Asimilasi Napi Bukanlah Solusi

Oleh: Pannindya Surya Rahma Sari Puspita (Mahasiswa UIN SMH Banten) 

Program asimilasi dan integrasi KemenkumHAM yang melepas ribuan napi karena wabah COVID-19 mendapat sorotan. Pasalnya, sejumlah napi di berbagai daerah kembali ditangkap karena melakukan aksi kejahatan lagi.

Kriminolog dari Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya Kristoforus Laga Kleden menyebut pelepasan napi karena virus Corona KemenkumHAM sudah tepat. Karena kebijakan itu sesuai dengan sisi kemanusiaan dan pencegahan penyebaran virus Corona.

Meski begitu, menurut Kleden, program pelepasan napi karena virus Corona bukan tanpa risiko. Sebab para napi yang dilepas ada kemungkinan akan melakukan aksinya lagi dan itu sudah sesuai perkiraan awalnya.

"Program melepas narapidana karena Corona ini memang bukan tanpa risiko. Sebab ada kemungkinan penjahat atau residivis ini akan mengulangi lagi perbuatannya," jelas Kleden. (detiknews. com).

Hampir mencapai angka ribuan, para Narapidana dibebaskan dari jeruji besi dengan menggunakan program asimilasi demi menghindari penyebaran covid yang tak kunjung henti. 

Tersiar nya kabar ini menarik sejuta perhatian dari masyarakat, selain mereka diharuskan menjaga diri dan tetap sehat, justru pemerintah membebaskan narapidana yang bisa saja sewaktu-waktu melakukan tindakan kejahatan. 

Belum lagi di tengah pandemi yang semakin meninggi, banyak ribuan pegawai swasta, pekerja pabrik, karyawan biasa, yang di PHK karena paceklik ekonomi, dengan situasi yang tak bisa diprediksi kapan berlalu, dengan keadaan yang kacau balau, banyak tangan-tangan nakal yang menjadikan wabah ini sebagai peluang untuk melakukan aksi pencurian, ataupun tindakan kriminal lainnya yang dapat mengancam nyawa masyarakat. 

Lagi-lagi yang melandasi tindakan tak terpuji ini karena faktor ekonomi. 
Belum sebulan program asimilasi napi, nyatanya tak ada hasil yang pasti. Kekhawatiran justru semakin menjadi-jadi dan napi terus berkeliaran kesana kemari, menjarah harta benda orang lain untuk menutupi tuntutan ekonomi setiap hari. 

Inilah potret sistem kapitalisme yang selalu mencanangkan rencana guna mengenakan permasalahan, tapi selalu saja hasilnya mengecewakan, inilah resiko jika kita tunduk dan mau diatur dengan sistem buatan manusia. Manusia itu sifatnya terbatas maka sistem yang dibuat oleh tangan manusia juga terbatas. 

Dalam sejarah Islam, wabah pertama yang terkonfirmasi di di zaman khalifah tersebut mengakibatkan 30 Ribu kematian. Umar bin Khattab pun diceritakan sangat sedih karena sahabat-sahabatnya seperti Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, dan Suhail bin Amr meninggal dunia akibat wabah tersebut.

Demi menanggulangi ‘Ta’un Amwās dan ‘Am Ramadha, Umar bin Khattab pun mengeluarkan sejumlah kebijakan: 1) Meminta kepada rakyat agar senantiasa berdoa kepada Allah swt; 2) mengirimkan kebutuhan dasar pokok masyarakat; 3) menghimbau masyarakat agar bersikap hemat dalam mengonsumsi makanan yang tersedia dan; 4) penangguhan zakat peternakan.

Teladan Umar bin Khattab ini juga mengingatkan akan arti penting peningkatan iman dalam setiap bencana atau musibah yang mendera. Di lain sisi, tingkat imunitas masyarakat juga harus ditingkatkan dengan ketersedian pasokan makanan bagi masyarakat.

Terakhir, pemerintah harus menjamin rasa aman kepada masyarakat dalam situasi COVID-19 dengan tidak membuat hal-hal yang menimbulkan  kepanikan. 

Jika memang asimilasi dinilai sesuai untuk dijadikan solusi bagi para napi, maka seharusnya tak ada lagi tindakan kiriminal yang dapat kita temui, namun pada faktanya kesempatan keluar dari jeruji besi justru dimanfaatkan untuk menutupi minimnya ekonomi di tengah pandemi, kekhawatiran masyarakat semakin meninggi, dan pemerintah seolah lepas tangan dan tak peduli.

Post a Comment

Previous Post Next Post