Herd Immunity Solusi Pragmatis Versus Lock Down Ala Sistem Islam


Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Pemerhati Politik Asal NTT)

Herd Immunity atau kekebalan sekawan menjadi wacana yang viral di Indonesia. Teori ini membiarkan masyarakat terpapar oleh Covid 19 yang nantinya diprediksi akan ada orang-orang kuat yang kebal alami terhadap virus ini. Namun pada awal pemberlakuan teori ini orang-orang yang lemah imunitasnya bisa meninggal duluan jika covid 19 menular kepadanya.

Orang-orang kuat ini memiliki antibodi alami yang akan menolak Covid 19 sehingga melindungi yang lemah.  Sehingga covid 19 tidak menemukan media untuk ditulari. Virus kemudian berhasil dikalahkan dan punah. Itu baru teori belum bisa dipastikan tingkat keberhasilannya dalam tataran praktis.

Untuk kasus Indonesia herd immunity tidak bisa diterapkan. Update jumlah terbaru pasien positif Corona telah mencapai 579 orang, 49 orang meninggal, dan 30 orang sembuh (TVRI, 23/3/2020). Jika herd immunity jadi dilaksanakan maka diprediksikan akan lebih banyak lagi korban yang meninggal.

Meminjam asumsi dr. Muhammad Saifuddin Hakim, M.Sc, Ph.D (Virolog Alumni Erasmus University Belanda, Dosen dan Peneliti UGM serta Relawan Medis Tim Peduli Muslim), Perkiraan jumlah korban covid 19 jika wacana herd immunity jadi dilaksanakan di Indonesia adalah sebagai berikut.

Jika untuk mencapai herd immunity melawan SARS-CoV-2 (Covid 19) itu diperlukan 80% populasi harus imun, dengan angka kematia  (CFR) 5 %. Penduduk Indonesia taruhlah 250 juta jiwa. 80% darinya akan terpapar covid 19 (200 juta jiwa) dan 5% dari yang terpapar ini akan mati (10 juta jiwa). Sepuluh juta jiwa bukan jumlah yang sedikit. Ini bisa dianggap pembunuhan massal.

Banyak pihak menyesalkan kebijakan ini dan mensinyalir wacana ini sebagai bagian cuci tangan terhadap pemberantasan Covid 19 di Indonesia. Diduga ada penyesatan publik bahwa langkah herd immunity merupakan langkah yang hemat biaya dan tak akan membebani ekonomi nasional.

Padahal cara pandang seperti ini sangat keliru. Jika 10 juta orang harus mati karena Covid 19 bisa dipastikan ekonomi negara ambruk. Pertahanan pun sirna dan mudah diserang negara asing.

Kebijakan herd immunity ini yang asal teorinya dari Inggris malah ditolak oleh warganya. Sebanyak 501 ilmuwan Inggris telah menandatangani petisi untuk menolak kebijakan yang berpotensi membunuh 40 juta warga tak bersalah di Inggris.

Cara pandang yang hanya berdasar pada untung rugi (pragmatis) adalah dosa besar dalam pandangan Islam. Dalam mengurus rakyat, negara harus berperan seperti seorang Ayah yang akan melakukan apa saja demi anak-anak kandungnya walaupun harus mengeluarkan biaya yang mahal. Bukan dengan mengorbankan anak-anak yang lemah agar anak yang kuat bisa hidup.

Seharusnya negara mengambil contoh pemberantasan wabah yang ada pada zaman Khulafaur Rasyidin. Berbekal Lock Down, sang Khalifah mampu mengisolasi wabah tha'un terjadi di Syam atau Suriah saja dan tidak menyebar ke seluruh dunia kala itu.

Tanpa harus membiarkan masyarakatnya terpapar oleh virus. Khalifah tahu bahwa jika ada akses atau kontak ke dalam dan keluar wilayah hanya akan memperburuk situasi. Bahkan perkembangan sistem Islam selanjutnya dikembangkan dengan penemuan vaksin smallpox atau cacar air yang menyelamatkan warga Khilafah Ustmani.

Sempat pula dibawa dan diperkenalkan teknologi ini ke Inggris oleh istri dubes Inggris untuk Khilafah kala itu. Lady Mary Wortley Montagu
namanya, pasien asal Inggris yang disembuhkan oleh vaksin anti smallpox produksi Khilafah Islam. Vaksin asal Khilafah Ustmani ini banyak menyelamatkan warga Inggris (Muslimafiyah.com,11/8/2018)

Indonesia jangan sampai ketinggalan dari Taiwan yang memenangkan pujian global di dunia karena keberhasilan lock down. Seperti dilansir oleh kantor berita Reuters, Taiwan setiap hari memberikan pesan lewat mobile phone agar rakyatnya tetap tinggal di rumah. Yang tidak mengindahkan pesan akan didatangi polisi. Pemerintah bekerja sama dengan Tim Cyber Polisi melacak nomer hp warga yang ketahuan keluar dari rumah dan bisa didenda 1 milliar dollar. Hasilnya kasus positif Corona di Taiwan hanya 103 sedangkan tetangganya China telah mencapai 80.900 jiwa.

Saatnya penguasa dan rakyat berbenah diri. Tinggalkanlah sekularisme yang menjadikan manusia sebagai korban demi kekuasaan sesaat. Belum ada kata terlambat untuk Indonesia dalam perang terhadap Corona. Jika Lock Down dilakukan benar-benar dilakukan secara serius dan mengharap ridho Ilahi insyaAllah penyakit ini akan mudah diatasi. []

Bumi Allah SWT, 23 Maret 2020

#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan

Post a Comment

Previous Post Next Post