Antara Uang dan Nyawa, Penting Mana?

Oleh : Zahro al-Fajri

Wabah Corona telah menjangkit dan mewabah ke seluruh dunia. Virus yang bersumber dari Wuhan, China ini telah melalang buana kemana-mana. Pembawanya manusia. Indonesia pun tak lepas darinya. Sampai sekarang (2/4/20) Korban di Indonesia telah mencapai  1.986 kasus 181 orang meninggal (3/4/20, merdeka.com). Kasus di dunia telah mencapai angka 1.018.845 (3/4/20, kompas.com).

Banyak negara yang memilih lockdown untuk melindungi warganya karena setelah diamati dampaknya semakin parah jika terus dibiarkan seperti halnya  China, Italia, dan Prancis. Tapi beberapa memilih solusi lain dan ternyata korban masih terus berjatuhan dan banyak warga menjadi korban. Presiden Indonesia menyatakan dengan tegas tidak akan melakukan solusi lockdown karena alasan ekonomi (24/3/20, voaindonesia.com).

Dalam Pasal 55 UU Kekarantinaan Kesehatan disebutkan kebutuhan hidup dasar orang dan makanan hewan ternak yang berada di wilayah karantina menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Artinya konsekuensinya pemerintah harus menyediakan kebutuhan pokok bagi seluruh warganya dan perputaran ekonomi di negara akan berhenti karena seluruh warga harus diisolasi. Namun, solusi ini akan berefek besar dan sangat efektif dalam menghentikan wabah karena virus Corona mewabah akibat penularan dengan perantara manusia. Sehingga jika tidak ada interaksi antar manusia maka dengan sendirinya virus ini dan perkembangannya berhenti.

Namun, sepertinya pemerintah masih menimbang antara memilih menyelamatkan uang (baca: ekonomi) atau nyawa rakyat. Banyak nyawa yang sudah melayang dan tenaga medis mulai kewalahan, sepertinya belum menggerakkan hati para pejabat untuk melakukan lockdown pusat. Padahal, saat solusi hanya  pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang pemerintah tidak memiliki tanggungan untuk membiayai kebutuhan rakyat, banyak rakyat yang semakin melarat dan sekarat. Khususnya pekerja harian yang tidak dapat pelanggan seperti tukang ojol. Tidak ada jaminan pangan bagi mereka sehingga mereka harus keluar rumah untuk mencarinya namun saat dicari pun tak kunjung di dapat karena kebijakan pemerintah untuk atasi Corona. Sungguh ironi melihat masih saudara di negeri yang katanya kaya ini. Untuk membiayai rakyat sendiri tak kunjung dilakukan padahal katanya kaya gemah Ripah loh jinawi.

Akhirnya tugas negara untuk menjamin rakyat diambil alih oleh masyarakat yang iba dengan nasib saudara. Namun, bukankah itu adalah peran negara untuk menjaga rakyatnya? Kenapa ekonomi lebih berarti dibanding nyawa rakyat?

Beginilah sosok negara jika ideologi kapitalis menjadi dasarnya. Hal yang dipikirkan hanya untung dan rugi bahkan untuk menyelamatkan rakyat yang setiap waktu ditarik pajaknya pun tak kunjung dilakukan. Bukankah nyawa rakyat lebih berharga? Apalagi Indonesia berencana memindahkan ibukota yang sebenarnya bukan hal urgen saat ini. Dana pemindahan ibukota seharusnya lebih urgen jika dialokasikan untuk menyelamatkan rakyat.

Hal ini sangat berbeda dengan mindset negara dalam Islam. Politik dalam Islam bertujuan untuk mengurusi urusan umat. Negara dalam Islam bertujuan menjalankan aturan Islam dan mengemban dakwah Islam. Kepemimpinan dalam Islam untuk mengurusi rakyat dan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah. Rasulullah bersabda, 
"Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Islam pun bukan sekedar agama ritual namun juga view of life yang memiliki aturan lengkap untuk kehidupan manusia. Termasuk urusan wabah, Islam punya solusinya. Rasulullah bersabda, "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari).

Negara akan berusaha menjalankan solusi sesuai dengan islam dan menyelamatkan jiwa manusia. Tentu diperlukan ketahanan pangan untuk melakukannya maka dari itu sistem ekonomi Islam juga harus dijalankan. Salah satunya adalah dengan penguasaan sumber daya alam oleh pemerintah yang kemudian dikelola dan dikembalikan lagi kepada rakyat bisa dalam bentuk pendidikan atau kesehatan gratis termasuk membiayai kebutuhan pokok rakyat saat harus lockdown saat wabah.

Namun ini semua hanya mampu terwujud saat dasar negara Islam. Negara dengan dasar negara Islam, sebagaimana yang dicontohkan oleh nabi dan Sabahat yaitu Khilafah Islamiyyah.

Post a Comment

Previous Post Next Post