia juga menambahkan, beberapa penyakit autoimun, yaitu kondisi sistem imun yang harus melindungi tubuh berbalik menyerang, bisa muncul karena stres. Autoimun bisa mempengaruhi otak, kulit, mata, jantung, paru-paru, ginjal, dan organ penting lainnya.

Apa yang terjadi pada almarhumah, akan terkuak jika pada jenazahnya dilakukan visum. Namun, keluarganya menolak. Maka, akan banyak spekulasi yang bermunculan. Namun dibalik spekulasi-spekulasi tersebut dapat ditarik kesimpulan sebab akibat meninggalnya almarhumah. Bagaimana proses ia menderita kelaparan selama 2 hari, betapa bingung dan stresnya ia melihat anak-anaknya yang tak makan, terutama bayinya, betapa stresnya ia selama pandemi, suami tak lagi bekerja demi sesuap nasi. Itu adalah faktanya.

Maka, ini harus menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah setempat sampai pusat. Betapa nyawa satu orang rakyat Indonesia begitu berharga dan akan dipertanggung jawabkan diakhirat. Jangan sampai ada lagi rakyat yang menderita karena sistem karut marut yang diberlakukan di Indonesia.

Sistem kapitalisme yang diadopsi oleh negara yang paling layak untuk disalahkan. Karena sistem ini telah merenggut empati rakyat. Sistem ini menjadikan manusia berlomba-lomba layaknya hukum rimba untuk mendapatkan kapital, karena takut tidak keduman. Sistem ini lah yang membuat manusia menjadi serakah tak mempedulikan rakyat papa.

Sistem inilah yang membuat para kapital sekaligus duduk di kursi pemerintahan membuat aturan-aturan yang pro kepada pemilik modal. Sehingga menjadi wajar jika tercipta jurang kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Hanya di sistem ini, pemilik modal menjadi sangat kaya raya dan yang tak punya semakin miskin papa.

Pembiaran warga yang miskin dan kelaparan sudah menjadi watak kapitalis. Saling konter penyebab kematian almarhumah adalah kematian yang bukan karena kelaparan semakin mempertegas watak asli rezim. Ia telah mengkonfirmasi, bahwa segelintir elite telah abai dengan tanggung jawabnya mengurusi rakyat. Akibat tak mampunya ia mengurusi mereka, ia melakukan pembenaran demi pembenaran untuk menutupi watak aslinya.

Kematian ibu rumah tangga di serang sudah cukup menjadi bukti lenyapnya peran pemerintah yang seharusnya hadir untuk rakyatnya. Rakyat dibutuhkan hanya saat kontestasi pilpres dan pilkada saja. Setelah mereka duduk anteng dikursi pemerintahan, sudahlah rakyat sengsara tak ada yang membela. Lalu, untuk apa lagi sistem liberal berbasis kapital ini dipertahankan?
Sudah saatnya kita menengok kepada sistem yang lain. Yaitu sistem mulia yang diturunkan Allah melalui Rasul-Nya untuk diterapkan ke seluruh sendi-sendir kehidupan dunia. Sistem ilahi Rabbi yang memanusiakan manusia. Yang menjaga setiap nyawa. Satu nyawa lebih berarti daripada hancurnya dunia seisinya. Yakni sistem Islam yang pernah berjaya selama 13 Abad lamanya, yang teah menaungi 2/3 dunia dengan keadilan dan kesejahteraan merata.
Allah Berfirman, yang artinya:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS: Al-A’raf [7]: 96). Wallahu’alam Bisshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post