Ibu Hebat Dambaan Umat

Oleh: Sri Yana

Merebaknya virus corona atau covid-19 yang meresahkan dunia ini, sejatinya harus benar-benar disadari oleh kaum ibu. Ibu memiliki peran penting untuk menjaga anak-anaknya dari paparan tersebut. Di masa pandemi ibu harus lebih mengawasi anak-anaknya untuk stay at home.

Keadaan untuk stay at home sudah diwacanakan pemerintah selama 14 hari kedepan. Semua ini berkaitan dengan wabah pandemi yang semakin hari bertambah jumlahnya. Dengan begitu ibu harus selalu mendampingi putra-putrinya selama pandemi ini masih berkeliaran. Waktu tersebut tidaklah sebentar, karena untuk stay at home merupakan hal yang membosankan. Jangankan orang tua, apalagi anak-anak. Yang biasanya anak-anak pergi sekolah bermain bola, mengaji, dan sebagai nya, untuk sementara semua kegiatan dialihkan di rumah. 

Dengan 24 jam anak di rumah menjadikan tugas ekstra ibu untuk membimbing anak-anak. Butuh kesabaran bagi seorang ibu agar bisa menjadi ibu hebat bagi generasi ini. Seperti keluhan ibu yang harus membimbing anaknya melalui media online selama pandemi ini, yang dikutip republika.co.id (18/3/2020) meski terlihat menyenangkan, pembelajaran di rumah bukanlah sesuatu yang mudah bagi para orang tua.
"Ini anak-anak belajar di rumah jadi orang tua yang sibuk. Aku stres banget nih jadi pengawas. Materinya banyak banget," ujar Mesya, seorang wali murid.

Keluhan ibu berikut memang banyak dirasakan oleh ibu-ibu yang lain. Karena memang kedekatan antara orang tua dengan anak harus terjalin dengan baik. Agar anakpun nyaman belajar dengan orang tua, terutama ibu. Ibu merupakan role model bagi anak-anaknya. Sejatinya anak seharusnya nyaman ketika belajar dalam membersamai mereka. Jadi belajar terasa menyenangkan. Dan juga kurikulum  pembelajaran sekarang dengan materi yang terlalu banyak membuat orang tua, serta anak stres. Ibarat pembelajaran seperti bentuk piramida. Dimana anak mempelajari berbagai bidang pelajaran, sehingga saking banyaknya, sulit penerapannya. 

Memang di sistem sekulerisme, yang mana memisahkan Agama dalam kehidupan. Apa-apa serba sulit, mulai dari ekonomi, pendidikan dan segudang bidang yang lainnya. Ini pula diakibatkan kesetaraan gender yang sejak lama sudah memberangus kaum ibu dari tugas mulianya sebagi ummun warobbatul bait, yaitu sebagai manager serta sebagai pendidik bagi anak-anaknya (madrosatul ula).

Karena banyak ibu diluar sana sibuk bekerja, hingga mengabaikan tugas domestiknya sebagai ibu. Apalagi kini pandemi tiap hari bertambah korbannya. Mengharuskan anak belajar dengan sistem daring, namun kenyataanya ibu tetap sibuk bekerja.

Oleh karena itu dalam Islam, tugas ibu adalah mendidik anak-anaknya agar kelak anaknya menjadi generasi khoiru ummah (umat terbaik). Tidak perlu adanya kesetaraan gender untuk menyamakan antara laki-laki dan perempuan. Karena seyogyanya keduanya memang memiliki porsi hak dan kewajiban sebagai ummun warobbatul bayt dan juga sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah bagi keluarganya. Dengan begitu ibu akan menjadi ibu hebat dambaan umat, seperti pada masa Islam.

Contohnya: Imam Syafi'i bercerita pada masa kecilnya ia adalah seorang yatim, ibunya yang mengasuhnya. Karena tidak memiliki biaya pendidikan, di usia 7 tahun ibunya yang mengajarkan menghafal Al Qur'an dan 10 tahun menghafal Kitab Al Muwaththa. Hal itu tentu tidak terlepas dari peranan ibunya yang merupakan seorang muslimah yang cerdas dan pelajar ilmu agama. Sehingga Imam as Syafi'i menjadi ulama besar.
Wa'allahu a'lam bish shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post