SALAH KAPRAH KEBIJAKAN MENGATASI IMPOR BAWANG PUTIH



Oleh Junari. S.I.Kom

Kebutuhan  bawang putih sudah menjadi kebutuhan pokok, bawang putih merupakan salah satu bahan yang wajib tersedia dalam suatu masakan bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Cita rasanya yang gurih menambah kenikmatan rasa pada makanan yang disajikan. Pun demikian, Kegurihan itu terasa hingga kegiatan Impor bawang putih di Indonesia.

Sudah hampir dua pekan harga bawang putih di pasaran Batam sangat mahal. Meski dijual dengan harga tinggi, namun persediaan bawang putih di sejumlah pedagang masih tetap banyak. Saat ini, bawang putih dijual dengan kisaran harga hingga Rp 55 ribu per kilogram (kg). Tingginya, harga bawang putih ini dikeluhkan oleh sejumlah Masyarakat, terutama kalangan ibu rumah tangga.

Asri, pedagang sayur di Pasar Botania 1 Batam Center, mengatakan, harga bawang putih mahal karena stok yang didatangkan dari Tiongkok sebelumnya dihentikan, padahal selama ini, bawang putih dipasok dari Negeri Tirai Bambu tersebut.”Kalau bawang putih lokal itu biasanya kecil-kecil. Beda kalau impor, bawang putihnya besar, kalau stok, kayaknya masih banyak, cuman harganya saja yang tinggi,” ujar Asri.

Sementara, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam, Gustian Riau, belum bisa dikonfirmasi terkait harga bawang putih yang masih tinggi, namun, beberapa waktu lalu, ia mengaku pihaknya tengah mengupayakan ketersediaan stok bawang putih dari daerah lain seperti Padang, Sumatera Barat, tak hanya bawang putih, Gustian juga mengusahakan untuk mendatangkan harga pangan lainnya dari daerah Medan dan Jambi, tak hanya dari Medan, pihaknya juga tengah menunggu keputusan impor pangan dari India, Thailand dan Australia.

Menurut Gustian, untuk stok bawang putih dipastikan aman hingga bulan Maret. Bahkan, sekitar tanggal 27 Februari 2020 mendatang, ada impor bawang putih dari Tiongkok yang akan kembali masuk ke Batam.”Tapi untuk ini, tergantung pusat. Kalau pusat mengizinkan, kita ikut saja. Pastinya lewat karantina,” ujar Gustian

Awal pekan ini komoditas pangan bawang putih menjadi sorotan. Pasalnya, harganya sempat mengalami lonjakan hingga Rp 14.150 sehingga bawang putih pada Senin (10/2/2020) dibanderol dengan harga Rp70.108 per kilogramnya.
Hal ini tentu ditanggapi serius oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo karena bawang putih adalah salah satu kebutuhan pangan terpenting bagi masyarakat Indonesia. Penyebab kenaikkan harga bawang putih ini diketahui masih disebabkan oleh virus mematikan korona dan proses distribusi yang terhambat.

Virus korona yang baru dinamakan Covid-19 ternyata masih menjadi penyebab melambungnya harga bawang putih. China adalah pengimpor utama bawang putih untuk Indonesia.
"Itu hanya karena adanya pemberitaan wabah virus korona," tutur Syahrul Yasin
Mengatasi hal ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin mengatakan adanya solusi yang sedang ia gencarkan. Solusi ini diharapkan dapat mengatasi lonjakkan harga bawang putih. Solusi tersebut  adalah mencari alternatif impor bawang putih selain dari China. Menteri Pertanian Syahrul Yasin mengatakan nantinya tak akan ada lagi pembicaraan naiknya harga bawang putih karena terhentinya impor.

"Kalau harga dari Rp30 ribu tiba-tiba naik jadi Rp70 ribu lebih ya itu tidak boleh terjadi. Itu hanya karena adanya pemberitaan wabah virus korona, besok tidak ada lagi bawang putih karena stop impor," tuturnya, seperti dikutip dari VOA Indonesia

Juru bicara Satgas Pemberantasan Mafia Pangan di Solo, AKBP Iwan Saktiadi mengatakan pihaknya masih menelusuri penyebab meroketnya harga bawang putih impor dari China. Dia menilai distribusi yang terhambat bisa jadi salah satu penyebabnya, sementara itu Syahrul Yasin mengungkap India dan Amerika Serikat dapat menjadi alternatif impor menggantikan China yang sedang dilanda virus Covid-19.

Seorang wiraswasta Indiana alias Nino menyebut Mirawati Basri mempunyai jalur lain untuk mengurus surat persetujuan impor (SPI) bawang putih di Kementerian Perdagangan (Kemendag). 'Jalur lain' yang dimaksud adalah istri para menteri, salah satunya Menteri Perdagangan (Mendag).

Hal itu disampaikan Nino saat bersaksi ditanya jaksa KPK dalam sidang di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Raya, Jakarta, Senin (17/2/2020), Nino menyebut Mirawati bisa melobi istri Enggartiasto terkait urusan impor bawang putih itu.

Dalam sidang ini, Dhamantra didakwa menerima suap sebesar Rp 3,5 miliar dari Direktur PT Cahaya Sakti Agro (CSA) Chandry Suanda alias Afung. Dhamantra didakwa itu bersama dengan Mirawati dan Elviyanto terkait kuota impor bawang putih.

Terlihat dari kebijakan impor hanya menguntungkan sebelah pihak yang mengelola impor saja, sedangkan masyarakat yang mengunakan bawang putih mencekik dengan naiknya harga, ini terlihat ketika kebijakan oleh pemerintah yang menginpor bawang putih, sedangkan stok yang ada dalam negeri masih banyak dan dengan menaikkan harga sedangkan masih banyak bawang putih, pedagang khawatir dengan naiknya harga dengan stok yang banyak, sedangkan pemasukan bawang putih impor tetap masuk di diap tahunnya

Dengan menginpor pemasukan bawang putih di Indonesia bukanlah solusi yang tepat atau bekerja sama dengan Negara-Negara lain, akan memicu lemahnya ekonomi, tetapi mampu mengelola dengan baik kebutuhan pokok di dalam negeri, permasalahan makin buruk karena di era kapitalis, distorsipasar (ihtikar, mafia pangan) adalah persoalan yang mustahil di selesaikan

Berbeda ketika Negara islam mengelola sumber daya alam nya dengan mengharap ridho Allah SWT, dengan kejayan yang di raih oleh Negara islam dengan menerapkan peraturan dan hokum allah termasuk hukum dalam transaksi atau hukum jual beli.

Tidak ada pilihan lain jika mencari solusi dengan mengunakan islam itu sendiri karena sudah terbukti, islam pernah memiliki sejarah sendiri yang membentang sangat luas dengan faktor agama atau faktor islam itu sendiri yang memang memiliki kemampuan untuk mengatur kehidupan masyarakat seberkembang apapun masyarakat itu dan semoderen apapun masyarakat itu, agama islam masih terus bisa mengatur bahkan bisa mengendalikannya menjadi masyarakat yang modern tetapi sekaligus islami,  di dalamnya ada nuansa keimanan yang kuat yang ada pada penguasa dan keimanan-keimanan yang faktual bahwa ketika dia memimpin dengan islam itu berhubungan langsung dengan keyakinannya dan keimanannya kepada Allah SWT, dan memimpin itu dalam rangka ibadah, mekanisme kontrol yang di lakukan oleh individu maupun kelompok yang di sebut dengan amar makruf nahi munkar sesuatu yang tidak di jumpai pada yang lain.

Di jadikan indah dalam pandangan manusia cinta terhadaap apa yang dinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak,  harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan hewan ternak dan sawah ladang itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi allah-lah tempat kembali yang baik. (QS. AL-IMRAN 3: 14)

Jika kekayaan seorang hamba tampa ada rasa nikmat dan rasa syukur sebesar apapun kekayaan itu tidak akan ada keberkahan di dalamnya, berbeda jika kekayaan yang dengan tujuan meraih ridho Allah maka apaun bentuk kekayaan walaupun minimal, jika ada rasa syukur maka berkah yang selalu mengalir, begitu pula dengan kekayaan impor yang terjadi, bukan menguntungkan bagi rakyatnya, ternyata memberikan dampak

Jika islam di terapkan dengan sempurna maka akan mudah jika mencari solusi yang benar benar hanya mengharapkan rahmatnya dan ridho Allah SWT, hanya islam yng mampu menyelesaaikan tanpa menguntung sebelah pihak, dan kemakmuran akan terjaga jika pemerintah menerapkan hukum islam. Waalahu’alam

Post a Comment

Previous Post Next Post